Pemberdayaan Mangrove | | |
Epoch Times | Sabtu, 19 Desember 2009 |
SURABAYA - Minggu, 13 Desember kemarin, radio Suara Surabaya, Pemkot Surabaya, Sampoerna untuk Indonesia, mahasiswa dari beberapa universitas di Surabaya dan komunitas pecinta lingkungan mengadakan acara yang bertujuan untuk membersihkan dan menanam mangrove dengan mengambil lokasi di hutan mangrove Wonorejo Surabaya. Dalam acara tersebut para peserta diminta untuk menyatakan kesediaannya dalam kegiatan penanaman bibit mangrove dan pembersihan sampah di kawasan konservasi hutan mangrove Wonorejo Surabaya. Bersedia menjaga dan mengawasi kelangsungan hidup mangrove beserta ekosistemnya. Memberikan bantuan untuk disumbangkan bagi pengembangan kawasan tersebut. Dalam kesempatan ini pula, bapak Muchson atau yang lebih sering disapa Soni pelopor pemberdayaan tanaman mangrove, menunjukkan beberapa hasil pangan olahan dari buah Bogem, salah satu jenis dari tanaman mangrove. Pangan tersebut antara lain dodol, sirup, permen dan masih beberapa lagi. Dari jenis bakau lain bahkan ada yang dapat menjadi bahan pengganti beras, dijadikan tepung, garam dan cendol. “Saya sejak 1998 sudah mulai melakukan pembersihan, pengamatan, meneliti dan mencoba mengolah buah hasil tanaman mangrove ini. Saya mencoba untuk menjadikannya panganan. Seperti sirup, dodol dan permen. Sampai saat ini pemasarannya cukup baik dan mulai banyak dikenal masyarakat. Selain itu yang terpenting kami berusaha terus untuk menjadikan daerah konversi ini terbebas dari pencemaran atau sampah, serta memberdayakan untuk kesejahteraan terutama masyarakat sekitar konversi.” Dari kelompok lain ibu Lulut merupakan kelompok pemberdayaan perempuan, yang memanfaatkan limbah-limbah dari bahan olahan yang dimanfaatkan kelompok pak Soni. Antara lain memanfaatkan daun, akar, kulit buah dan buah yang masih muda sebagai bahan pewarna kain. Yang tepatnya untuk bahan pewarna batik, dikenal sebagai batik mangrove. “Saya berawal dari pemerhati lingkungan, saya mulai mencoba untuk berusaha memanfaatkan juga limbah mangrove yang ada. Selain itu kami berusaha mengolah bahan-bahan yang ada untuk sabun cuci, ragi tempe, krupuk ikan, minuman, snack dan pewarna batik.” Kegiatan yang dimotori oleh radio SS ini menurut Errol Jonathans, Operational Director SS, merupakan salah satu kepedualiannya pada hal-hal yang kurang mendapat perhatian dari khalayak. Diharapkan dengan mengangkat masalah ini, dapat menarik perhatian yang lebih luas. Masyarakat lebih peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. “Kami berusaha mengangkat hal-hal yang kurang diminati oleh masyarakat padahal ini masalah sangat penting bagi lingkungan. Seperti dengan adanya kegiatan ini maka sebagai media kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.” (ET_Sby/Amelia) Sumber: erabaru.net |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar