Senin, 18 Mei 2015

Rismaharini ajak umat Budha surabaya tanam mangrove

Rismaharini ajak umat Budha surabaya tanam mangrove

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
 
 
Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak umat Budha di Surabaya menanam mangrove sebagai bentuk wujud mencintai lingkungan dan perlindungan warga terhadap bencana yang berasal dari laut.

"Menanam mangrove berarti sama dengan melindungi daratan dari bencana, khususnya gelombang tsunami di laut," ujarnya di sela membuka gerakan menanam 1.500 mangrove yang diikuti 300 umat Budha Surabaya di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.

Ia menjelaskan, fungsi mangrove mempertahankan daratan dari abrasi lebih besar manfaatnya daripada membangun insfrastruktur berupa batu atau beton di pinggir laut.

"Mangrove yang berusia 10 tahun ke atas kedalaman akarnya mencapai 100 meter lebih sehingga lebih kuat dibandingkan membuat bangunan sebagai upaya melindungi daratan dari abrasi," katanya.

Selain itu, menurut dia, mangrove merupakan tempat berpijak dan beranak hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya sehingga wajib sifatnya menjaga ekosistem sekitar.

"Sifat ikan berpijak tidak di ombak besar, tapi di sekitar mangrove. Kalau tidak ada mangrove maka di mana hewan laut ini tinggal dan beranak?," ucapnya.

Tidak itu saja, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut juga mengatakan bahwa mangrove sebagai salah satu sumber oksigen yang dimiliki dan menghindari masyarakat dari gangguan penyakit kanker paru-paru dan penyakit kulit akibat menyerap udara kotor.

"Jangan dilupakan juga bahwa mangrove mampu mencegah masuknya kadar garam air laut ke daratan sehingga menyaringnya menjadi air tawar di bawah tanah Surabaya," kata mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut.

Karena itulah, lanjut dia, Rismaharini berharap kegiatan penanaman mangrove rutin dilakukan sebagai salah satu bentuk menjaga keberlangsungan kehidupan warga Surabaya.

Sementara itu, gerakan menanam 1.500 mangrove tersebut diprakarsai oleh Majelis Niciren Syosyu Budha Dharma Indonesia (MNSBDI) dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak yang jatuh pada 2 Juni 2015.

"Ini sebagai wujud cinta dan balas budi umat Budha kepada Tanah Air. Setiap tahun kami selalu menggelar acara yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan karena agamanya mengajarkan kepedulian," kata Humas MNSDBI Aldi Thiopradana.


ANTARA

Minggu, 17 Mei 2015

Tanam Yuuk...

Tanam Mangrove di Ekowisata Mongrove Wonorejo, Surabaya

SURABAYA -  Sejumlah warga yang tergabung dalam Majelis Niciren Ayosyu Budha Dharma Indonesia (MNABDI) menanam mangrove di Ekowisata Mongrove Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5). Gerakan tanam 1000 mangrove tersebut dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak sebagai wujud cinta dan balas budi kepada tanah air.
(ea/EA/bd-ant)

BERITA DAERAH

Mangrove Rusak

Dua hektare Mangrove di Surabaya rusak parah


Surabaya (ANTARA News) - Sekitar dua hektare lahan mangrove di Surabaya mengalami kerusakan akibat terlilit sampah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon.

"Dua hektare luas lahan mangrove di Surabaya rusak parah karena sampah," ujar Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Joestamadji di sela peninajuan di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.

Lahan mangrove di Surabaya sendiri yang berada di sepanjang sisi laut luasnya mencapai 700 hektare, yang tumbuh mulai Sungai Lamong hingga Sungai Gunung Anyar.

Berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini terdapat 200 hektare mangrove lainnya mengalami rusak, namun tidak parah sehingga tetap bisa tumbuh dan hijau kembali.

"Berbeda dengan dua hektare yang rusak parah dan ini sangat memprihatinkan. Kami minta warga sadar dengan tidak membuah sampah di sungai karena sangat berpengaruh terhadap tanaman maupun satwa sekitarnya," tukasnya.

