Tampilkan postingan dengan label Sirup Bogem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sirup Bogem. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 September 2009

Tulisan dari Blog jagomakan

Tulisan yang cukupo menarik ini dapat disimak dari sumber aslinya disini.

Oleh-oleh Bogem


Saya kagum luar biasa, di tangan seorang petani magrove. Bogem bisa diolah menjadi sirup, jenang dan kerupuk.


Begitu tahu kalau tujuan liputan saya ke Pantai Timur Surabaya, saya sudah aras-arasen. Karena cuaca benar-benar panas. Apalagi lokasinya lumayan jauh. Membayangkan saya naik sepeda motor panas-panas di terik matahari. Bisa-bisa saya nanti garing kayak keripik rambak. Sama seperti saya, Anton si fotografer juga sama ogah-ogahan. Apalagi kalau harus membonceng gajah duduk. Bisa jadi peleg ban motornya jadi kocak nggak karuan.



Tapi saya bersyukur, tugas kali ini ditemani Pak Syaiful. Yang artinya dapat fasilitas bawa mobil kantor. Hueueueue…keren ! Suwun yo..Pak Say..
Perjalanan ini mengantarkan saya bertemu sosok Pak Soni. Pimpinan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo-Rungkut Surabaya. Sosok yang sangat sederhana, tapi suka membagi ilmu kepada siapa saja. Orang yang tak pernah kehabisan ide untuk memanfaatkan hasil hutan magrove, pohon pantai yang dianggap tidak memiliki manfaat apa-apa bisa berfungsi ekonomis.




Salah satu buah yang bisa dimanfaatkan yaitu Soneratia (bogem), bisa diolah untuk sirup dan jenang dodol. ”Buah yang bisa diolah adalah buah masak dari pohon. Cirinya, buah tersebut jatuh langsung dari pohon, bukan sengaja dipetik,” jelas Soni. Buah bogem tidak bisa langsung diolah, ada proses khusus karena mengandung tanin. Getahnya mengandung racun. Harus dibersihkan, direndam baru kemudian direbus.

Untuk pembuatan jenang bogem, diolah dari daging buah bogem, tepung ketan, gula pasir, asam bensoat. Jenang isi 12 yang dikemas dengan pelepah pisang yang unik harganya Rp 10 ribu.


Olahan lain yang juga istimewa yaitu sirup bogem. Bahan sirup ini juga diambil dari sari buah bogem. Untuk penyajianya, satu bagian sirup dicampur empat bagian air hangat. Boleh juga ditambahkan es batu. Rasanya benar-benar istimewa, campuran rasa manis berpadu dengan rasa asam yang dominan, malah memunculkan rasa segar berkepanjangan di tenggorokan. Selain itu, minuman unik khas pantai Timur ini kaya kandungan vitamin A,C, yodium dan anti oxidan.

Saya merasa beruntung, karena diajak blusukan masuk dapurnya, bahkan dia juga dengan mudahnya memberi tahu rahasia racikan jenang, sirup dan kopi yang diolah dari Bogem. Masyarakat disekitarnya, juga tidak lagi menggantungkan hidup dari tambak, karena rumah Soni selalu terbuka bagi masyarakat sekitar yang ingin maju dan belajar.

Dari sosok seorang petani sederhana ini, sungguh saya belajar semangat dan ketulusan yang terpancar hebat dari semangatnya untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Sosok petani ini ibarat oase yang menyejukkan di Ujung Pantai Timur "master, angkat saya menjadi muridmu !" *berlutut. Oleh-oleh khas Pantai Timur Surabaya
Kelompok Tari Mangrove Wonorejo - Rungkut

Jl Soneratia 2

Kelurahan Wonorejo Timur.

11 comments:


fahmi! said...

Wah menarik, aku pingin ngincipi iki. Btw jl soneratia iku ndek endi toh? Daerah kenjeran kah?

Bukan. Mi. Stikom terus nothok, pol-nya taxi orange masih terus, gardu PLN terus juga. Nothok pokoke, nama daerahnya Wonorejo.

eh hati-hati nyebut bogem di solo dan klaten terutama... coz itu tempat penyembelihan titit laki-laki yang belum sunat... nanti dikirain ada campuran "kikil" bogem he he he

Edi Psw said...

Kayaknya susah ya ngolahnya.

wuih dari manggrove? wow..kreatif men pak master Soni kui ndol....

wah aseek juga yah kerjaanmu, selalu tau klo ada jenis makanan dan minuman baru....

puisilombok said...

akhirnya jagomakan mampir juga ke pak Soni. profil pak Soni dan artikel sirup mangrove juga bisa dibaca di http://puisilombok.co.cc arsip bulan november 2008.

btw, kali ini kok tulisannya mbak Mendol kok beda ya? apa redakturnya ganti??? biasanya klo baca pasti terpingkal-pingkal. ini kok ak

@Andre/puisi lombok : Iyo, sakjane telat yo...awakmu wis mengulas Pak Soni. Tapi aslii nggak nyeysel ketemu orang ini. Murah hati..berbagi ilmu..eh muleh aku disangoni kerupuk rajungan.heheheh.

sing nulis iki tetep aku, dre. Ndak lucu, hmm..coba sampeyan mbayangno aku mangan jenang bogem sak trailer..hehehehe.

didut said...

wah menarik nih, soalnya punya teman yg juga petani mangrove ...kapan akapn aku minta data lengkapnya ya mbak

indra said...

Sirup Bogem rasa asem manis menyegarkan..wow i like this. Enak banget bwt menghilangkan dahaga terutama saat surabaya sedang terik2nya

bogemgroup said...

wah kelihatanya enak tuh

akirana said...

