Kamis, 04 Desember 2008

Perampokan Mengganas di Bekasi

Kamis, 4 Desember 2008 | 06:05 WIB

Sebagai kota tetangga sekaligus kawasan penyangga DKI Jakarta, permasalahan yang terjadi hampir sama dengan masalah yang membelit Jakarta. Mulai persoalan kerusakan jalan, lalu lintas yang semrawut, dan ancaman banjir terjadi di beberapa wilayah Bekasi.

Persoalan pelik lain yang membelit Bekasi adalah masalah kriminalitas. Data Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi dan Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi Kabupaten menunjukkan kecenderungan meningkat.

Di Kota Bekasi saja, misalnya, dalam 10 bulan (mulai Januari sampai Oktober) terakhir jumlah kumulatif kasus kriminalitas yang ditangani Polres Metro Bekasi mencapai 3.213 kasus, termasuk di dalamnya adalah kecelakaan dan pengaduan masyarakat. Padahal pada tahun 2007, jumlah kasus kriminalitas yang ditangani jajaran Polres Metro Bekasi sebanyak 3.183 kasus.

Jajaran Polres Metro Bekasi dan Polres Metro Bekasi Kabupaten dituntut bekerja ekstra di tahun-tahun mendatang. Terutama dalam pengungkapan kasus perampokan bersenjata dan pengungkapan penemuan korban pembunuhan disertai mutilasi.

Kedua jenis kasus kriminal tersebut tampak paling menonjol dan menarik perhatian khalayak pada tahun ini.

Semakin nekat dan ganas

Kasus perampokan bersenjata yang tergolong besar adalah perampokan di Kantor Bank Rakyat Indonesia Unit Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi. Peristiwa itu terjadi 27 Juni silam. Kawanan perampok yang beranggotakan enam orang dan tiga di antaranya bersenjata api berhasil mendobrak pintu bank.

Kawanan perampok ini kemudian menyekap enam pegawai bank, seorang petugas keamanan, seorang petugas jasa pembersih, dan dua nasabah bank di ruang belakang. Kawanan perampok itu berhasil membawa kabur uang ratusan juta rupiah. Para perampok itu sampai saat ini masih bebas berkeliaran.

Sekitar sebulan kemudian terjadi lagi perampokan nasabah bank di Bekasi Barat, Kota Bekasi. Korbannya Beni (47), pedagang AC di kompleks ruko Caman. Salah seorang dari dua perampok itu berusaha menembak Beni karena melawan. Meski Beni selamat, perampok berhasil membawa kabur uang Rp 53 juta yang baru diambil dari bank.

Belum lama ini, kawanan perampok bersenjata beraksi di kawasan perumahan di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi. Sasarannya adalah mobil. Salah satunya terjadi di perumahan Cikarang Baru, kawasan Jababeka, pada Rabu (12/11). Korbannya Hamam Zakiy (30).

Mutilasi

Kasus lainnya yang menonjol adalah penemuan korban mutilasi. Tiga kasus penemuan korban mutilasi terjadi pada Agustus 2007 sampai April 2008. Tiga kasus itu masih misteri itu, satu kasus terjadi tahun 2007 dan dua kasus tahun 2008. Jasad penemuan korban mutilasi pada Agustus 2007, di tepi saluran Kali Malang, Bekasi Timur. Kasus itu sampai sekarang belum terungkap.

Demikian juga penemuan jasad anak laki-laki di tepi Jalan HM Joyomartono, Bekasi Timur, Januari 2008, dan penemuan jasad perempuan korban mutilasi di tepi Jalan Sersan Aswan, Bekasi Timur, April 2008, hingga kini belum terungkap.

Belum selesai tiga kasus misteri itu terungkap, polisi di Kota Bekasi kembali dikejutkan dengan penemuan korban mutilasi di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Rabu (26/11), empat nelayan di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, menemukan sebuah koper besar terapung sekitar satu kilometer dari tepi Pantai Muara Bendera. Saat dibuka oleh para nelayan terlihat isi koper itu potongan tubuh dan kaki seorang laki-laki. Identitas korban sampai saat ini belum diketahui karena kepala dan kedua tangan korban mutilasi juga belum ditemukan.

Keberhasilan polisi mengungkap kasus pembunuhan disertai mutilasi pada tahun 2008 ialah pada kasus Very Idam Henyansyah alias Ryan. Walaupun lokasi penemuan korban mutilasi berada di Jakarta Selatan, korban teridentifikasi sebagai Heri Santoso, warga Kampung Benda, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.

Kasus Heri ini kemudian menjadi kunci terungkapnya kasus mutilasi yang dilakukan oleh Ryan sejak beberapa tahun lalu di daerah Jawa Timur.

Rumus kejahatan

Di kalangan polisi berlaku rumus K = N + K. Apabila rumus itu dijabarkan kira-kira bermakna kejahatan terjadi karena ada niat pelaku dan kesempatan.

”Karenanya, kami sudah berupaya menekan kriminalitas dengan mengedepankan pencegahan sehingga mengurangi kesempatan bagi pelaku untuk bertindak,” kata Kepala Polres Metro Bekasi Kabupaten Ajun Komisaris Besar Herry Wibowo ketika ditemui akhir November lalu.

Patroli dan razia kendaraan secara intensif merupakan bentuk pencegahan. Pelibatan masyarakat melalui Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) atau kegiatan Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Pokdar Kamtibmas) juga bagian pencegahan tersebut.

Akan tetapi, tanggung jawab penegakan keamanan wilayah tentunya tetap disandang polisi. ”Karena polisi adalah aparat keamanan, tidak ada pihak atau institusi lain,” kata Adnan Pandupraja, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Senin (1/12).

Adnan membenarkan rasio (perbandingan) polisi dan masyarakat belum ideal. Selain itu, peralatan penunjang yang dimiliki lembaga kepolisian juga belum memadai. Akan tetapi, Pandupraja menolak kekurangan itu menjadi alasan penghambat kerja polisi dalam pengamanan wilayah dan pengungkapan kasus-kasus kejahatan.

Namun, harapan warga Bekasi seperti diungkapkan Eliaser Yentji Sunur (45), kasus kejahatan di Bekasi dapat ditekan dan peristiwa kejahatan cepat terungkap. Dengan demikian, masyarakat tetap memercayai polisi sebagai aparat keamanan. Kini masyarakat menunggu tindakan nyata dari polisi.


Sumber KOMPAS cetak