Mengantisipasi masuknya sampah yang dibawa dari sungai ke lahan mangrove, pihaknya telah membuat jaring-jaring sebagai penahan agar tak sampai terkena batang maupun akar mangrove.

"Tapi kekuatan jaring tetap tidak bisa menahan semua sampah yang masuk. Jalan satu-satunya yakni dengan manual atau tenaga manusia," katanya.

Selain sampah, penyebab kerusakan mangrove lainnya juga disebabkan oleh ulat yang memakan daun-daun sehingga mengakibatkan kerusakan, meski tidak dikategorikan parah.

Sementara itu, salah seorang petani tambak dan mangrove di Wonorejo, Fathoni, mengaku sering menemukan sampah-sampah berserakan dan melilit di batang-batang mangrove di pinggir sungai.

Hampir setiap hari ia bersama petani-petani lainnya membersihkan dan memungutinya menggunakan perahu, sekaligus mengecek kondisi mangrove-mangrove di sekitarnya.

"Saya juga sering mengingatkan pemburu-pemburu burung dan satwa lainnya di sini, sebab secara tidak langsung kerusakan mangrove juga ulah manusia. Tidak jarang saya berbuat tegas ke mereka yang berburu agar pergi dari hutan mangrove," ucapnya.


ANTARA

Sabtu, 16 Mei 2015

Opini Pembaca Jawa Pos

Fasilitas Pendukung di Ekowisata Mangrove

16/05/15, 13:25 WIB

HUTAN Mangrove Wonorejo, Surabaya, sebagai tempat ekowisata saat ini diminati banyak warga untuk mengisi hari libur. Seharusnya tempat wisata itu dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Misalnya, jembatan yang biasanya digunakan para pengunjung menuju gazebo.
Sayangnya, saat saya berkunjung ke sana pada Minggu (10/5), ada beberapa bagian jembatan yang kondisinya berlubang. Orang-orang yang akan melewatinya pun harus berhati-hati.
Saya berharap pengelola ekowisata mangrove memperhatikan kondisi tersebut dan menindaklanjutinya dengan meningkatkan fasilitas bagi pengunjung.
HERLINA HASYIM, Tuak Daun Merah, Kupang, 085253520xxx


Sabtu, 09 Mei 2015

Ganjal Mangrove.....


Perlindungan Mangrove terganjal pembahasan RDRTK


surabayanews.co.id –


SURABAYA – KJPL menyoroti banyaknya kasus pengrusakan hutan mangrove yang akhir – akhir ini terjadi di tiga wilayah unit pengembangan hutan kota di Surabaya. Bahkan sejak tahun 2008 ditemukan penebangan hutan mangrove mencapai 1.180 Hektar di wilayah pamurbaya atau pesisir pantai timur yg mencapai 3000 Hektar lebih. Namun sayang perlindungan spesifik untuk perlindungan Mangrove hingga kini terganjal pembahasan Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDRTK) Surabaya, yang kini masih mencapai tahap 15 persen.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi menyatakan bahwa hingga kini pihaknya masih melakukan pembahasan secara detail yang akan merumuskan titik koordinat yang juga menyosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat sadar lingkungan. Banyak masyarakat kawasan konservasi mangrove yang disinyalir bekerja sama dengan pengusaha yang mengolor tanah konservasi untuk memperluas kawasan industrinya. ” kami akan terus memantau melalui berbagai sistem komunikasi agar kawasan ini benar- benar spesifik”.
Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Surabaya Rio Patiselano, menyatakan akan terus mendorong agar adanya pembahasan dan ditargetkan segera terealisasi pada akhir 2015 ini. ” pada waktu 2014 lalu kami sempat berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk mengkonversi lahan untuk hutan kota mencapai 10 ribu hektar dalam waktu 10 tahun, dan kini kami masih memantau komitmen tersebut” pungkas pendeta muda tersebut.
Sedangkan Aktivis Lingkungan KJPL ( Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan ) Teguh Adi menyayangkan bahwa dari peta satelit, kawasan Surabaya masih didominasi oleh kawasan coklat yakni kawasa tata ruang untuk pembangunan, bukan untuk kawasan ruang terbuka hijau. Bahkan Teguh menemukan banyak kasus perusakan hutan kota yang didominasi oleh industri yang tak segan – segan melakukan reklamasi pantai. ” kami menemukan banyak hal soal pengawasan pemerintah kota Surabaya yang belum kongkrit hingga hari ini,
Sedangkan Aktivis Lingkungan KJPL ( Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan ) Teguh Adi menyayangkan bahwa dari peta satelit, kawasan Surabaya masih didominasi oleh kawasan coklat yakni kawasa tata ruang untuk pembangunan, bukan untuk kawasan ruang terbuka hijau. Bahkan Teguh menemukan banyak kasus perusakan hutan kota yang didominasi oleh industri yang tak segan – segan melakukan reklamasi pantai. " kami menemukan banyak hal soal pengawasan pemerintah kota Surabaya yang belum kongkrit hingga hari ini, kami mendorong komitmen tersebut segera ditungangkan di RDRTK" kata mantan jurnalis radio tersebut.