Hai...
Salam kenal.
Boleh minta contact person & telepon si pembuat sirup bogem? thx.

Senin, 21 April 2008

Tulisan tentang Sirup Mangrove dari detikcom

Diyakinkan Kera,Lahirlah Minuman Menyegarkan

Dulu siapa mengira buah mangrove dapat menjadi sirup menyegarkan? Di tangan Muchson, ketidakmungkinan itu sirna. BERAWAL dari coba-coba, kini menjadi sumber pemasukan. Itu yang dilakukan Sony panggilan akrab Muchson warga Wonorejo Timur RT 04/RW 07, Kec Rungkut, Surabaya. Sebelumnya, tak pernah terlintas di kepalanya bakal memproduksi sirup berbahan baku buah bakau (mangrove) atau oleh masyarakat biasa disebut bogem.
Pertama kali memproduksi minuman berasa manis sedikit asam menyegarkan ini hanya beredar di kalangan tempat tinggalnya. Namun, seiring bergulirnya waktu, inovasi lelaki ini diakui khalayak. Bahkan, sirup bogem temuannya telah diproduksi massal. Bagaimana awalnya Sony menemukankarya kulinerini? Inspirasinya ternyata datang setelah dia kerap ’’berinteraksi’’ dengan hutan mangrove di kawasan Rungkut. ’’Ide datang setelah mendapati banyak bogem bergeletakan begitu saja di hutan mangrove di Kecamatan Rungkut, tidak ada yang memanfaatkan,” tuturnya.
Sony sempat dihinggapi kekhawatiran sebelum akhirnya merealisasikan idenya itu. Dia khawatir minuman bogem dapat menyebabkan keracunan. Namun, keberadaan habitat kera yang menjadikan bogem di hutan mangrove di sepanjang terusan Kali Wonokromo dan Muara Wonorejo itu sebagai makanan memupuskan ketakutan itu.’’Saya yakin jika bogem aman dikonsumsi setelah melihat banyaknya kera yang makan buah itu,” tutur lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Bojonegoro ini. Lewat belajar secara autodidak, akhirnya Sony tahu jika ada dua jenis bogem yang biasa disebut Soneratia.
”Kalau mangrove jenis Xilocarpus granatom atau bahasa Jawanya nyireh, yang bentuknya bulat seperti granat sangat cocok buat bahan baku kosmetik,” papar lelaki berkumis ini. Sony menambahkan, sebenarnya inspirasi membuat sirup bukan dilatarbelakangi keyakinan bahwa bogem aman dikonsumsi. Namun, juga didasari fenomena tentang hubungan antara komunitas masyarakat pesisir dan hutan mangrove. Suami Riyati ini lantas mencoba membuat sirup.Hasilnya, bogem sukses dijadikan minuman, meski baru sebatas untuk kalangan keluarga dan tetangga. Sukses pada uji coba kian menguatkan tekad Sony mengomersialkan minuman ini.’’Bogem yang masak pohon akan jatuh sendiri,”tandasnya. (soeprayitno)
Surabaya - Mangrove atau bakau ternyata tidak hanya berfungsi sebagai penahanan gerusan air terhadap daratan. Tapi juga bisa dijadikan apapun. Mulai dari bedak, makanan kecil hingga bahan minuman.Seperti yang dilakukan oleh warga di kawasan Wonorejo Rungkut Surabaya. Warga di kawasan tersebut menjadi mangrove sebagai sirup seperti halnya buah lychee dan buah markisa. Sirup buah mangrove mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksidanRasanya mungkin aneh pada saat kita meminumnya. Pasalnya selama ini buah tersebut dibuang dan tumbuh liar di tepi pantai. Sirup dari buah bakau tidak kalah dengan sirup rasa buah lainnya terasa sedikit asam tapi menyegarkan."Buahnya wangi sekali ini yang membuat kita tertarik untuk membuatnya," kata Yudi warga Wonorejo Rungkut kepada detiksurabaya.com, Selasa (15/1/2008).Membuat sirup mangrove-pun, kata Yudi, juga sangat mudah. Buah yang masak dikupas kemudian dicuci dan diperas diambil sarinya. Setelah itu sari buah bakau direbus dengan gula dan air."Dua kilo buah bakau direbus dengan 2 liter air dan gula seberat Rp 1,5 kilogram. Hasilnya 3 liter sirup atau 3-4 botol," ujarnya.Yudi mengatakan, untuk bahan baku buah mangrove mereka agak kesulitan. Selama ini mereka hanya mendapatkan buah bakau tersebut di sekitar Wonorejo Rungkut.Mereka juga harus berebut dengan kera untuk mendapatkan buah bakau. Kera, kata Yudi, sangat menyukai buah bakau yang masak dan pihaknya juga membutuhkan buah bakau yang masak untuk membuat sirup."Sulitnya pohon mangrove di Surabaya sedikit, kalau banyak mungkin kita nggak akan sedikit kesulitan. Kalau ada kita berebut dengan kera yang juga menginginkan hal yang sama," ungkapnya.Saat ini, tambah Yudi, untuk pemasaran sirup mangrove made in Wonorejo masih dengan cara tradisional dari mulut ke mulut. Pihaknya juga rajin ikut pameran atau kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya.Pekerjaan membuat sirup ini ujarnya baru empat bulan mereka lakukan. Dan sudah lebih dari 1000 liter yang sudah mereka hasilkan. Untuk 1 botol berukuran 750 ml harganya Rp 20 ribu. Sedangkan untuk ukuran botol yang kecil, dikenakan harga Rp 10 ribu. "Peminatnya lumayan banyak sudah lebih 500 liter sirup mangrove yang kita produksi bulan ini," tuturnya. (wln/fat)