Senin, 24 Agustus 2009

The Jewelery Of Wonorejo


Hutan Mangrove

By micwonorejo

HUTAN

MANGROVE

The Jewelery Of Wonorejo

Sebuah pemandangan menarik berupa hutan mangrove dapat Anda saksikan, saat anda menuju muara sungai kali jagir dari bozem wonorejo – Rungkut Surabaya. Inilah kawasan konservasi yang menawarkan konsep wisata ramah lingkungan

Foto-1

Jika Anda seorang yang mencintai alam terbuka, Ekowisata Hutan Mangrove . Disurabaya tepatnya di kelurahan Wonorejo Rungkut Surabaya, patut untuk dikunjungi. Karena tempat ini menawarkan kesempatan bagi anda untuk menikmati kehidupan hutan mangrove yang menarik. Berjalan-jalan melalui jalan setapak yang berada diatas air dan menikmati hijaunya pemandangan hutan mangrove, sekaligus dapat belajar manfaat hutan mangrove bagi kehidupan manusia. Selain itu anda dapat didampingi guide yang menjelaskan pengetahuan yang menarik seputar ekosistem mangrove.Mulai dari penanaman serta pemeliharaan.

EKOWISATA MANGROVE WONOREJO RUNGKUT diprakarsai oleh camat rungkut, lurah wonorejo berserta FKPM Nirwana eksekutif serta di sahkan dengan Keputusan Lurah Wonorejo nomor : 556/157/436.11.15.5/2009 tanggal 1 Juli 2009, dan dikukuhkan oleh walikota surabaya Drs. bambang DH pada tgl 9 Agusutus 2009 bersamaan dengan peresmian gazebo mangrove, serta pengelolaan diserahkan ke masyarakat wonorejo dan sekitarnya.

Pengukuhan Ekowisata

Pengukuhan Pos Pantau Dan Lembaga Ekowisata Mangrove Wonorejo

GAZEBO MANGROVE

GAZEBO MANGROVE

EKOWISATA-2

LOKASI PEMECAH GELOMBANG AREA PENANAMAN ROTARY CLUB

Dengan misi pada awalnya untuk mengembalikan hutan mangrove akibat penebangan liar. Selama perjalanan, misi ini berkembang menjadi ekowisata. Konsep ekowisata hutan mangrove wonorejo, disamping menjaga dan mengembalikan hutan mangrove, juga ada pendidikan, pelatihan dan pengelolaan hutan mangrove yang berkesinambungan. Lembaga Ekowisata Hutan Mangrove melakukan usaha-usaha konservasi terhadap hutan mangrove, bekerja sama dengan kepolisian dalam hal mencegah penebangan liar dan pengerusakan di kawasan konservasi serta membangun fasilitas-fasilitas untuk kegiatan wisata. Selain itu Lembaga Ekowisata juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai ekosistem hutan mangrove.

Terletak di sebelah timur kota Surabaya, tepatnya didesa wonorejo kotamadya Surabaya. Dapat dijangkau dengan mudah dengan kendaraan roda dua, pribadi maupun angkutan umum, untuk informasi dapat menghubungi sekretariat Jl. Wonorejo N0.1 Rungkut-Surabaya.

Sesuai tujuannya yakni pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan.MICW menawarkan suatu bentuk kegiatan wisata yang tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove berserta flora dan fauna yang terdapat di hutan mangrove wonorejo, atau yang lazim disebut EKOWISATA yaitu suatu bentuk kegiatan wisata yang Ramah Lingkungan dan Bertanggung Jawab.

PENANAMAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

Hari Lingkungan Hidup (Kombespol Ronni.F.Sompie)

PENANAMAN LAIN

Penanaman Lain

rotary

Delegasi Penanaman, Penelitian dan Penelitian

PERJALANAN LEWAT AIR

Untuk bisa menikmati pemandangan hutan ekosistem hutan mangrove dengan cara yaitu : dengan perahu atau boat yang dapat disewa dari Lembaga Ekowosata. Dimana titik pemberangkatan baik lewat darat maupun air dari bozem wonorejo. Selama Perjalanan anda akan melihat keindahaan alam wonorejo yang masih alami. Dalam arti bukan karena proses pembuatan, tapi keindahaan yang terproses dari alam.

