Senin, 18 Mei 2015

Rismaharini ajak umat Budha surabaya tanam mangrove

Rismaharini ajak umat Budha surabaya tanam mangrove

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
 
 
Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak umat Budha di Surabaya menanam mangrove sebagai bentuk wujud mencintai lingkungan dan perlindungan warga terhadap bencana yang berasal dari laut.

"Menanam mangrove berarti sama dengan melindungi daratan dari bencana, khususnya gelombang tsunami di laut," ujarnya di sela membuka gerakan menanam 1.500 mangrove yang diikuti 300 umat Budha Surabaya di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.

Ia menjelaskan, fungsi mangrove mempertahankan daratan dari abrasi lebih besar manfaatnya daripada membangun insfrastruktur berupa batu atau beton di pinggir laut.

"Mangrove yang berusia 10 tahun ke atas kedalaman akarnya mencapai 100 meter lebih sehingga lebih kuat dibandingkan membuat bangunan sebagai upaya melindungi daratan dari abrasi," katanya.

Selain itu, menurut dia, mangrove merupakan tempat berpijak dan beranak hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya sehingga wajib sifatnya menjaga ekosistem sekitar.

"Sifat ikan berpijak tidak di ombak besar, tapi di sekitar mangrove. Kalau tidak ada mangrove maka di mana hewan laut ini tinggal dan beranak?," ucapnya.

Tidak itu saja, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut juga mengatakan bahwa mangrove sebagai salah satu sumber oksigen yang dimiliki dan menghindari masyarakat dari gangguan penyakit kanker paru-paru dan penyakit kulit akibat menyerap udara kotor.

"Jangan dilupakan juga bahwa mangrove mampu mencegah masuknya kadar garam air laut ke daratan sehingga menyaringnya menjadi air tawar di bawah tanah Surabaya," kata mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut.

Karena itulah, lanjut dia, Rismaharini berharap kegiatan penanaman mangrove rutin dilakukan sebagai salah satu bentuk menjaga keberlangsungan kehidupan warga Surabaya.

Sementara itu, gerakan menanam 1.500 mangrove tersebut diprakarsai oleh Majelis Niciren Syosyu Budha Dharma Indonesia (MNSBDI) dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak yang jatuh pada 2 Juni 2015.

"Ini sebagai wujud cinta dan balas budi umat Budha kepada Tanah Air. Setiap tahun kami selalu menggelar acara yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan karena agamanya mengajarkan kepedulian," kata Humas MNSDBI Aldi Thiopradana.


ANTARA

Minggu, 17 Mei 2015

Tanam Yuuk...

Tanam Mangrove di Ekowisata Mongrove Wonorejo, Surabaya

SURABAYA -  Sejumlah warga yang tergabung dalam Majelis Niciren Ayosyu Budha Dharma Indonesia (MNABDI) menanam mangrove di Ekowisata Mongrove Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5). Gerakan tanam 1000 mangrove tersebut dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak sebagai wujud cinta dan balas budi kepada tanah air.
(ea/EA/bd-ant)

BERITA DAERAH

Mangrove Rusak

Dua hektare Mangrove di Surabaya rusak parah


Surabaya (ANTARA News) - Sekitar dua hektare lahan mangrove di Surabaya mengalami kerusakan akibat terlilit sampah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon.

"Dua hektare luas lahan mangrove di Surabaya rusak parah karena sampah," ujar Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Joestamadji di sela peninajuan di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.

Lahan mangrove di Surabaya sendiri yang berada di sepanjang sisi laut luasnya mencapai 700 hektare, yang tumbuh mulai Sungai Lamong hingga Sungai Gunung Anyar.

Berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini terdapat 200 hektare mangrove lainnya mengalami rusak, namun tidak parah sehingga tetap bisa tumbuh dan hijau kembali.

"Berbeda dengan dua hektare yang rusak parah dan ini sangat memprihatinkan. Kami minta warga sadar dengan tidak membuah sampah di sungai karena sangat berpengaruh terhadap tanaman maupun satwa sekitarnya," tukasnya.