SURABAYA NEWS

Kamis, 07 Mei 2015

Survey Bakau

Pemkot Surabaya Survei Kerusakan Mangrove, Ini Hasilnya




SURABAYA — Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar survei upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di kawasan mangrove Pantai Utara dan Timur Kota Pahlawan. Kepala Badan Lingkungan Hidup Musdiq Ali Suhudi, mengatakan survei ini digelar guna mengetahui tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi.

“Dari survei itu akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove,” katanya di Surabaya, Selasa (5/5).
Menurutnya, untuk pelaksanaan survei sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya. Antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asem Rowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Djoestamadji mengakui ada perubahan di kawasan konservasi Pantai Timur Surabaya (pamurbaya). Sebab, ada kawasan pantai yang dulunya ditumbuhi mangrove, tapi kini banya jadi lahan kosong.

Ia mengatakan Pantai Timur Surabaya memiliki luas 2.284,5 hektare yang terbentang dari ujung selatan di Kecamatan Gunung Anyar hingga ke utara di Kecamatan Mulyorejo. Luasan itu terdiri dari tambak seluas 1.939,51 hektare dan kawasan mangrove 345,06 hektare.
Tapi, lanjut dia, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan fungsi lahan dari yang sebelumnya mangrove menjadi bukan mangrove. Pemerintah Kota Surabaya mengaku kesulitan mencari pelaku penebangan liar tersebut. Terakhir aparat menemukan patok-patok berwarna merah milik PT SS di pantai mangrove. Tidak diketahui siapa PT SS, tapi Pemerintah Kota tidak tinggal diam. Mulai Desember 2014, patok-patok dengan Global Positioning System dipasang di pantai dan daratan mangrove.


Republika

Minggu, 03 Mei 2015

Survey Mangrove Surabaya

BLH Survey Kerusakan Mangrove Pesisir Surabaya


Tanam Mangrove 190415 Fa 2
Seorang nelayan memikul bambu sebagai tonggak tanaman mangrove di muara Wonorejo Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/4). ANTARA FOTO/Fiqih Arfani/
SURABAYA - Banyak lembaga konservasi ataupun lembaga yang peduli lingkungan menyatakan jika kawasan mangrove Surabaya rusak. Hal ini bukan sekadar pernyataan, sebab mereka juga membuktikannya dengan melakukan penelitian atau pengamatan.
Kini, sebagai upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di pesisir Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup akan menggelar Survey Mangrove Kawasan Pantai Utara dan Timur Surabaya.
Mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi pun diteliti. Dari survey tersebut akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove.
Untuk pelaksanaan survey sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asemrowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.
Harapannya, dari tindakan survey itu akan bisa ditentukan langkah antisipatif untuk memerbaiki kerusakan tersebut. Masyarakat juga diimbau agar ikut menjaga kelestarian mangrove di pesisir Surabaya.


Centroone.com

Kamis, 30 April 2015

Serangaaannnnnn....


Ulat Bulu Serang Bakau


SURABAYA,  — Sebagian tanaman bakau atau mangrove di pantai timur Surabaya, Jawa Timur, rusak diserang ulat bulu. Meski kerusakan tidak masif, kemunculan ulat bulu ini menjadi indikator rusaknya ekosistem kawasan hutan bakau atau mangrove, yaitu hilangnya satwa predator ulat bulu seperti burung pipit dan semut rangrang.

Berdasarkan pantauan Kompas di muara Kali Wonorejo di kawasan pantai timur Surabaya, Rabu (29/4), beberapa tanaman mangrove yang diserang ulat bulu tampak kering dan menguning. Tanaman yang rata-rata setinggi 2 meter itu tidak lagi memiliki daun hijau. Mangrove yang rusak itu terdapat di beberapa lokasi di sepanjang alur Kali Wonorejo hingga ke muara.

"Hanya mangrove jenis Avicennia marina atau api-api yang diserang. Saya tidak tahu mengapa demikian, tetapi ini yang menyebabkan serangan ulat bulu tidak masif," kata Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some.

Hermawan bersama komunitasnya rutin membersihkan sampah di kawasan mangrove di Surabaya. Ia pula yang melihat kemunculan ulat bulu itu sejak dua pekan lalu.

Hasil penelitian Komunitas Nol Sampah pada 2012, di pantai timur Surabaya terdapat 37 jenis mangrove yang terdiri 20 jenis mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan. Kawasan mangrove itu juga menjadi habitat bagi ratusan satwa liar seperti burung, monyet ekor panjang, musang, dan puluhan jenis serangga.

Apabila hanya mangrove api-api yang diserang, Hermawan memperkirakan kerusakan mangrove akibat ulat bulu yang terpantau di kawasan pantai timur Surabaya itu baru sekitar 2 hektar. Total luas hutan mangrove di pantai timur Surabaya mencapai 577,455 hektar.

Meskipun demikian, serangan ulat bulu ini tidak dapat dipandang remeh karena beberapa mangrove yang diserang akhirnya mati. Serangan ulat bulu jika dibiarkan juga akan meluas. "Serangan ulat bulu sudah terjadi sejak tahun 2011, setiap musim pancaroba," kata Hermawan.

Kemarin, ulat bulu berwarna hitam sepanjang 4-5 sentimeter itu tidak terlihat lagi. Namun, pada tanaman mangrove yang rusak terlihat banyak bekas kepompong. Hermawan memperkirakan ulat bulu dapat muncul kembali.

Predator

Aktivis lingkungan di bidang pelestarian mangrove, Lulut Sri Yuliani, mengaku jarang melihat sarang semut rangrang dan burung pipit di kawasan mangrove di pantai timur Surabaya. Ia menduga semut dan burung pipit itu banyak diburu karena memiliki nilai ekonomis.
"Banyak jenis burung di kawasan mangrove, tetapi burung pipit yang paling sering memakan ulat bulu," katanya.

Habitat predator ulat bulu itu diperkirakan juga musnah karena sebagian wilayah di kawasan mangrove itu dibabat untuk dijadikan lahan perumahan beberapa tahun lalu. Lulut berharap Pemerintah Kota Surabaya lebih ketat menjaga kawasan konservasi dan segera memperbaiki kerusakan ekosistem tersebut.
Sebagai solusi jangka pendek, Lulut bersama komunitasnya membuat resep pestisida alami untuk memberantas hama ulat bulu. Pestisida alami itu dibuat antara lain dari daun tanaman biduri, serai, dan lidah buaya. Maret lalu, Lulut membagikan cara membuat pestisida itu kepada Dinas Pertanian Kota Surabaya dan kelompok tani.

Kepala Seksi Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya Suzy Irawati Fauziah mengatakan, baru mendapat laporan serangan ulat bulu itu pada Rabu. Pada hari itu juga, dirinya mengerahkan tim untuk mengecek lokasi sekaligus membawa pestisida alami tersebut.