Beberapa instansi baik dari kepolisian, Yayasan pendidikan seperti : cita hati-SMP YPPI-2, Santa Maria, FISIP Unair serta dari luar seperti canada, belanda, korea, dan dari departemen dinas kelautan yang diwakili oleh Ibu Annie Numberi, pernah mengunjungi hutan mangrove wonorejo ini.

TAMU LOKAL LAINNYA

Hutan mangrove Wonorejo Memiliki kekayaan yang potensial. Lembaga survey YAPEKA dan yayasan kutilang yang pernah mensurvey kawasan ini. Berikut ini penyajian data dari beberapa lembaga survey. Hutan mangrove wonorejo mempunyai 15 spesies mangrove, 83 spesies burung, 7 spesies primata dan 53 spesies serangga. Flora dan Fauna yang ada di wonorejo adalah asli tidak di tambahkan atau didatangkan dari luar.

bubut_jawa_1 copy

cangak copy

monyet copy

Dengan berbagai jenis mangrove dan fauna yang menghuninya, akan sangat menarik untuk kegiatan penelitian atau hanya sekedar berjalan-jalan menikmati suasana hutan mangrove. Dengan berwisata di hutan mangrove, selain dapat merasakan suasana hutan mangrove. Anda juga akan mendapatkan pengetahuan tentang ekosistem hutan mangrove, tentang flora dan fauna yang menghuninya dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.

Untuk dapat menjelajahi hutan ini anda akan ditemani oleh pemandu wisata yang sudah terlatih yang disediakan oleh managemen ekowisata , sehingga kegiatan wisata anda akan lebih maksimal. Untuk kepentingan pejelajahan ini, anda diharapkan membawa keperluan sendiri seperti air minum, payung untuk berteduh atau lainnya.

Dalam perjalanan menyusuri track atau air anda akan menemui pos pertama yang dibangun oleh FKPM Nirwana Eksekutif yang pada awalnya berfungsi sebagai pos pantau hutan mangrove, dan sebagai tempat bersinggah bagi para nelayan, penelitian dsbnya sekarang bertambah satu fungsi, sebagai pintu masuk Ekowisata.Disamping itu anda akan melihat hasil penanaman mangrove yang sudah dilakukan oleh masyarakat dan berbagai jenis mangrove yang tumbuh dalam blok-blok sesuai jenisnya. Anda akan menemui banyak papan informasi sekitar hutan mangrove atau yang berisi himbauan untuk tidak merusak, baik mencoret-coret fasilitas atau membuang sampah sembarangan. Inilah yang merupakan wisata yang ramah lingkungan.

Didalam kawasan konservasi anda akan menemukan 2 tempat peristirahatan dari bambu yang kami namakan pos. Dan dikawasan ini perencanaan dari Lembaga Ekowisata akan dibangun 2 buah lagi dengan total 4 pos yang terhubung melalui jalan (Track) terbuat dari bambu. Anda akan berjalan diantara pohon mangrove.Di pos ini anda akan melepas lelah dan menikmati pemandangan hutan mangrove. Saksikan gerak gerik kepiting bercapit besar sebelah yang lucu. Kadang terlihat biawak, monyet dan ikan ‘glodok’. Bagi anda yang hobi mancing, kawasan wisata yang dikelilingi air ini menawarkan area pemancingan yang alami.

Untuk makanan khas (kuliner) warga desa wonorejo khususnya petani tambak akan menyiapkan bandeng lempung, sirup yang terbuat dari buah mangrove dan berbagai aneka makanan dari buah mangrove. Ada kerajinan batik dengan motif mangrove dengan berbagai corak yang menarik.

