Selasa, 22 Mei 2007

Presiden: FKPM itu pengamanan Swakarsa

Kampung Babakan, Karang Tengah, Kab. Bogor, Minggu, 20 Mei 2007
Dialog degan Masyarakat Kampung Babakan Dalam Rangka Sidak

TRANSKRIPSI
DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
MASYARAKAT KAMPUNG BABAKAN
DALAM RANGKA SIDAK KE KAMPUNG BABAKAN,
KARANG TENGAH, KABUPATEN BOGOR
20 MEI 2007


Presiden Republik Indonesia (PRI):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak/Ibu sekalian yang saya cintai,
Alhamdulillah, hari ini kita bisa ber-silaturahim. Saya sengaja berkunjung secara mendadak, tidak memberitahu. Tujuan saya supaya saya mengetahui keadaan yang sebenarnya. Kalau disiap-siapkan kadang-kadang beda. Jadi saya milih memang Karang Tengah ini, karena saya tahu banyak hal yang harus dibangun dan diperbaiki. Kalau desa yang sudah maju tidak perlu saya datangi karena tinggal melanjutkan pembangunannya. Justru saya datang ke Karang Tengah ini, saya mendapat informasi, sekali lagi banyak yang harus kita lakukan untuk memajukan kesejahteraan saudara-saudara kita di Karang Tengah.

Saya ingin bertukar pikiran dengan Bapak/Ibu sekalian, tolong dijawab secara jujur, dijawab sebenar-benarnya. Tidak perlu takut kepada siapapun karena tujuan saya, Pak Presiden beserta Ibu Negara dan yang lain-lain untuk membantu. Jadi tolong nanti jelaskan apa adanya.

Saya mulai dari keamanan di Karang Tengah ini seperti apa? Apa banyak kejahatan, apa relatif aman, tidak ada gangguan satu apapun? Mungkin juga wong banyak kejahatan narkoba itu merajalela, ada nggak di sini kejahatan narkoba, pencurian dan lain-lain? Saya ingin tanya dulu dari Kamtib, Kamtibnas. Satu orang yang mewakili dari desa terus terang bagaimana tentang keamanan di Karang Tengah ini? Pak A’ep mangga.

Sdr. A’ep:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Kami sebagai anggota Babinmas Desa Karang Tengah melaksanakan tugas hampir 5 tahun di Desa Karang Tengah. Alhamdulillah, sesuai petunjuk Kapolres, maupun Bapak Kapolsek, saya tugaskan satu Babinkadimas di sini Alhamdulillah berjalan aman dan lancar. Kebetulan tahun 2007 kemarin mengalami hambatan gangguan masalah bencana alam yang tak diduga. Kebetulan di sini ada kendala-kendala, jalannya putus dan mungkin di sini dianggap desa tertinggal, mungkin tidak tertinggal bisa berjalan normal, masalah ekonomi.

Presiden RI:
Sebentar keamanan saja Pak Aep. Jadi selama Pak A’ep 5 tahun bertugas di desa ini aman?

Sdr. A’ep:
Alhamdulillah.

Presiden RI:
Aman, enggak ada perkelahian-perkelahian. Perkelahian ada, tapi bisa diselesaikan secara musyawarah, kekeluargaan. Tidak ada kejahatan, misalkan pencurian, perampokan. Kalau perampokan tidak ada. Tidak ada narkoba?

Sdr. A’ep:
Alhamdulillah di desa kami tidak ada.

Presiden RI:
Tidak ada orang-orang yang melaksanakan kekerasan seperti terorisme, siap tidak ada, benar Bapak? Dirasakan aman karena yang pentingkan aman. Kalau sudah ngak aman meskipun kita punya makanan, meskipun kita bisa bersekolah, tetapi kan rasanya, ya tidak tentram, tidak aman. Oke Pak A’ep teima kasih dulu.

Sdr. A’ep:
Yang satu lagi yang bisa saya sampaikan, mungkin di sini saya punya mitra FKPM.

Presiden RI:
Apa itu?

Sdr. A’ep:
FKPM yaitu Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat. Ada sini, Alhamdulillah kebetulan disini ada 75 anggota FKPM untuk membantu Kepolisian.

Presiden RI:
Bagus. Jadi seperti pengamanan swakarsa, ada anggotanya, siap ada. Ada disini, ada diluar, bagus. Jadi ini betul Pak yang mengamankan desa ya warga desa dan kita tambah Kepolisian dan Babinsa gitu ya.

Yang kedua saya mau tanya. Tadi disebut-sebut tadi ada tanah longsor, dimana longsornya itu? Bapak Kepala desa mana. Dimana cerita longsornya? Mengapa longsor? Apa gundul, apa ditebangi, yang nebang siapa itu dulu?

Kepala Desa:
Kebetulan tanah di sini labil Pak. Jadi bergerak, didukung juga oleh lahan yang gundul, saluran air juga cukup banyak.

Presiden RI:
Berapa jauh yang gundul yang bisa bikin longsor dari sini satu kilo ada?

Kepala Desa:
3 kilo yang terjauhnya 5 kilo.

Presiden RI:
Sudah lapor Bupati keadaan tanahnya.

Kepala Desa:
Sudah Pak.

Presiden RI:
Baik. Tetapi dari Pemda siapa tadi ya? Tolong Bapak ya sampaikan Pak Presiden memberikan atensi dicek lagi tanah-tanahnya untuk reboisasi, untuk mencegah longsor. Kalau dibiarkan terus nanti siapa tahu longsor lagi-longsor lagi. Banjir gak ada disini?

Kepala Desa:
Tidak ada Pak.

Presiden RI:
Tidak ada ya. Jadi bencana yang ada bencana longsor. Kalau gunung pancar itu relatif aman ya, enggak ada?

Kepala Desa:
Aman Pak.

Presiden RI:
Aman ya. Kuat itu Bapak/Ibu. Baik. Sekarang saya mau bicaramasalah kesehatan. Puskesmasnya dimana Ibu?.

Bidan Desa:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puskesmas dari sini kira-kira 3 kilometer dari Desa Karang Tengah. Jadi dari pusat desa ini. Mungkin yang kita inginkan, yaitu ingin ada Puskesmas pembantu.

Presiden RI:
Oh gitu, nggak cukup Bu ya?

Bidan Desa:
Ya soalnya dari sini jarak yang terjauhkan dari desa sini ke Wangun itu, tujuh kilo. Ya.

Presiden RI:
Ibu sebagai apa di sini?

Bidan Desa:
Bidan desanya.

Presiden RI:
Baik Bu saya catat ya. Nanti saya sampaikan ke Menteri Kesehatan. Bapak juga saya sampaikan ke Bapak Bupati. Sama-sama nanti mesti ada dua ya, dua Puskesmas. Kalau imunisasi gimana Bu?

Bidan Desa:
Alhamdulillah bisa lancar.

Presiden RI:
Melahirkan bisa ditangani oleh Bidan?

Bidan Desa:
Kalau yang model kasus-kasus patologi Alhamdulillah masih bisa. Kalau yang nggak ya kita rujuk ke Rumah Sakit yang lebih dekat.

Presiden RI:
Jumlah kematian ibu melahirkan atau anak yang dilahirkan tinggi apa tidak?

Bidan Desa:
Kalau yang sekarang-sekarang kayaknya, mungkin karena rujukannya jalan. Jadi nggak begitu tinggi, tapi kalau satu tahun, ya wajarlah dua, suka ada ya setahun.

Presden RI:
Kemudian kalau penyakit, Bapak/Ibu yang sering apa di sini penyakit apa? Muntaber?

Bidan Desa:
Jarang sekarang.

Presiden RI:
Demam berdarah?

Bidan Desa:
Demam berdarah di sini enggak endemik. Paling TB masih ada, TB sudah dilayani di Puskesmas.

Presiden RI:
Saya tadi jalan lihat kiri kanan, Pak Kades dan semuanya. Kebersihannya tolong ditingkatkan. Kalau bersih sinar matahari itu masuk rumah, itu TB tidak berkembang. Tapi kalau gelap, sinar matahari tidak datang itu nanti terjangkit. Ya? Saya ingin tanya, yang keluarga miskin Pak Kades berobat ke Puskesmas bayar tidak?

Bidan Desa:
Tidak.

Presiden RI:
Menggunakan apa mereka? Asuransi kesehatan rakyat miskin, berjalan itu ya. Ok. Kemudian kalau misalkan Ibu ada dirujuk tidak bisa diatasi di Puskesmas, mana yang paling dekat Rumah Sakit dimana?

Bidan Desa:
Rata-rata ke Ciawi atau Cikaret yang kita pilih yang dipilih oleh Pemda.

Presiden RI:
Naik apa Ibu?

Bidan Desa:
Ya rata-rata naik angkot.

Presiden RI:
Ambulan tidak bisa menjangkau ya?