Source: http://print.kompas.com/ba…/2015/…/30/Ulat-Bulu-Serang-Bakau
date: 30 April 2015

Edisi Meranggas


Hutan Mangrove Meranggas Diserang Ulat Bulu

Surabaya (BM) – Informasi warga jika kondisi kawasan hutan mangrove di Wonorejo, meranggas mendapat pembenaran dari aktivis lingkungan dari Nol Sampah, Wawan Some, Rabu (29/4). Dengan menggunakan perahu, dia menyaksikan sendiri dampak serangan ulat bulu yang membuat tanaman mangrove meranggas dan kering.
"Memang tidak seluruh kawasan Mangrove itu meranggas. Beberapa bagian terlihat mengering dan mati. Ternyata memang banyak sekali Ulat Bulu ditanaman-tanaman Mangrove tersebut. Akibatnya, tanaman mengering dan mati," kata Wawan Some.
Kalau hal itu tidak segera dicarikan solusi, lanjut Wawan, dikhawatirkan tanaman Mangrove yang berada di kawasan pesisir timur Surabaya tersebut akan tertular dan meranggas lalu mati akibat ulat bulu. "Bentuk ulat bulunya kecil tidak terlalu besar. Warnanya abu-abu. Kayaknya seperti yang ada dipohon-pohon itu. Lumayan banyak. Harus segera dicarikan solusi, supaya tanaman lainnya tidak sampai tertular. Atau malah mati," tegas Wawan Some.
Wawan ingin memberitahukan bahwa diperlukan tindakan segera dalam rangka menjaga kondisi Mangrove. Karena jika dibiarkan, maka fungsi tanaman Mangrove yang satu diantaranya sebagai penahan gelombang atau abrasi tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. "Kalau ini dibiarkan, fungsi Mangrove sebagai penahan abrasi menjadi tidak sesuai dengan harapan. Ini bahaya. Perlu segera dilakukan pembenahan," pungkasnya.

BERITA METRO

Minggu, 26 April 2015

Sampah Hari Bumi



Bersih Sampah Plastik di Hutan Mangrove Pamurbaya Tandai Peringatan Hari Bumi



Dalam rangka memperingati Hari Bumi 22 April, Komunitas Nol Sampah, Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo, mahasiswa serta pemerhati lingkungan melakukan kegiatan bersih pantai timur Surabaya (pamurbaya) dari sampah plastik yang mengancam ekosistem hutan mangrove di kawasan Wonorejo, Surabaya.