Tentu saja ini dapat menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan selain hanya jalan-jalan. FKPM-NE/JO

REFRENSI :

Album Foto : http://picasaweb.google.com/fkpmne

FKPM Nirwana Eksekutif : http://fkpmne.blogspot.com/

Untuk Informasi Hubungi :
Sekretariat Lembaga Ekowisata Hutan Mangrove-Wonorejo
Jl. Wonorejo No.1 – Rungkut-Surabaya-Jawa Timur
No. Telp : (031)-8796880-77775523
Email :wisatamangrove@gmail.com

LOGO gabung ekowisata

http://picasaweb.google.com/fkpmne

One Response to “Hutan Mangrove”

  1. rendy Says:

    Wisata alam mangrove di wonorejo memang bagus sekali sih…kalau pengelolaannya ditangani lebih serius saya rasa bisa berkembang menjadi lokasi wisata andalan surabaya yg bisa dimanfaatkan untuk refreshing dari segala aktivitas kota.Salut untuk camat rungkut, lurah wonorejo beserta FKPM Nirwana eksekutif.
    Saran saya website ini dilengkapi informasi lebih akurat mengenai cara mencapai lokasi dan contact person yg incharge dan bisa memberi informasi. Faktor keamanan pengunjung jyga harus diperhatikan.
    Sekali lagi salut dan sukses terus

Minggu, 16 Agustus 2009

Artikel pembalakan mangrove dari Duta masyarakat

Artikel tentang pembalakan hutan Mangrove pada hari Minggu, tertanggal 16 Agustus 2009 ini diambil dari Harian Duta masyarakat. FKPM aktif dalam mencegah pembalakan Hutan Mangrove, karena memiliki anggota yang dulunya berprofesi sebagai pembalak hutan mangrove.

300 hektar lahan hilang akibat pembalakan


PEMBALAKAN liar masih menjadi ancaman hutan mangrove. Saat ini saja, sudah ada 300 hektar lahan yang hilang akibat tindakan penebangan liar. Ketua Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Wonorejo, Joko Suwondo, mengakui kawasan di Pantai Timur Surabaya khususnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut menjadi sasaran yang sangat potensial bagi masuknya berbagai macam ancaman.

Selain pembalakan liar, ancaman lain yang menghantui kawasan Pantai Timur Surabaya adalah perburuan satwa liar dan bahkan terorisme. Disini (Pantai Timur Surabaya, red) ini memang menjadi pintu masuknya. Pembalakan liar, perburuan satwa liar sampai terorisme. Bahkan, menurut penyelidikan, masuknya terorisme itu dari pesisir. Kawasan semacam ini memang jadi jalur bebas,kata Joko, Sabtu (15/8).

Pantai Timur Surabaya dipenuhi oleh lahan hutan mangrove. Setidaknya ada 800 hektar lahan mangrove dan tambak yang terbentang dari Rungkut hingga Gunung Anyar. Sayangnya, 300 hektar diantaranya hilang karena abrasi dan pembalakan. Joko menjelaskan, mutu kayu mangrove lebih unggul dibandingkan lainnya, terutama jika digunakan sebagai bahan bakar.

Kayu mangrove kalau jadi arang, bisa membakar lebih besar. Bara apinya lebih stabil. Selain itu, akar, buah dan semua dari mangrove itu bisa dimanfaatkan,ujarnya.
Namun, sejak adanya pos pantau kurang lebih setahun lalu, kawasan Hutan Mangrove berangsur-angsur aman. Kini, sudah ada 2 pos pantau di kawasan mangrove Wonorejo. Fungsinya, untuk menjaga keamanan dan mengantisipasi kecolongan pembalakan maupun terorisme.

Menurut Joko, pihaknya melakukan penjagaan 24 jam di setiap pos pantau. FKPM sendiri menyiagakan 9 orang untuk berjaga secara bergantian. Diakuinya, jumlah itu kurang memadai untuk memantau kawasan hutan mangrove yang sangat luas. Ke depan, FKPM berupaya akan melibatkan lebih banyak warga untuk berjaga.

Para penjaga juga dilengkapi dengan fasilitas handy talkie (HT) dengan frekuensi khusus untuk berkomunikasi. Baik HT maupun keberadaan pos pantau merupakan hasil swadaya FKPM dan warga.

Ini hasil swadaya sendiri. Pemerintah juga tidak membantu. Kemarin saja, setelah ada walikota kesini. Tapi, bantuannya hanya Rp 19 juta. Lebih banyak memang swadaya. Tapi, ke depan kita ingin menggandeng investor,kata Joko.