Bidan Desa:
Ambulan gak ada.

Presden RI:
Tidak ada ya. Baik, jadi saya minta kesehatan Pak Kades semua diutamakan. Supaya tidak berjangkit penyakit menular, kebersihan, kebersihan makanan, kebersihan ruangan, halaman. Dan Puskesmas Insya Allah nanti bisa nambah lagi.

Bidan Desa:
Ini yang di Puskesmas pusatnya aja banjir, apa.

Presden RI:
Ho, kenapa? ya pindah atuh. Jangan di tempat yang ada banjirnya.

Bidan Desa:
Puskesmas yang di Kecamatan yang ada di Madang itu tiap hujan banjir terus. Kita penginnya ya gitu. Jadi kita sebagai pelayanan kalau seandainya banjir di luar, gitu.

Presden RI:
Harus kita pindahkan. Bapak nanti coba dibicarakan pindah Puskesmas itu supaya tidak menganggu.

Bidan Desa:
Jadi mengganggu itu pelayanan untuk masyarakat.

Presden RI:
Dari kesehatan, beralih ke pendidikan. Saya lihat SD tadi memang yang paling memprihatinkan ya. Saya sudah bilang tolong dikonsepkan Pak Kepala Sekolah tadi sudah saya beritahu. Kalau tempatnya, tanahnya nggak banyak ya harus dua tingkat. Pasti coba kita pikirkan. Tapi penting bagi saya, jangan terlalu banyak setiap lokalnya itu nggak manusiawi kalau satu bangku empat orang, bagaimana anak-anak kita mau belajar. Palingkan dua orang gitu ya.

Yang kedua, juga tadi di ataskan berbahaya, sinar nggak masuk, nanti kita perbaiki semua. Kemudian wanti-wanti saya, tong sampah itu dimana-mana ada. Anak-anak harus membuang sampah harus di tempat sampah. Kamar mandi airnya harus ngalir, bersih, tidak boleh bau, supaya anak-anak biasa hidup bersih.

Jadi saya pesen betul supaya nanti diperbaiki. Saya sudah minta dua atau tiga lembar ajukan nanti saya sampaikan Mendiknas, Bapak juga saya sampaikan Pak Bupati. Pak Bupati nggak datang karena mendadak saya. Saya suka begini, nanti kalau saya beritahu ke Pak Gubernur, Pak Bupati terus disiap-siapkan terus kan nanti saya nggak bisa lihat keadaan sesungguhnya. Putra-putrinya sekolah semua? Sekolah ya? Sekolah.

Yang berikutnya lagi sekarang kehidupan beragama. Masjid atau mushola dimana Bapak? Ada masjid di Karang Tengah? Ada. Ya sekarang kehidupan agamanya gimana? Baik. Anak-anak ngaji. Kemudian rukun satu sama lain ya. Kebetulan disini Islam semua ya? Tidak ada yang beragama lain? Ada. Tapi rukun toh? Jadi tolong dipelihara kerukunan kehidupan umat beragama. Masjidnya harus bersih. Saya lihat tadi yang di sekolah rusak di atas, rusak gitu harus diperbaiki juga itu. Nanti Ibu negara membantu untuk perbaikan mushola di sana.

Dari situ saya mau bertanya pertanian. Saya lihat tadi sawah dekat jembatan itu. Berapa banyak Pak Kades yang bercocok tanam penduduknya berapa persen? Separo ada? Bertani. Apa yang masalah yang dihadapi petani di Karang Tengah?

Kepala Desa:
Pertama pupuk.

Presden RI:
Pupuk kenapa? Pupuk sulit memperoleh pupuk, sulit itu maksudnya bagaimana?

Petani : Jauh beli.

Presden RI:
Oh terlalu jauh sarannya atau mau dibikin kedai pupuk-pupuk di sini?

Petani:
Kami sebenarnya sudah menyiapkan Koperasi untuk menampung semua itu, tapi karena terbentur juga modal.

Presden RI:
Nanti Insya Allah kita bantu sehingga tolong dekatkan tempat pupuknya, petani nggak usah terlalu jauh, naik angkotnya juga mahal, makanya beli setempat di situ lebih murah, ya? Jadi kita dekatkan nanti ya kedai pupuk. Selain pupuk apa?

Untuk pengairan. Saya lihat pengairan ada bisa diatur nanti. Yang ditanam jenis padi apa?

Petani:
IR sama Cigelis.

Presden RI:
Satu hektar berapa ton?