Mengantisipasi masuknya sampah yang dibawa dari sungai ke lahan mangrove, pihaknya telah membuat jaring-jaring sebagai penahan agar tak sampai terkena batang maupun akar mangrove.

"Tapi kekuatan jaring tetap tidak bisa menahan semua sampah yang masuk. Jalan satu-satunya yakni dengan manual atau tenaga manusia," katanya.

Selain sampah, penyebab kerusakan mangrove lainnya juga disebabkan oleh ulat yang memakan daun-daun sehingga mengakibatkan kerusakan, meski tidak dikategorikan parah.

Sementara itu, salah seorang petani tambak dan mangrove di Wonorejo, Fathoni, mengaku sering menemukan sampah-sampah berserakan dan melilit di batang-batang mangrove di pinggir sungai.

Hampir setiap hari ia bersama petani-petani lainnya membersihkan dan memungutinya menggunakan perahu, sekaligus mengecek kondisi mangrove-mangrove di sekitarnya.

"Saya juga sering mengingatkan pemburu-pemburu burung dan satwa lainnya di sini, sebab secara tidak langsung kerusakan mangrove juga ulah manusia. Tidak jarang saya berbuat tegas ke mereka yang berburu agar pergi dari hutan mangrove," ucapnya.


ANTARA

Sabtu, 16 Mei 2015

Opini Pembaca Jawa Pos

Fasilitas Pendukung di Ekowisata Mangrove

16/05/15, 13:25 WIB

HUTAN Mangrove Wonorejo, Surabaya, sebagai tempat ekowisata saat ini diminati banyak warga untuk mengisi hari libur. Seharusnya tempat wisata itu dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Misalnya, jembatan yang biasanya digunakan para pengunjung menuju gazebo.
Sayangnya, saat saya berkunjung ke sana pada Minggu (10/5), ada beberapa bagian jembatan yang kondisinya berlubang. Orang-orang yang akan melewatinya pun harus berhati-hati.
Saya berharap pengelola ekowisata mangrove memperhatikan kondisi tersebut dan menindaklanjutinya dengan meningkatkan fasilitas bagi pengunjung.
HERLINA HASYIM, Tuak Daun Merah, Kupang, 085253520xxx


Sabtu, 09 Mei 2015

Ganjal Mangrove.....


Perlindungan Mangrove terganjal pembahasan RDRTK


surabayanews.co.id –


SURABAYA – KJPL menyoroti banyaknya kasus pengrusakan hutan mangrove yang akhir – akhir ini terjadi di tiga wilayah unit pengembangan hutan kota di Surabaya. Bahkan sejak tahun 2008 ditemukan penebangan hutan mangrove mencapai 1.180 Hektar di wilayah pamurbaya atau pesisir pantai timur yg mencapai 3000 Hektar lebih. Namun sayang perlindungan spesifik untuk perlindungan Mangrove hingga kini terganjal pembahasan Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDRTK) Surabaya, yang kini masih mencapai tahap 15 persen.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi menyatakan bahwa hingga kini pihaknya masih melakukan pembahasan secara detail yang akan merumuskan titik koordinat yang juga menyosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat sadar lingkungan. Banyak masyarakat kawasan konservasi mangrove yang disinyalir bekerja sama dengan pengusaha yang mengolor tanah konservasi untuk memperluas kawasan industrinya. ” kami akan terus memantau melalui berbagai sistem komunikasi agar kawasan ini benar- benar spesifik”.
Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Surabaya Rio Patiselano, menyatakan akan terus mendorong agar adanya pembahasan dan ditargetkan segera terealisasi pada akhir 2015 ini. ” pada waktu 2014 lalu kami sempat berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk mengkonversi lahan untuk hutan kota mencapai 10 ribu hektar dalam waktu 10 tahun, dan kini kami masih memantau komitmen tersebut” pungkas pendeta muda tersebut.
Sedangkan Aktivis Lingkungan KJPL ( Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan ) Teguh Adi menyayangkan bahwa dari peta satelit, kawasan Surabaya masih didominasi oleh kawasan coklat yakni kawasa tata ruang untuk pembangunan, bukan untuk kawasan ruang terbuka hijau. Bahkan Teguh menemukan banyak kasus perusakan hutan kota yang didominasi oleh industri yang tak segan – segan melakukan reklamasi pantai. ” kami menemukan banyak hal soal pengawasan pemerintah kota Surabaya yang belum kongkrit hingga hari ini,
Sedangkan Aktivis Lingkungan KJPL ( Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan ) Teguh Adi menyayangkan bahwa dari peta satelit, kawasan Surabaya masih didominasi oleh kawasan coklat yakni kawasa tata ruang untuk pembangunan, bukan untuk kawasan ruang terbuka hijau. Bahkan Teguh menemukan banyak kasus perusakan hutan kota yang didominasi oleh industri yang tak segan – segan melakukan reklamasi pantai. " kami menemukan banyak hal soal pengawasan pemerintah kota Surabaya yang belum kongkrit hingga hari ini, kami mendorong komitmen tersebut segera ditungangkan di RDRTK" kata mantan jurnalis radio tersebut.


SURABAYA NEWS

Kamis, 07 Mei 2015

Survey Bakau

Pemkot Surabaya Survei Kerusakan Mangrove, Ini Hasilnya




SURABAYA — Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar survei upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di kawasan mangrove Pantai Utara dan Timur Kota Pahlawan. Kepala Badan Lingkungan Hidup Musdiq Ali Suhudi, mengatakan survei ini digelar guna mengetahui tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi.

“Dari survei itu akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove,” katanya di Surabaya, Selasa (5/5).
Menurutnya, untuk pelaksanaan survei sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya. Antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asem Rowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Djoestamadji mengakui ada perubahan di kawasan konservasi Pantai Timur Surabaya (pamurbaya). Sebab, ada kawasan pantai yang dulunya ditumbuhi mangrove, tapi kini banya jadi lahan kosong.

Ia mengatakan Pantai Timur Surabaya memiliki luas 2.284,5 hektare yang terbentang dari ujung selatan di Kecamatan Gunung Anyar hingga ke utara di Kecamatan Mulyorejo. Luasan itu terdiri dari tambak seluas 1.939,51 hektare dan kawasan mangrove 345,06 hektare.
Tapi, lanjut dia, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan fungsi lahan dari yang sebelumnya mangrove menjadi bukan mangrove. Pemerintah Kota Surabaya mengaku kesulitan mencari pelaku penebangan liar tersebut. Terakhir aparat menemukan patok-patok berwarna merah milik PT SS di pantai mangrove. Tidak diketahui siapa PT SS, tapi Pemerintah Kota tidak tinggal diam. Mulai Desember 2014, patok-patok dengan Global Positioning System dipasang di pantai dan daratan mangrove.


Republika

Minggu, 03 Mei 2015

Survey Mangrove Surabaya

BLH Survey Kerusakan Mangrove Pesisir Surabaya


Tanam Mangrove 190415 Fa 2
Seorang nelayan memikul bambu sebagai tonggak tanaman mangrove di muara Wonorejo Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/4). ANTARA FOTO/Fiqih Arfani/
SURABAYA - Banyak lembaga konservasi ataupun lembaga yang peduli lingkungan menyatakan jika kawasan mangrove Surabaya rusak. Hal ini bukan sekadar pernyataan, sebab mereka juga membuktikannya dengan melakukan penelitian atau pengamatan.
Kini, sebagai upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di pesisir Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup akan menggelar Survey Mangrove Kawasan Pantai Utara dan Timur Surabaya.
Mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi pun diteliti. Dari survey tersebut akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove.
Untuk pelaksanaan survey sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asemrowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.
Harapannya, dari tindakan survey itu akan bisa ditentukan langkah antisipatif untuk memerbaiki kerusakan tersebut. Masyarakat juga diimbau agar ikut menjaga kelestarian mangrove di pesisir Surabaya.


Centroone.com