Sementara itu, guna menambah lahan hutan mangrove, pihak FKPM Wonorejo beserta Kecamatan Rungkut memasang bambu pemecah ombak di sekitar Pos Pantau Mangrove. Bambu tersebut ditancapkan ke pasir di dasar sungai. Ini dilakukan untuk menahan ombak agar terbentuk sedimentasi. Tanah hasil sedimentasi kemudian bisa dimanfaatkan menjadi lahan penanaman mangrove maupun tambak ikan.

Targetnya, setiap tahun ada pertambahan lahan. Untuk 1-2 meter tambahan lahan umumnya membutuhkan waktu 2 tahun. Seperti yang diketahui, keberadaan Hutan Mangrove sangat penting untuk mengendalikan ekosistem.n sir

Artikel diambil dari Duta Masyarakat

Sabtu, 15 Agustus 2009

Menjadi Tamu di Hutan Mangrove Wonorejo

15 Agustus 2009, 17:08:53| Laporan Agita Sukma Listyanti

Suara Surabaya Media

Menjadi Tamu di Hutan Mangrove Wonorejo

suarasurabaya.net| Sebelum diresmikan menjadi obyek wisata pasca lebaran mendatang, Suara Surabaya Media berkesempatan menikmati pemandangan di lokasi ekowisata di Hutan Mangrove Wonorejo, Sabtu (15/08).

Tim Suara Surabaya Media yang berjumlah 30 orang dari berbagai divisi mulai Suara Surabaya FM, suarasurabaya.net, Giga FM hingga marketing berbondong-bondong menuju kawasan Pantai Timur Surabaya, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.

Tiba di kawasan Mangrove Wonorejo, rombongan Suara Surabaya Media langsung diajak naik kapal motor menyusuri sungai. Sepanjang perjalanan, rombongan yang didampingi oleh Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Wonorejo disuguhi oleh rimbunnnya mangrove dan berbagai spesies burung air yang terbang rendah menghinggapi pohon mangrove. Sayang, kemegahan Jembatan Suramadu yang harusnya terlihat, pagi itu tertutup kabut.

Di Pos Pantau Energi Mangrove, perjalanan terhenti. Rombongan berjalan melewati jembatan bambu. Sisi kanan dan kiri penuh dengan mangrove. Sayang, di beberapa titik, mata masih disuguhi pemandangan tak sedap. Sampah berserakan, bekas terbawa aliran air laut ketika pasang.

Ujung jembatan membawa rombongan ke Pos Pantau Mangrove 2 yang menghadap ke muara sungai Wonorejo. Berfoto seolah menjadi hal wajib bagi rombongan Suara Surabaya Media untuk mengabadikan momen. Maklum, pemandangan di pos tersebut sulit dilewatkan.

IRVAN WIDYANTO Camat Rungkut mengungkapkan rasa senangnya dengan kedatangan rombongan Suara Surabaya Media. Menurutnya, Suara Surabaya juga turut berkontribusi atas lahir dan dikenalnya Hutan Mangrove oleh masyarakat.

“Dulu, juga pernah talk show di SS. Dari situ, kawasan Mangrove ini semakin dikenal,” ujar IRVAN.

Rencananya, lanjutnya, kawasan Hutan Mangrove ini akan dilaunching setelah lebaran mendatang. Beberapa fasilitas dan layanan menarik ditawarkan. Diantaranya yang sudah dinikmati rombongan Suara Surabaya Media, yakni bandeng lempung plus lumuran bumbu kacang yang sedap.

“Saya belum bisa memastikan. Tapi yang jelas, setelah lebaran nanti akan dilaunching menjadi obyek wisata,” kata IRVAN pada suarasurabaya.net, Sabtu (15/08).

Perjalanan kemudian berlanjut dengan menyusuri kembali Sungai Wonorejo dan Kali Londo atau muara Sungai Jagir Wonokromo. Puas berkeliling merasakan lika-liku ombak sungai Wonorejo, rombongan pun mengakhiri petualangan. (git/tin)

Teks Foto :
1. Gunakan kapal motor, rombongan Suara Surabaya Media menyusuri sungai kawasan Hutan Mangrove Wonorejo.
2. Pos Pantau Energi Mangrove yang baru diresmikan Walikota Surabaya Juli lalu.
Foto : GITA suarasurabaya.net

Sumber: suarasurabaya

300 Hektar Lahan Mangrove Hilang Akibat Pembalakan

15 Agustus 2009, 18:20:48| Laporan Agita Sukma Listyanti

300 Hektar Lahan Mangrove Hilang Akibat Pembalakan

suarasurabaya.net| Pembalakan liar masih menjadi ancaman hutan mangrove. Saat ini saja, sudah ada 300 hektar lahan yang hilang akibat tindakan penebangan liar.