Petani:
Jadi nggak seperti di daerah Karawang Pak. Begini hari ini mupuk, sore hujannya. Jadi paling menyerap 60%, kalau musim hujan. Jadi kalau realisasinya mungkin lima ton.

Presden RI:
Lima ton sudah Alhamdulillah untuk kondisi ini. Nanti ada jenis, pupuk berkembang terus Bapak, benih juga berkembang terus. Pak Kades, Bapak semua yang ada di pertanian tolong nanti dengarkan dari penyuluh pertanian kita, kalau ada yang baik, tidak ada salahnya digunakan itu. Ada saran apa kepada saya.

Petani:
Masalah pupuk juga Pak. Karena disini belum ada kios pupuk Pak, karena memerlukan modal itu. Jadi waktu tahun 75-an Pak, itu pada waktu rapat di Cibinong jadi sarana pupuk difokuskan di Citereup Pak, karena ditetapkan yang punya modal Pak. Jadi sekarang pupuk urea sampai di Karang Tengah tujuh puluh ribu.

Presden RI:
Padahal di Citereup sebaraha?

Petani:
Genap puluh kurang empat.

Presden RI:
Ya gara-gara enggak ada kedai pupuk. Insya Allah nanti kita bikin Pak Kades, Bapak disiapkan tempatnya. Ada tempatnya ada toh, supaya nanti bisa disediakan di sini, bisa di beli di sini, mengurangi biaya angkutan.

Petani:
Jadi saya sebagai Kelompok Petani Bahagia Pak, jadi tiap musim ada jenis baru dari Pemerintah, saya dapat jatah Pak 10 kilo untuk mengembangkan jenis baru itu Pak, sama pupuknya. Sekarang yang jenis baru Pak Cigelis Pak.

Presden RI:
Belum dilihat hasilnya?

Petani:
Belum, panen hari Rabu Pak.

Ibu Negara Republik Indonesia:
Panennya kapan?

Petani:
Hari Rabu tanggal 23.

Presden RI:
Nanti tanggal 23, saya utus satu orang ke sini untuk ketemu Pak Kades, ketemu Bapak untuk melihat kedai pupuk itu dimana, lihat panennya seperti apa. Kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk menambah produksi pangan. Saya ingin desa manapun juga kalau ada sawahnya itu pangannya harapan kita pangannya cukup. Gitu Bapak nggak terlalu cari-cari.
Apalagi pertanian?

Petani:
Masalah ini Pak, masalah penyakit. Jadi sekarang ada jenis baru, penyakit kalau sudah disiangin dua kali masa permudia, jadi ada jenis kuning Pak, serumpun kuning-kuning Pak.

Presden RI:
Kena hama itu? Gini aja saya tidak ahli nanti malah salah. Nanti saya undang ahlinya. Pak Bambang tanggal 23 tolong ahli hama juga datangkan ke sini untuk siapa tahu berdiskusi dengan Bapak, pengalaman-pengalaman dulu seperti apa, kemudian kira-kira obatnya atau solusinya seperti apa gitu.

Pesantren, ada pesantren di sini? Dimana Bapak pesantren? Berapa santrinya di situ? Apa saran-saranya apa? Harapannya untuk pesantren kita?

Pimpinan Pondok Pesantren Al Muhajirin:
Alhamdulillah masalah anak santrinya kurang lebih 270, masalah peningkatan pendidikan Alhamadulillah dari mulai belajar TPA sampai belajar baca-baca kitab yang gundul itu. Cuma masalah kelemahannya ada juga diantaranya satu, pertempatan. Kedua, juga masalah MCK atau sarana masalah WC-nya, tapi masalah sarana air bersih Alhamdulillah saya ucapkan banyak terima kasih minggu-minggu, bulan-bulan ini, baru turun untuk kesehatan seperti MCK-nya atau kamar-kamar mandi santriawan-santriwati itu belum terpisah. Jadi maksud saya, kalau bisa maaf saja sama Bapak Presiden dan Ibu Negara tolong dibantu Pondok Pesantren saya Al Muhajirin. Jangan sampai anak santriawan-santriwati itu kan airnya satu gitu. Jadi cuma ada dua kobak. Jadi waktu wudhu perempuan ke situ, laki-laki ke situ. Jadi efek sampingannya apalagi di agama dianggapnya jelek kurang-lebih tangapannya. Jadi kurang-lebih pengusulan dari saya cuma segitu. Wasalamu’likum warahmatullahi wabarakatuh.

