Surabaya - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengotimalkan keberadaan ekowisata mangrove Wonorejo sebagai upaya untuk menangkal adanya pembalakan liar pohon mangrove di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
Camat Rungkut Ridwan Mubarun di Surabaya, Sabtu, mengatakan, keberadan tanaman mangrove diketahui sangat penting sebagai benteng dari adanya abrasi atau bencana lainnya di sekitar pantai.
"Begitu juga dengan adanya ekowisata mangrove, secara tidak langsung masyarakat juga ikut menjaga keberadaan mangrove," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah daerah lain yang diketahui tanaman mangrovenya diambil atau dibalak oleh warga yang tidak bertanggungjawab. Namun, hal itu saat ini tidak terjadi di Pamurbaya, khususnya di Kecamatan Rungkut.
"Dulu di Rungkut banyak mangrove yang diambil, tapi sekang dengan adanya ekowisata masyarakat ikut mengawasi," tuturnya.
Ridwan mengatakan kasus pembalakan mangrove di Kecamatan Mulyorejo yang berhasil diungkap beberapa waktu lalu, akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat setempat akan pentingnya mangrove.
"Pengawasan mangrove tidak cukup dari aparat keamanan saja, melainkan juga dari masyarakat setempat," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pemanfaatan mangrove tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau menebang pohonnya secara liar, melainkan harus dilakukan dengan cermat, seperti halnya yang dilakukan oleh warga Rungkut dalam memanfaatkan mangrove yakni dengan cara hanya mengambil buah dan daunnya saja.
"Biasanya daun mangrove yang diambil untuk memanfaatkan zat pewarnaan alami untuk pembuatan batik. Hal ini yang sudah dilakukan Bu Lulut (penerima penghargaan Kalpataru 2011). Artinya tidak harus menebangi, itu tidak boleh," ucapnya, menegaskan.
Selama ini, lanjut dia, pihaknya sudah memberikan edukasi kepada masyarakat supaya tetap menjaga mangrove serta tidak dibalak secara sembarangan. "Warga sudah tahu, kalau ada warga yang bawa senapan burung di lokasi hutan mangrove maka langsung ditegur," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan ekowisata yang kian ramai dikunjungi warga menjadi pendapatan tersendiri buat warga setempat. Hal itu dikarenakan, warga setempat dalam hal ini diwakili para pemuda yang tergabung dalam karang taruna bisa menjual pernak-pernik atau minuman seperti sirup, batik dan lainnya yang terbuat dari tanaman mangrove. "Hasil pendapatanya tentunya buat mereka juga," ujarnya.
Untuk itu, Pemkot Surabaya juga mempersiapkan pembangunam pusat informasi mangrove atau yang dikenal dengan "Mangrove Information Center" (MIC). MIC tersebut difungsikan sebagai pusat edukasi seputar mangrove.
Catatan: Ayo pak camat, kita dukung terus. Kita buat para aktifis lingkungan yang hanya peduli uang itu untuk keluar dari Pamurbaya.
Camat Rungkut Ridwan Mubarun di Surabaya, Sabtu, mengatakan, keberadan tanaman mangrove diketahui sangat penting sebagai benteng dari adanya abrasi atau bencana lainnya di sekitar pantai.
"Begitu juga dengan adanya ekowisata mangrove, secara tidak langsung masyarakat juga ikut menjaga keberadaan mangrove," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah daerah lain yang diketahui tanaman mangrovenya diambil atau dibalak oleh warga yang tidak bertanggungjawab. Namun, hal itu saat ini tidak terjadi di Pamurbaya, khususnya di Kecamatan Rungkut.
"Dulu di Rungkut banyak mangrove yang diambil, tapi sekang dengan adanya ekowisata masyarakat ikut mengawasi," tuturnya.
Ridwan mengatakan kasus pembalakan mangrove di Kecamatan Mulyorejo yang berhasil diungkap beberapa waktu lalu, akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat setempat akan pentingnya mangrove.
"Pengawasan mangrove tidak cukup dari aparat keamanan saja, melainkan juga dari masyarakat setempat," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pemanfaatan mangrove tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau menebang pohonnya secara liar, melainkan harus dilakukan dengan cermat, seperti halnya yang dilakukan oleh warga Rungkut dalam memanfaatkan mangrove yakni dengan cara hanya mengambil buah dan daunnya saja.
"Biasanya daun mangrove yang diambil untuk memanfaatkan zat pewarnaan alami untuk pembuatan batik. Hal ini yang sudah dilakukan Bu Lulut (penerima penghargaan Kalpataru 2011). Artinya tidak harus menebangi, itu tidak boleh," ucapnya, menegaskan.
Selama ini, lanjut dia, pihaknya sudah memberikan edukasi kepada masyarakat supaya tetap menjaga mangrove serta tidak dibalak secara sembarangan. "Warga sudah tahu, kalau ada warga yang bawa senapan burung di lokasi hutan mangrove maka langsung ditegur," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan ekowisata yang kian ramai dikunjungi warga menjadi pendapatan tersendiri buat warga setempat. Hal itu dikarenakan, warga setempat dalam hal ini diwakili para pemuda yang tergabung dalam karang taruna bisa menjual pernak-pernik atau minuman seperti sirup, batik dan lainnya yang terbuat dari tanaman mangrove. "Hasil pendapatanya tentunya buat mereka juga," ujarnya.
Untuk itu, Pemkot Surabaya juga mempersiapkan pembangunam pusat informasi mangrove atau yang dikenal dengan "Mangrove Information Center" (MIC). MIC tersebut difungsikan sebagai pusat edukasi seputar mangrove.
Catatan: Ayo pak camat, kita dukung terus. Kita buat para aktifis lingkungan yang hanya peduli uang itu untuk keluar dari Pamurbaya.
memang mulai sekarang harus digalakan upaya penanaman kembali hutan mangrove, efeknya dapat mengurangi global warming dan pencemaran laut
BalasHapus