DJOKO SUWONDO Ketua Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Wonorejo mengakui kawasan di Pantai Timur Surabaya khususnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut menjadi sasaran yang sangat potensial bagi masuknya berbagai macam ancaman.

Selain pembalakan liar, ancaman lain yang menghantui kawasan Pantai Timur Surabaya adalah perburuan satwa liar dan bahkan terorisme.

“Disini (Pantai Timur Surabaya, red) ini memang menjadi pintu masuknya. Pembalakan liar, perburuan satwa liar sampai terorisme. Bahkan, menurut penyelidikan, masuknya terorisme itu dari pesisir. Kawasan semacam ini memang jadi jalur bebas,” kata DJOKO pada suarasurabaya.net, Sabtu (15/08).

Pantai Timur Surabaya dipenuhi oleh lahan hutan mangrove. Setidaknya ada 800 hektar lahan mangrove dan tambak yang terbentang dari Rungkut hingga Gunung Anyar.

Sayangnya, 300 hektar diantaranya hilang karena abrasi dan pembalakan. DJOKO menjelaskan, mutu kayu mangrove lebih unggul dibandingkan lainnya, terutama jika digunakan sebagai bahan bakar.

“Kayu mangrove kalau jadi arang, bisa membakar lebih besar. Bara apinya lebih stabil. Selain itu, akar, buah dan semua dari mangrove itu bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

Namun, sejak adanya pos pantau kurang lebih setahun lalu, kawasan Hutan Mangrove berangsur-angsur aman. Kini, sudah ada 2 pos pantau di kawasan mangrove Wonorejo. Fungsinya, untuk menjaga keamanan dan mengantisipasi kecolongan pembalakan maupun terorisme.

Menurut DJOKO, pihaknya melakukan penjagaan 24 jam di setiap pos pantau. FKPM sendiri menyiagakan 9 orang untuk berjaga secara bergantian. Diakuinya, jumlah itu kurang memadai untuk memantau kawasan hutan mangrove yang sangat luas. Ke depan, FKPM berupaya akan melibatkan lebih banyak warga untuk berjaga.

Para penjaga juga dilengkapi dengan fasilitas handy talkie (HT) dengan frekuensi khusus untuk berkomunikasi. Baik HT maupun keberadaan pos pantau merupakan hasil swadaya FKPM dan warga.

“Ini hasil swadaya sendiri. Pemerintah juga tidak membantu. Kemarin saja, setelah ada walikota kesini. Tapi, bantuannya hanya Rp 19 juta. Lebih banyak memang swadaya. Tapi, ke depan kita ingin menggandeng investor,” kata DJOKO.

Sementara itu, guna menambah lahan hutan mangrove, pihak FKPM Wonorejo beserta Kecamatan Rungkut memasang bambu pemecah ombak di sekitar Pos Pantau Mangrove.

Bambu tersebut ditancapkan ke pasir di dasar sungai. Ini dilakukan untuk menahan ombak agar terbentuk sedimentasi. Tanah hasil sedimentasi kemudian bisa dimanfaatkan menjadi lahan penanaman mangrove maupun tambak ikan.

Targetnya, setiap tahun ada pertambahan lahan. Untuk 1-2 meter tambahan lahan umumnya membutuhkan waktu 2 tahun. Seperti yang diketahui, keberadaan Hutan Mangrove sangat penting untuk mengendalikan ekosistem. (git/tin)

Teks Foto :
1. Kawasan Hutan Mangrove Wonorejo yang hilang akibat pembalakan.
2. Penancapan bambu pemecah ombak untuk mengadakan kembali lahan mangrove.
Foto : GITA suarasurabaya.net

Sumber: Suara Surabaya