Presden RI:
Nanti begini Bapak, nanti yang saya utus biar dilihat semua pesantren. Tiga-tiganya kita lihat apa yang bisa kita Bantu, Insya Allah ya. Kalau irigasi program Bapak nanti ada program. Jadi begini, kita ingin membangun irigasi seluruh Indonesia Pak, biayanya bertriliun-triliun. Oleh karena itu, kita bikin secara bertahap, kita bangun irigasi yang betul-betul sawahnya kekeringan, setelah itu baru daerah-daerah berikutnya lagi. Nanti kalau misalkan di sini masih bisa diatasi memang belum bisa segera, karena masih memprioritaskan daerah-daerah yang kering. Tetapi nanti dalam perkembangannya sejalan dengan kemampuan Pemerintah, tentu akan kita perbaiki irigasi-irigasi itu.

Berapa hektar sih yang sawah di Karang Tengah Pak kades, semuanya? Kurang lebih ada berapa?

Petani:
Kurang-lebih 300 hektar.

Presden RI:
Ah lebih ah moso. Kalau singkong gimana singkong? Siapa yang pengusaha singkong jadikan apa Bapak itu? Tapioka, oh tumpang sari. Kalau tapioca, Bapak saya ingin tanya betul ya?

Petani:
Jadi singkong itu bahan bakunya terus diproses di penggilingan dengan secara sederhana, setelah dijemur baru dipasarkan ke Ciluer Bogor.

Presden RI:
Petani singkong itu kalau di sini di Karang Tengah rata-rata penghasilannya sebulan berapa? Berapa kira-kira saya ingin tahu?

Petani:
Kalau satu pohon rata-rata bisa mencapai rata-rata lima kilo dan tanahnya lebar satu meter ya nanti rata-rata jaraknya harus satu meter. Itu bisa mencapai penghasilan lima kilo, satu pohon, berarti itu di tanah rendah. Kalau di dataran tinggi itu lain lagi. Pernah masyarakat di sini cocok tanamnya itu yang kurang menyadari. Jadi hanya pengen hasil banyak, tapi tanamannya terlalu nyesak terlalu rapat jadi kurang penghasilannya.

Presden RI:
Sekarang berapa kira-kira.

Petani:
Empat ratus meter paling dapat tiga pikul itu modalnya berlebih-lebih, nilainya itu cuma lima puluh ribu.

Presden RI:
Waduh, ya... ya... Kenapa kok masih tanam singkong terus, mestinya pindah tanaman yang lain kalau sudah merugi, gimana?

Petani:
Karena pernah tanaman singkong itu terlalu bebas. Kalau satu meter udah singkong ditanam udah ditinggalkan, nanti pindah lagi. Kalau petani-petani lain seperti palawija, jadi berputar pemikirannya itu, bagaimana ini penghasilannya ini supaya bisa meningkat.

Presden RI:
Pak Kades begini kan singkong ternyata ada masalah-masalah. Tolong dipikirkan bagaimana pertanian di Karang Tengah ini, kalau padi bagaimana, kalau singkong bagaimana. Pisang gimana? Pisang dulu gimana terus masih, masih.

Nggak seperti dulu Pak pisang. Karena dibilang penyakit orang kampung muntaber Pak?

Presden RI:
Naon muntaber pisang.

Petani:
Jadi pisang lagi dateng Pak, jadi terus merah kalau ditebang keluar air itu Pak. Begitu muntaber itu ya. Alhamdulillah dulu di sini Pak pasarnya pisang di sini Pak.

Presden RI:
Tolonglah nanti Pak Bambang ahli hama itu. Saya baru dengar sekali ini Baik, sekarang saya mau tanya. Ini Bapak/Ibu jujur ya. Kalau ngurus KTP susah atau apa gampang?

Warga:
Gampang.

Presden RI:
Ngurusnya kemana?

Warga:
Ke balai desa.

Presden RI:
Ada biayanya nggak, sebaraha?

Warga:
Kalau sama KK itu, Rp 15.000.

Presden RI:
Itu Rp 15.000 yang nentukan siapa tarifnya itu? Yang menentukan siapa Rp 15.000 itu?

Warga:
Maksudnya kan untuk pengelolaan itu Pak. Jadi tidak ditentukan. Jadi kita, umpamanya kita bikin KTP, kalau sama KK-nya kita kasih aja Rp 15.000 gitu.

Presden RI:
Lha makanya siapa yang menentukan tarif Rp 15.000 ribu siapa? Pak Kades berapa?

