Promosi Wisata Hutan Mangrove, Ajak RW Kunjungan Tiap Minggu
Lurah Wonorejo Hastiadi kini sedang bersemangat mengembangkan hutan mangrove di wilayahnya menjadi daerah wisata. Dia menyatakan banyak mendapatkan inspirasi baru setelah menimba ilmu dari Tiongkok. Seperti apa?
ASTANTO AL BUDIMAN, Wonorejo
---
HASTIADI ditunjuk mewakili lurah se-Surabaya untuk mengikuti seminar World Oceans Weeks (WOW) di Tiongkok pada 5-10 November lalu. Dia dipilih setelah menjadi juara pertama lomba Kelurahan Berhasil Tingkat Kota Surabaya pada Agustus lalu. Dia datang bersama Kepala Dinas Pertanian Pemkot Samsul Arifin. ''Ini anugerah sekaligus amanah agar membawa manfaat bagi Kelurahan Wonorejo,'' katanya.
Seminar itu memang memberikan semangat baru bagi Hastiadi untuk memaksimalkan potensi hutan mangrove di wilayahnya.
Seminar WOW adalah pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh pemerintah Tiongkok. Pertemuan itu membahas tentang bagaimana memanfaatkan potensi kelautan di masing-masing negara. Dalam subtopik, dibahas tentang potensi hutan mangrove. Lebih dari 15 negara menjadi peserta workshop. Mereka, antara lain, Filipina, Myanmar, Malaysia, Etiopia, dan Amerika Serikat.
Hastiadi mengungkapkan memperoleh banyak pengalaman berharga setelah mengikuti seminar itu. Dia kini mengetahui, banyak negara yang memiliki mangrove, namun tidak dirawat. Misalnya, Ghana, Nigeria, dan Filipina. Tiga negara itu malah menggusur hutan mangrove untuk dijadikan gedung-gedung bertingkat. ''Mereka baru menyadari pentingnya melestarikan hutan mangrove dan menjaga ekosistem pantai,'' ujarnya. Sementara itu, di Wonorejo, hutan mangrove ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Dalam acara yang diadakan di Kota Xiamen tersebut, Hastiadi juga mengunjungi beberapa tempat wisata kawasan pantai. Dia menjelaskan, pantai di sana menjadi jujukan wisata bagi warga sekitar sekalipun tidak banyak fasilitas yang disediakan. Yang ada di kawasan itu hanyalah bicycle track di sepanjang pantai dan jalur pedestrian untuk berolahraga. Sedangkan pembatas pantai yang dipasang untuk menahan ombak menggunakan bongkahan-bongkahan bekas bangunan. ''Yang patut diacungi jempol adalah kebersihan pantai dan fasilitas umum di sana,'' imbuh suami Umi Rachmawati itu.
Terinspirasi dari kunjungan tersebut, dia ingin memanfaatkan potensi alam di Kelurahan Wonorejo. ''Hutan mangrove di Wonorejo punya lebih banyak potensi keberagaman yang bisa dijual untuk pariwisata,'' ujarnya.
Bapak dua anak itu lantas membeberkan potensi alam di hutan mangrove Wonorejo. Selain bisa menikmati keindahan alam, pengunjung hutan mangrove Wonorejo bisa bermain-main dengan kerang dan aneka ikan. Kelurahan Wonorejo, menurut Hastiadi, memiliki flora dan fauna tersendiri yang tidak dimiliki wilayah lain di Surabaya. ''Orang bisa melihat hewan nyambik, monyet, hingga buaya,'' ujarnya, seperti berpromosi.
Kelurahan Wonorejo juga memanfaatkan mangrove menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual. Mulai batik mangrove, jenang mangrove, hingga tempe dan krupuk mangrove. ''Unit usaha kecil dari warga ini nanti bisa menjadi ikon untuk oleh-oleh,'' tuturnya.
Setelah mengikuti seminar tersebut, lurah kelahiran 4 Oktober 1963 itu meminta perangkat kelurahan -RT, RW, dan lainnya- rajin mengunjungi hutan mangrove bersama warga setempat. ''Saya ingin semua warga Wonorejo tahu potensi alam kita,'' tandasnya. Waktu kunjungan disepakati pada Sabtu atau Minggu. Karena perahu hanya sebuah, Hastiadi membagi kunjungan menjadi per RW. ''Tiap kunjungan maksimal diikuti 40 orang,'' terangnya.
Hastiadi menjelaskan, dalam waktu dekat, pemkot akan membangun jalur bicycle track di Wonorejo. Panjangnya sekitar 25 kilometer. Mulai Boezem Wonorejo, Medokan, hingga Gununganyar Tambak. ''Tunggu tanggal peresmiannya saja,'' ujarnya. ''Mohon dukungan dari pemerintah kota dan provinsi, agar nanti hutan mangrove Wonorejo bisa menjadi ekowisata di Surabaya,'' imbuh Hastiadi.
Taken from Jawapos, Nov 23, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar