NONGSA - Forum Komunikasi Perpolisian Masyarakat (FKPM) dilarang mendukung salah satu partai politik (parpol) atau menjadikan FKPM sebagai alat politik dalam Pemilu 2009 mendatang. Hal itu diungkapkan Kabag Binamitra Poltabes Barelang, Kompol Nunung S, Jumat (21/11). Dikatakan, dari laporan yang diterima, sudah ada beberapa warga mengatakan ada oknum FKPM yang melibatkan organisasi itu untuk berpolitik praktis. Bahkan dari informasi warga ada beberapa oknum FKPM yang bersaing dalam politik atau memperebutkan masa dengan cara yang tidak sehat, sehingga menyebabkan warga bingung dan resah. Menanggapi masalah tersebut, Nunung dengan tegas mengatakan bahwa FKPM bukanlah organisasi politik, tapi merupakan alat pranata sosial, dan menjadi subjek keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Sehingga jika ada yang mengkaitkan FKPM dengan politik adalah merupakan suatu penyimpangan. "Kalau ada yang mengetahui silahkan lapor langsung ke saya," kata Nunung. Apabila di lapangan ditemukan oknum FKPM yang menggunakan FKPM untuk kepentingan politik, polisi akan segera melakukan evaluasi dan akan mengganti oknum FKPM yang melakukan hal tersebut. "Kita akan mengevaluasi melalui Kapolsek," ungkapnya. Ia juga berharap agar FKPM dapat membantu menciptakan situasi yang kondusif dalam menyongsong pemilu 2009 nanti. Selain itu ia juga meminta kepada pengurus dan anggota FKPM agar jangan mencampuradukan politik dengan FKPM atau menjadikan FKPM untuk kepentingan politik praktis. "Kalau ada anggota atau pengurus, mau berpolitik ya monggo. Asal jangan membawa FKPM, kita akan bekukkan," tegasnya.(sm/th) Sumber: sijorimandiri.net |
Sabtu, 22 November 2008
FKPM Jangan Dijadikan Alat Politik
Rabu, 05 November 2008
Artikel dari Blog Lombok
Diajari sampah, Soni hutankan mangrove

Kerut di wajahnya belum juga nampak. Iapun masih lincah saat bermanuver menggunakan sepeda motor di pematang tambak. Tapi Mochson yang akrab disapa Soni benar-benar sudah kakek satu cucu.
Soni bukanlah warga asli Wonorejo. Karena alasan pekerjaan, dia kini berdomisili di Wonorejo dekat gardu induk PLN. Ia karyawan sebuah pengembang sekaligus salah satu warga perdana di sana.
Setiap ada waktu senggang pemilik kumis tebal ini menyusuri pinggiran sungai Surabaya atau kali Londo—demikian warga menyebut— hingga muara sungai menggunakan perahu bersama beberapa nelayan dan warga Wonorejo. Ia bermaksud menanami pesisir dengan bakau untuk mencegah abrasi.
Sejak 2004 lalu bapak 3 anak ini getol menanami pematang tambak, bibir sungai, hingga pesisir pantai dengan bibit Soneratea alba atau bogem. Untuk jenis tanaman yang satu ini, ia punya metode khusus temuannya sendiri. Metode rumput kering.
Tidak sulit kok. Biji buah bogem dimasukkan dalam ikatan rumput kering. Tujuannya agar biji tidak berhamburan keluar jika tersapu ombak. Dalam satu gumpalan rumput kering, Soni memasukkan sekitar dua puluhan biji. Akar bakau yang tumbuh nantinya akan mempunyai pegangan. Lalu rumput berisi biji bogem tadi ditanam dengna cara membenamkan ke dalam tanah.
Sebelum menggunakan metode ini, bibit bogem yang ia tanam selalu gagal. Alias layu sebelum berkembang bin hidup cepat mati muda. Saat itu ia menggunakan metode primitif, dengan langsung menanam biji ke dalam tanah.
Anehnya banyak tunas justru tumbuh dari sela-sela sampah yang mampir di pesisir sungai akibat terbawa ombak. “Dari pengamatan itu, muncul ide menggunakan metode rumput kering.” kata Soni.
Menurut Soni, bogem tidak cocok dibiakkan dengan stek. Stek membuat pertumbuhan bogem sangat lambat dan bodinya kurus. Hasil yang kurang baik juga terjadi pada pembibitan dengan menggunakan polybag.
Dengan metode baru temuannya ini, ia yakin mampu menghasilkan bakau yang punya daya bertahan hidup yang cukup tinggi di tengah ganasnya terpan ombak. Ini sudah terbukti dengan ratusan bogem yang kini tumbuh kokoh menahan daratan di pesisir sungai.
Bogem untuk penghijauan?
Menurut pengamatan laki-laki kelahiran Bojonegoro 54 tahun silam ini, bogem punya karakter kuat. Yaitu bisa tumbuh di luar habitat aslinya. Jenis bakau yang bentuk buahnya sangat eksotis ini, juga mampu hidup dalam kondisi salinitas air yang minim, meski hal itu dibutuhkan semua jenis bakau.
Yang menggiurkan, buah bogem yang aromanya sangat menggugah selera ini juga bisa dimanfaatkan menjadi beberapa produk bernilai ekonomi tinggi. Buah bogem bisa diolah menjadi sirup, dodol, dan cuka.
Bogem menjadi satu-satunya buah tropis yang mengandung vitamin A, C, sekaligus beryodium tinggi. Dan berfungsi sebagai anti oksidan. Menurut warga sekitar, bogem mampu mengobati diare, batuk, hingga mencegah stroke.
Hal ini yang dipakai Soni untuk merubah pola pandang pemanfaatan bakau oleh warga sekitar. “Maksud saya biar masyarakat itu tahu manfaat buahnya, dan mengubah pola mereka dari menebang pohon menjadi memetik buah.” harap Soni.
Upaya Soni menanam bakau sejak 10 tahun lalu cukup membuahkan hasil. Sekitar 100 hektar lahan terabrasi berhasil ia tanamai berbagai jenis bakau.
Namun mantan pegawai Badan Pertanahan Nasional Bojonegoro yang juga pernah jadi tukang foto keliling ini, masih punya “pekerjaan rumah” yang menumpuk. Dari sekitar 350 ribu hektar kawasan hutan mangrove, masih ada 25 hektar lahan kosong yang belum tertanami.
Ini bukanlah pekerjaan mudah. Mengingat hasil menanam tidak bisa dilihat hanya dalam 1 atau 2 hari saja. Sambil menunggu hasil tanam, Soni selalu cemas karena ancaman ombak mengikis daratan bukan ilusi. Ombak yang menggerogoti daratan bisa merobohkan tanaman bakau yang masih muda.
Belum lagi ada kecurigaan masyarakat pada aktivitas penghijauan hutan mangrove yang dilakukan Soni. Betapa tidak, Soni yang terkenal sebagai penanam hutan mangrove juga tercatat sebagai pegawai sebuah pengembang perumahan.
Ibarat serigala berbulu domba, bisa jadi kepeduliannya terhadap hutan mangrove hanya balutan cantik agar daratan terjaga. Sehingga daratan untuk pembangunan perumahan selalu tersedia.
Soni tampak tidak sewot dengan kecurigaan ini. Ia membeberkan, aktivitasnya menghutankan mangrove mendapat donasi dari koceknya sendiri “Kecurigaan itu dari dulu sudah ada. Sejak awal penanaman, tidak ada pihak yang menyandang dana.” jawabnya enteng.
Sumber: Blog Lombok
Senin, 20 Oktober 2008
Aksi masyarakat
Nandur Mangrove Jilid 2
3 komentar:
- asruldinazis mengatakan...
-
ayo2... lain kali lagi kegiatan yg lain.. ayo ndang ikut meramaikan... :)
- 20 Oktober 2008 11:52
- Raden Mas Angki Bukaningrat mengatakan...
-
Hajar blehhhhhh
- 21 Oktober 2008 00:53
- Raden Mas Angki Bukaningrat mengatakan...
-
Sek akeh toh fotone?? engko' aku njaluk
- 21 Oktober 2008 00:55
Sumber: cisthousephoto
Aksi masyarakat
Laporan Nandur Mangrove Jilid 2
Dimulai dari hati dan berakhir dengan penuh Kreasi, itulah yang dilakukan oleh para punggawa TPC dalam menandur Mangrove di Pantai Timur Surabaya, yang tepatnya di Wonorejo – Rungkut, pada tanggal 18 Oktober 2008. Start dimulai pada pukul 06.30 WIB, namun kami berangkat menuju ke TKP, pada pukul 07.15, dikarenakan padatnya sang pengunjung yang ingin ikut berpartisipasi dalam menanam Mangrove pada hari tersebut.
Pada Nandur Mangrove Jilid 2 ini hanya ada lima punggawa yang ikut berpartisipasi yaitu cisthouse, angki, Dion, Arul, dan Udin, walaupun hanya ada lima namun semangat kami seperti ada 100 orang yang sedang menanam Mangrove, kami berangakat menuju ke TKP menggunakan perahu yang terbuat dari karet. Ketika itu panas Matahari di Surabaya sedang panas-panasnya, namun kami tak pernah mengeluh kepanasan dan kehausan, walaupun panas terik Matahari sudah menyengat pada pukul 09.00, kami bertekad, bahwa panas Matahari saat itu di rasakan oleh banyak orang yang sedang berada di sana, sehingga tidak ada alasan untuk mengeluh. Kami mulai menanam Mangrove pada pukul 08.00, banyak sekali para pengunjung yang ingin melestarikan Pantai Timur Surabaya, mulai dari SMA, Mahasiswa, Pegawai, serta TNIpun ikut berpartisipasi.
Aksi masyarakat
Berpanas Ria demi Mangrove
Sabtu ini (18/10), Komunitas Blogger Surabaya diajak lagi oleh Sampoerna untuk berpartisipasi dalam Penanaman Mangrove di Bozem Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Kali ini elemen-elemen masyarakat tidak kalah banyaknya dari yang pertama. Antara lain : Sampoerna sendiri, Karyawan Bank Jatim, STIKOMP, Fisip UNAIR, Siswa SMP/SMA, Pramuka, Pemerintahan Surabaya, TNI, dan Polri, Tugupahlawan.com sendiri serta elemen-elemen lain yang tidak tertanggap oleh otak saya.
Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan HUT TNI yang ke-63 sehingga terlihat banyak tentara-tentara ikut juga nimbrung. Saya tidak melihat jelas ada Walikota Surabaya karena saking banyaknya orang, kata teman saya sih beliau ada. Oh iya ada juga dari FKPM (Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat) yang mengelola Bozem Wonorejo ini.
Walau acaranya cukup mendadak pemberitahuannya, dari TPC sebelumnya sudah diundang nandur mangrove ada beberapa orang yang ikut, aRuL, Angki, Det, Udin, Cisthouse, dan Frenavit (bodrex) yang akhirnya membawakan se-tas es teh, yang bikin segar.
Kegiatan ini berlangsung dari jam 06.30 sampai selesai. Seperti biasa antri untuk berangkat menuju ke tempat penanaman mangrove sekitar 15-20 menit menggunakan perahu karet atau perahu kayu. Rombongan TPC sendiri menggunakan perahu karet yang berkapasitas 10 orang.
Cuaca panas (kondisi Surabaya dan daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa mengalami perubahan cuaca cukup signifikan karena pergerakan matahari berada di atas tepat garis khatulistiwa itu, sehingga panas) tidak mengurangi semangat kita untuk berpartisipasi langsung memberikan udara segar buat kota Surabaya yang sudah terlanjur panas oleh kendaraan dan pabrik di sekitar Surabaya.
Sampai di tempat penanaman, jadinya tubuh merasakan panas yang cukup luar biasa. Segera aja menuju tempat penanaman disertai juga dengan teman-teman dari kelompok lainnya. Ada yang membuat lubang, ada yang memasukkan bibit mangrovenya (terlebih dahulu dilepas plastiknya), ada yang menancapkan bambu di sekitar tanaman agar tidak hanyut terkena gelombang air, ada juga mengingat tali. Yah ada juga sih yg langsung kerja paralel.
Yang paling salut itu, sama ibu, boznya angki di kabid kantornya itu, sejak kita pertama datang ke tempat itu, sampai selesai semangat terus, memompa semangat kita untuk terus menanam. Termasuk memberikan dorongan beberapa karyawati sebuah Bank yang takut turun ke lumpur gara-gara takut kotor, untuk menanam minimal 10 bibit *yah dasar dihitung pula bibit yg ditanam, padahal ngak perlu, itukan keikhlasan, semoga mereka bisa belajar yang namanya ikhlas*. Kata ibunya lagi “Yang laki-laki bikin lubang, yang wanitanya masukin”.