Warga:
Begini, bukan ditentukan Pak, tapi misalnya yang jalan kan Pak Mandor, RW ya, terus saya mau bikin KTP, nih saya kasih biayanya Rp 15.000 tapi itu sama KK.

Presden RI:
Bagaimana Pak Kades?

Kepala Desa:
Sebetulnya kalau untuk KTP Pak di desa kan ada namanya APBDes, Anggaran Pendapatan Belanja Desa itu juga ada keputusan desa juga dimana itu hasil kesepakatan antara masyarakat desa dan DPD untuk itu.

Presden RI:
Rp 15.000. Keberatan nggak, terlalu mahal gak itu gitu? Oh gitu. Akte kelahiran ada gak?

Kepala Desa:
Ada Pak.

Presden RI:
Ini kan mau kita gratiskan sudah termasuk gratis belum?

Kepala Desa:
Sudah.

Presden RI:
Jadi ingat, Bapak/Ibu kalau putra-putri lahir, cucu, anak harus punya akte kelahiran. Jangan dipersulit, harus dilayani. Apalagi yang ngurus-ngurus susah di sini Bapak/Ibu? Mungkin bukan ke Pak Kades, mungkin Pak Kadesnya bager, bagus mungkin ke yang lain.

Tokoh Masyarakat:
Assalmu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Terima kasih Bapak Presiden yang telah memberikan kesempatan kepada saya. Bahwa saya memang saya dengar usulan-usulan tadi memang diantaranya ada yang baik, ada juga yang tidak. Karena bagi pendapat saya sebagai tokoh Desa Karang Tengah, ini ada juga keluhan-keluhan Pak. Apa yang dikatakan keluhan itu mengenai tadi, tani, nyawa terbentur masalah air. Karena di sini ngak punya irigasi, jadi sulit sedangkan selalu tadah hujan, Pak. Memang sebelah ada irigasinya Pak, tapi yang luas?

Presden RI:
Kampung mana yang ada irigasinya?

Tokoh Masyarakat:
Nih Kampung Babakan Pak. Kalau Karang Tengah Toh tidak ada sama sekali. Nah seperti ini punya saya Pak yang dekat warung sate ini. Nah itu kalau nggak hujan nggak bisa nyawah. Jadi nyawahnya itu kalau ada hujan, justru bagaimana untuk jalan keluarnya bagi Bapak Presiden.

Presden RI:
Ya, masalah irigasi tadi ya. Nanti Kabupaten juga, coba Dinas PU tolong dicek, agar nanti beritahu kami, beritahu Menteri PU. Saya lihat dulu Pak ya. Nanti mudah-mudahan kalau bisa kita bikin sanes garasi, irigasi Bapak cainya mengalir gitu, baik bagus lanjut.

Tokoh Masyarakat:
Kemudian Pak, saya punya pesantren, Badrus Salam Alumni Gontor Pak. Ini kurang-lebih, baru sekarang kurang-lebih lima puluh orang santri, juga ada dari Medan. Pengajarnya satu bahasa arab, dua bahasa Inggris, yang lain agama yang kita pegang. Nah itu Pak. Jadi berarti sekarang masih kekurangan, katakanlah mogok pembangunannya Pak. Baru pasang genteng saja Pak. Jadi lantai belum dipasang, kemudian dindingnya belum disemen. Santri ini masih kelabakan Pak. Ada yang di masjid, ada yang di rumah, justru ingin terbuka aja Pak kebetulan ada Bapak presiden.

Ketiga, mengenai ada dua keluhan Pak. Ini karena memang masyarakat di sini yang dianggap sulit lapangan usaha, karena larinya kepada ngambil batu. Sedangkan yang kena terjadi longsor, yakin menurut pandangan mata saya Pak itu karena gara-gara batu itu diambil

Presden RI:
Diambil, tanahnya gembur, longsor.

Tokoh Masyarakat:
Justru nanam di hutan singkong dengan pisang, itu kekuatannya tidak ada batunya dibawa diambil. Nah itu Pak gimana, Pak? Justru saking sulitnya lapangan usaha. Aman mah masalah keadaan desa mah, cuman rugi masalah yang tak terduga itu terjadi adalah yang terjadi seperti kemarin seperti itu.


Presden RI:
Baik Bapak untuk yang pesantren. Ya sebetulnya kalau mendirikan pesantren Bapak harus dipikirkan dulu. Siap, baru mendirikan. Nanti kan kasihan, santri sudah ada semuanya belum siap, ya. Namun karena tujuannya mulia nanti kita lihat apa yang bisa kita bantu, Bapak ya.

Kemudian untuk yang, saya memang lihat tadi di sawah-sawah ada batu-batu. Batu ini penguat sebetulnya. Kalau batunya habis, pohonnya nggak ada ya tinggal nunggu hujan lebat tiga hari terus longsor gitu. Jadi saya tidak ahlinya coba dilihat sekaligus dari Dinas PU, apakah longsor ini karena batunya diambil atau karena memang pohonnya nggak ada karena gundul atau dua-duanya. Nanti Pak ada ahlinya, bisa dilihat tanahnya, strukturnya, kedalamanya dan sebagainya. Baik terima kasih Bapak ya.

Saya satu lagi pertanyaannya ini. Nih kaum perempuan, kaum wanita Ibu-Ibu, aktivitasnya apa di desa ini? Saya ingin aktif, karena banyak desa maju, negara maju, termasuk di Timur Tengah itu karena peran wanitanya itu aktif, bukan hanya mengasuh putra-putri, tapi juga Koperasi, usaha kecil-kecilan, pendidikan dan lain-lain. Coba ceritakan, bagaimana kaum perempuan di Karang Tengah ini?

Warga:
Terima kasih. Sebagian besar di sini emang aktivitasnya hanya sebagai Ibu Rumah Tangga. Hanya di sini karena banyak pengajian sehari-hari waktunya diluangkan untuk pengajian. Kalau yang lain, aktivitas yang lain, masalah pekerjan itu tidak ada, ada sebagian besar menjadi Ibu, apa namanya sebagai pembantu Rumah Tangga. Karena bersebelahan dengan perumahan real estate. Jadi memang kebantu perekonomiannya dengan apa menjadi pembantu itu. Tapi kalau untuk yang lain masih belum ada.

Presden RI:
Pembantu Rumah Tangga itu di mata saya pekerjaannya itu juga pekerjaan yang baik, makanya saya tidak pernah menyebut yang di rumah saya itu bukan pembantu rumah tangga, tetapi karyawan. Karyawan memberikan jasa dia mendapatkan gaji dari jasanya itu. Dengan harapan bekerja baik-baik, tuan rumahnya melakukan dengan baik sebagai sesama manusia, umat Hamba Allah, dengan demikian hubungannya baik.

Nah sekarang saya tertarik dengan yang disampaikan Ibu, Pak Kades, kalau memang tanahnya untuk pertanian nggak banyak, ada permasalahan air irigasi, singkong bisa merugi, pisang ada muntaber, jadi kira-kira apa, ekonominya apa, usaha-usaha kecil-kecilan apa? Nanti kita pikirkan permodalannya nanti.

Kepala Desa:
Yang sudah berjalan seperti buat jamur kayu, terus keripik singkong, kripik pisang. Cuma semuanya juga terbentur dana, modal. Pemasarannya cukup di Pasar Citereup.

Presden RI:
Baik, jadi usaha kecil menengah ya? Termasuk kerajinan Pak. Ya nanti begini saja saya minta biar ada tim yang datang. Saya pengen menggerakan usaha kecil dan menegah. Ini Bapak/Ibu negara kita dulu mengalami krisis luar biasa. Nah sekarang tahun demi tahun, Alhamdulilah ekonomi nasional kita sudah mulai tumbuh, sektor riil juga sudah mulai tumbuh, tapi memang belum semua belum merata. Kewajiban Pemerintah harus ada juga pertumbuhan di kampung-kampung, di desa-desa, daerah terpencil, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Oleh karena itu, begitu saya dengar cerita seperti itu tadi, ternyata sumber-sumber ekonomi di sini ternyata tidak terlalu banyak. Oleh karena itu, mari kita pikirkan dengan usaha kecil menengah apa? Permodalan nanti kita carikan solusinya.

Tadi malam saya menelpon Pimpinan Bank Rakyat Indonesia. Saya sudah pesan, tolong-tolong kapan-kapan datanglah ke daerah-daerah, termasuk di Karang Tengah ini, apa yang bisa dibantukan untuk permodalan. Karena itu penting, tapi dibimbing, dibina supaya usahanya tidak merugi, supaya ada pertumbuhan. Itu yang ingin saya sampaikan.

Kemudian yang sebentar pertanian sudah, pendidikan sudah, kesehatan, keamanan, bencana, pelayanan publik, kaum perempuan, madrasah, pesantren, kegiatan keagamaan, usaha kecil, bahan bakar gimana? Yang dikonsumsi minyak tanah ya? harganya berapa Bapak?

Warga:
Harga minyak tanah di warung saya, itu termasuk Rp 2.500.

Presden RI:
Kalau harga patokan di Pertamina berapa itu?

Warga:
Harga saya membeli dari agen itu adalah Rp 2.300. Seperti saya mempunyai laba Rp 200 per liter.

Presden RI:
Ada kedainya di sini?

Warga:
Belum ada Pak, mungkin orang Karang Tengah ini apakah nggak punya modal, apa memang nggak mau usaha, memang kita ngak punya modal. Kalau memang mau usaha, kita punya modal bisa apa di sini bisa mempunyai agen apakah itu satu, mungkin satu minggu itu bisa menghabiskan 2.000 liter Pak.

Presden RI:
Ini penting memang harus ulet, kalau di sini tidak ulet Bapak dengan kondisi seperti ini hanya mengharapkan bantuan-bantuan, tidak tumbuh. Jadi Insya Allah kita bantu tetapi harus mencari, berinisiatif, mencari usaha, ulet, akan tumbuh itu.

Warga:
Tapi ada Pak satu hal memang, ada menantunya Pak Haji waktu itu dah ada minyak tanah, tapi karena waktu itu kelangkaan daripada minyak tanah itu.

Presden RI:
Tahun berapa itu?

Warga:
Kemarin tahun 2005, memang ada kelangkaan minyak tanah yang akhirnya jadi bangkrut Pak.

Presden RI:
Bangkrutnya kumaha?

Warga:
Mungkin habis modalnya nih. Jadi sekarang nggak nyetok lagi, tadinya ma saya juga beli.

Presden RI:
Yang nge-drop siapa?

Warga:
Menantunya Pak Haji di dekat ke SD tadi. Saya juga kan deket dari rumah beli di situ. Karena di situ nggak ada, akhirnya sekarang ada di Cibarengkok, kadang-kadang di Kadungmangu, kadang-kadang di Citereup, gimana dapatnya aja.

Presden RI:
Kalau misalkan kedainya pupuk nanti kita jadikan satu dengan kedai minyak tanah gimana?

Kepala Desa:
Bagus Pak.

Presden RI:
Supaya mangkal di situ, jadi lebih mudah orang beli ngak terlalu jauh.

Kepala Desa:
Memang harus mendirikan Koperasi Pak, ya betul Bapak.

Presden RI:
Ini ngomong-ngomong sudah jam empat Bapak?

Kepala Desa:
Ada pertanyaan sedikit Bapak.

Presden RI:
Silakan.

Kepala Desa:
Bagaimana tadi setelah kunjungan Bapak ke SD, Bapak kan menyuruh sama kami ini membuatkan suatu surat yaitu berbentuk proposal, proposal itu ditujukannya kepada siapa?

Presden RI:
Nanti begini tujukan kepada Pak Bupati satu. Isinya harus sama ya? Kepada Pak Mendiknas satu, kasih tembusannya satu saya. Terima kasih. Tentu saya disesuaikan dengan anggaran Pemerintah, tapi Insya Allah nanti kita bantu. Karena saya merasa sedih melihat seperti itu. Di tempat lain sudah mulai bagus, ini kalau Karang Tengah masih begitu kasihan anak-anak nanti.

Kepala Desa:
Nanti ke Bapak jalurnya lewat siapa, Pak? Jadi jangan sampai terputus di tengah jalan. Langsung ke Pak Bupati aja gitu.

Presden RI:
Di sini ada Pak Dandim, ada Pak Kapolres. Jadikan suratnya ke situ diajak makan sate di bawah situ. Sampai suratnya nanti. Saya pengin lama sebetulnya Pak, tetapi nanti malam saya masih ada, biasa ketemu yang lain lagi untuk memikirkan seperti ini. Jadi percayalah Bapak, meskipun keadaan sulit, kita terus berikhtiar. Jadi mari kita jaga kondisi di Indonesia kita di negeri ini sebaik-baiknya untuk sama-sama kita perbaiki ya.

Terima kasih atas apa yang disampaikan. Salam saya kepada semua, mudah-mudahan ada yang dapat kita lakukan kita, kita bantu kemajuan di Karang Tengah ini.

Terima kasih .
Wassalmualaikum warahmatullahi wabarakatuh.



*****
Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan
Sumber: Situs SBY