Sampah plastik menjadi ancaman serius kawasan Pamurbaya, terutama mangrove karena sampah melilit atau menutup akar, batang serta daun mangrove, khususnya anak mangrove yang baru ditanam.
“Sampah plastik ini menjadi ancaman pertumbuhan mangrove serta biota laut lainnya, maka dari itu dalam rangka Hari Bumi 2015 kami melakukan aksi bersih-bersih sampah plastik,” kata Hermawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah, pada Minggu (19/04/2015).
Aktivis lingkungan memunguti sampah plastik yang berada di  sekitar akar mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Aktivis lingkungan memunguti sampah plastik yang berada di sekitar akar mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Upaya rehabilitasi mangrove di Pamurbaya menjadi sia-sia, karena ratusan ribu bibit mangrove yang ditanam mati tertutup sampah plastik.
“Sampah plastik perlu mendapat perhatian semua pihak, karena faktanya dari tahun ke tahun sampah plastik di Surabaya terus meningkat. Pada tahun 1988 sampah plastik hanya 5,6%, dan pada tahun 2010 sampah plastik meningkat menjadi 12,4% dari 4.000 ton sampah di Surabaya per hari. Komposisi sampah plastik di Surabaya dan kota-kota di Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Hermawan.
Melalui aksi bersih sungai dan mangrove dari sampah plastik, Hermawan berharap masyarakat menyadari bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Sejauh ini sampah plastik belum dianggap permasalahan serius, padahal dampak negatifnya sudah dapat dilihat secara langsung, terutama di hutan mangrove Pamurbaya.
“Dengan begini kita dapat menyaksikan secara langsung dampak dari sampah plastik, sehingga diharapkan bisa menyadarkan masyarakat agar mau mengubah gaya hidupnya untuk semakin sedikit menghasilkan sampah plastik,” lanjut Hermawan yang bersama komunitasnya terus mengkampayekan diet tas kresek kepada masyarakat.
Komunitas Nol Sampah bersama petani tambak dan masyarakat pemerhati lingkungan juga menanam 500 bibit pohon mangrove, seperti jenis lindur (Bruguiera gymnorizha) dan bakau (Rhizophora mucronata).
Rehabilitasi Pamurbaya menjadi sangat penting, karena mangrove berfungsi ekologis seperti mencegah intrusi air laut, abrasi pantai, menyerap polutan, serta habitat bagi biota air maupun daratan (nursery ground) bagi kawasan kota Surabaya.
“Vegetasi mangrove juga memiliki fungsi ekonomis yang bisa diolah menjadi bahan makanan dan minuman, seperti buah bogem menjadi sirup mangrove, buah lindur menjadi dawet mangrove, pucuk jeruju untuk teh mangrove dan masih banyak lagi,” ungkap Hanie Ismail, aktivis Komunitas Nol Sampah.
Hutan mangrove di Pamurbaya, juga memiliki fungsi penting sebagai habitat hidup satwa liar. Dari kajian Nol Sampah pada 2012, tercatat ada 20 jenis tumbuhan mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan (asosiasi) yang sangat disukai satwa liar sebagai habitat ratusan jenis burung, 53 spesies serangga, 7 spesies mamalia diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan musang (Paradoxurus sp), 18 spesies ikan, dan 7 spesies crustaceae, serta beragam jenis reptil.
Tercatat ada 148 jenis burung yang pernah dilihat di hutan mangrove Pamurbaya, , 84 spesies burung merupakan penghuni tetap, dan 12 spesies diantara termasuk jenis yang dilindungi. Juga ada 44 jenis burung migran yang singgah Pamurbaya
Di hutan mangrove Pamurbaya juga ditemukan satu jenis burung yang termasuk langka dan hampir punah yaitu bubut jawa  (Centropus nigrorufus). Menurut lembaga konservasi internasional IUCN, bubut jawa termasuk dalam salah satu burung langka yang diperkirakan mengalami kepunahan dalam jangka waktu 10 tahun mendatang.
Lembaga Birdlife Internasional juga menetapkan Pamurbaya salah satu dari 53 kawasan penting bagi burung (import bird area) di pulau Jawa. 15 kawasan diantaranya berada di Jawa Timur. Daerah penting bagi burung merupakan daerah yang secara internasional penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati, baik pada tingkat global, regional maupun sub-regional, serta merupakan alat yang praktis untuk pelestarian keanakeragaman hayati.
Sampah plastik menumpuk menutupi mangrove di pantai timur  Surabaya. Foto : Petrus Riski
Sampah plastik menumpuk menutupi mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Kondisi hutan mangrove di Pamurbaya, menurut Hermawan masuk kategori kondisi kritis, karena sebagian besar ketebalannya tidak sampai 100 meter, padahal di sisi selatan Surabaya ketebalan hutan mangrovenya lebih dari 200 meter.
“Ada hitungannya mengenai kerusakan mangrove, dan di Pamurbaya sudah mengkhawatirkan. Makanya kita mendorong pemerintah lebih memperhatikan hutan mangrove di Pamurbaya, terlebih banyak kawasan yang sudah mengalami alih fungsi,” tandas Hermawan.
Sumber:  *Trihadiningrum, 1988;  **Trihadiningrum, 2006; ***Anonim, 2010
Sumber: *Trihadiningrum, 1988; **Trihadiningrum, 2006; ***Anonim, 2010
MONGABAY