Oh iya, ada juga beberapa penyandang cacat ikut menanam mangrove ini, bahkan beberapa temannya yang lain pengen ikut, namun sayang ngak dibolehin cukup melihat, takut terjadi apa-apa.
Semuanya tumpah ruah ke lahan berlumpur itu, saya sendiri melepaskan sandal saya, takut kejadian episode pertama (angki red) sandalnya masuk ke dalam lumpur dan tidak bisa diambil lagi . Walau kaki ditusuk-tusuk oleh batang-batang di lumpur itu tidak apa-apalah, hitung-hitung olahraga buat kaki

Nandur Mangrove
Akhirnya setelah lahan itu sudah penuh dengan bibit, dan rombongan berikutnya mendapatkan giliran, kita kembali ke posko pantau untuk kembali menaiki perahu menuju tempat kita pertama kali datang. nah di sini kawan-kawan, antrinya cukup puanjang, antri dengan siswa, mahasiswa, tentara, karyawan, sampai-sampai kita berbagi spanduk TPC untuk menahan panas berdiri menunggu antrian masuk ke perahu. Tapi semua itu dibayar dengan keinginan tulus untuk menanam mangrove .
Suhu panas terasa banget ketika berada di atas perahu kayu menjelang pulang itu, kuliat terasa betul-betul dibakar, terutama kulit atas kaki. Sampe sekarang kulit tangan, wajah, dan kaki saya terasa perih kalo dipegang. Pelajaran, lain kali bawa jaket, topi atau pelindung lainnya, supaya menghindari panas. Oia panas matahari berlebihan bisa menimbulkan kanker lho.
Update foto-foto :
Teman-teman yang lain pasti pada tertarik, lain kali kegiatan ini ada, ente-ente harus ikutan juga. Atau mencari kegiatan peduli lingkungan lainnya.
Cerita-cerita lain ada di :
Foto dicaplok dari : deteksi.info dan cisthousephoto
*Akhirnya sampai di kost, mengerjakan amanah-amanah lainnya, dan malamnya tertidur kecapekan, namun sayang karena cuaca panas (sampai saya harus menanggalkan pakaian satu persatu, serta kasur dan bantal aja basah karena keringat) harus bangun tidur untuk minum air. Paginya akhirnya ngak bisa ikut JMP, sudah tepar duluan.

Filed under: Blog, Kisah Hidup, Sosial | 37 Comments
Tags: Bakau, bozem wonorejo, mangrove, Pantai, surabaya, tanam
37 Responses to “Berpanas Ria demi Mangrove”
Sumber: blog asruldinazis
maafkan saya tidak menunaikan tugas mulia ini daeng dan kawan2.
Kalo ingat cuaca panas .. terakhir kali abang merasakannya sewaktu di Madiun setahun yang lalu .. Hari ini tepat setahun abang meninggalkan Jawa Timur .. alhamdulillah, disini cuacanya lebih bersahabat karena sering turun hujan — aslinya sih panas seperti disana.
Entah mengapa .. sepanas²nya Surabaya — waktu itu, abang merasakan di Madiun lebih panas. Pernah abang lihat info BMG di Jawa Pos, edisi Madiun .. disitu disebutkan bahwa suhu Madiun paling tinggi se Jawa Timur, disusul oleh Surabaya.
Eh .. koq malah ngebahas soal cuaca panas sih? .. sorry Rul, iya maksud abang, seandainya di Jawa Timur pohon² lebih rimbun — dan usaha untuk itu sudah dilakukan oleh Irul dkk — pasti, walaupun matahari bersinar terik, masih terasa lebih adem karena ditahan oleh pucuk² pohon yang hijau.
Jadi .. penghijauan adalah hal yang tidak dapat ditawar² lagi ya Rul .. salam buat Angki dan teman² tugu pahlawan.
salut bro’
aduh itu ka aRuL, mejeng nanem niyh yee..;p
moga ga cm sekali….hihihi….
[FYI] nama boz saya ituh Ibu Surtauli Sinurat (Uli)
di daerahku hutan mangrove pun dibabat
saluuut…..tlah ikut berperan
menjaga kelestarian ekosistem
bagus juga,kegiatannya
wew potoku kok gak ada hehe.
huh gara2 kesiangan gak bisa ikutan hiks.
saluto for kaliano *ngiri*
Salut….
*Blogger peduli lingkungan….
maafkan saia ndak bisa ngikut serta…
semangat trusssss, daeng…
aq kmarin pulang duluan, ada tangung jawab coz terik panas sekaliiiiii. kg g kuat.
saya juga minta maaf karena musti menghadiri mantenan (nikahan) masku…
Tlalu ndadak, dadine g sempet melok..
becyeeek yaa…hihi, panas pula, tapi ngga papa Daeng, demi menyelamatkan lingkungan!! Tul, ngga??
walau panas… tetep semangat bro… *sorry, gak bisa bantu apa2, cuman bantu dukungan ajah
*
akuu pengeen ikuut . hee
Betapa senangnya…rekan blogger di Surabaya ikut serta dalam kegiatan positif….menunjukkan bahwa blogger juga peduli lingkungan.
Semoga TPC tetap aktif dengan kegiatan positifnya, yang akan memicu anak muda lain mengikutinya….
seeep…
go green!!!!!!!!
wah asyik tuh, bang….bisa ikut lestarikan alam………
*ngemeng2 bang arul sadar kamera jugax yaks*
habis posting ini pasti arul kepikiran sama cewek bank jatim yang langsing-langsing, putih-putih dan memiliki “masa depan” yang bagus itu! hekekeke…
pengen sih ikut, sayang jauh…
walah, kali ini turun beneran ato cuma lewat kayak yang kemarin nih??
pengen ikuuuuuuuuuuuuut………
udah lama aq ga’ mampir di blog ini., waduh2 ituh kegiatannya keren kang.
blogger go green…. manstab!
semangat.. semangat bos…. smoga bisa dicontoh blogger2 kota lain.. dan kota yang blm ada perkumpulan blogger nya segera ada…
pasti menarik banget kegiatan itu, seklaigus bisa wisata petualangan
hebatss….
mangrove terbentuk…, ekosistem terpelihara..
go.. green…!
hadu, belain-belain nih
patut di contoh
semangat yang oke punya!
Blogywalkie.com latest post: Blogywalkie di undang terhormat dalam mencoba wordpress 2.7
wah,,ternyata hari itu km ada acara ini ya?
semangat..senengnyaa..masih bisa melakukan..
ternyata km msih bisa melangkah ngga hanya menatap..
Waah. Sayang waktu itu ndak bisa ikut.. Padahal rencananya mau ikut ini acara.
Wah.. salut dech untuk TPC. Banyak kegiatan positifnya… tapi kok isinya TPC kebanyakan cowok yach? andai waktu itu saya ikut, hehehe… (surabaya juga dan mahasiswa STIKOMP).
Wah.. salut dech untuk TPC. Banyak kegiatan positifnya… tapi kok isinya TPC kebanyakan cowok yach? andai waktu itu saya ikut, hehehe… (surabaya juga dan mahasiswa STIKOMP).
sep mas…saya juga dsana hehe panas banget mpe gosong iki hahaha
Acara yang asik….
keren banget. . . salut buat yang ngadain dan ikut. Jadi pengin. . . . kapan ya bisa .
mari berantas global Warming melalui blogwalking
wauw… Kegiatan yang layak untuk di ikuti.. Emang, kreatip banget dan berguna euy…
Sayangnya hutan maggrove di daerah kami yaitu disepanjang pesisir pantai timur Langkat seluas 36 ribu ha telah punah dijarah oleh para pengusaha kebun kelapa sawit yang berkolusi dengan para pejabat daerah. Padahal hutan tersebut adalah hutan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang merupakan kewjiban setiap orang untuk melindunginya. Kasus pengalihan fungsi hutan KSDA ini telah berulangkali kami laporkan kepada para penegak hukum baik di daerah maupun di pusat. namun sampai saat ini tidak ada upaya untuk menuntaskannya. Trims atas kunjungannya ke blog kami. Salam, Masyarakat marginal sumut