Kamis, 07 Mei 2015

Survey Bakau

Pemkot Surabaya Survei Kerusakan Mangrove, Ini Hasilnya




SURABAYA — Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar survei upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di kawasan mangrove Pantai Utara dan Timur Kota Pahlawan. Kepala Badan Lingkungan Hidup Musdiq Ali Suhudi, mengatakan survei ini digelar guna mengetahui tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi.

“Dari survei itu akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove,” katanya di Surabaya, Selasa (5/5).
Menurutnya, untuk pelaksanaan survei sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya. Antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asem Rowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Djoestamadji mengakui ada perubahan di kawasan konservasi Pantai Timur Surabaya (pamurbaya). Sebab, ada kawasan pantai yang dulunya ditumbuhi mangrove, tapi kini banya jadi lahan kosong.

Ia mengatakan Pantai Timur Surabaya memiliki luas 2.284,5 hektare yang terbentang dari ujung selatan di Kecamatan Gunung Anyar hingga ke utara di Kecamatan Mulyorejo. Luasan itu terdiri dari tambak seluas 1.939,51 hektare dan kawasan mangrove 345,06 hektare.
Tapi, lanjut dia, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan fungsi lahan dari yang sebelumnya mangrove menjadi bukan mangrove. Pemerintah Kota Surabaya mengaku kesulitan mencari pelaku penebangan liar tersebut. Terakhir aparat menemukan patok-patok berwarna merah milik PT SS di pantai mangrove. Tidak diketahui siapa PT SS, tapi Pemerintah Kota tidak tinggal diam. Mulai Desember 2014, patok-patok dengan Global Positioning System dipasang di pantai dan daratan mangrove.


Republika

Minggu, 03 Mei 2015

Survey Mangrove Surabaya

BLH Survey Kerusakan Mangrove Pesisir Surabaya


Tanam Mangrove 190415 Fa 2
Seorang nelayan memikul bambu sebagai tonggak tanaman mangrove di muara Wonorejo Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/4). ANTARA FOTO/Fiqih Arfani/
SURABAYA - Banyak lembaga konservasi ataupun lembaga yang peduli lingkungan menyatakan jika kawasan mangrove Surabaya rusak. Hal ini bukan sekadar pernyataan, sebab mereka juga membuktikannya dengan melakukan penelitian atau pengamatan.
Kini, sebagai upaya pencegahan kerusakan kawasan ekosistem mangrove di pesisir Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup akan menggelar Survey Mangrove Kawasan Pantai Utara dan Timur Surabaya.
Mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove, indeks nilai penting (INP) suatu jenis mangrove pada suatu lokasi pun diteliti. Dari survey tersebut akan dapat direncanakan upaya selanjutnya dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove.
Untuk pelaksanaan survey sendiri akan dilakukan beberapa wilayah yang ada Surabaya antara lain wilayah Kecamatan Benowo, Asemrowo, Rungkut, Romokalisari, Tambak Langon, Greges dan Wonorejo.
Harapannya, dari tindakan survey itu akan bisa ditentukan langkah antisipatif untuk memerbaiki kerusakan tersebut. Masyarakat juga diimbau agar ikut menjaga kelestarian mangrove di pesisir Surabaya.


Centroone.com

Kamis, 30 April 2015

Serangaaannnnnn....


Ulat Bulu Serang Bakau


SURABAYA,  — Sebagian tanaman bakau atau mangrove di pantai timur Surabaya, Jawa Timur, rusak diserang ulat bulu. Meski kerusakan tidak masif, kemunculan ulat bulu ini menjadi indikator rusaknya ekosistem kawasan hutan bakau atau mangrove, yaitu hilangnya satwa predator ulat bulu seperti burung pipit dan semut rangrang.

Berdasarkan pantauan Kompas di muara Kali Wonorejo di kawasan pantai timur Surabaya, Rabu (29/4), beberapa tanaman mangrove yang diserang ulat bulu tampak kering dan menguning. Tanaman yang rata-rata setinggi 2 meter itu tidak lagi memiliki daun hijau. Mangrove yang rusak itu terdapat di beberapa lokasi di sepanjang alur Kali Wonorejo hingga ke muara.

"Hanya mangrove jenis Avicennia marina atau api-api yang diserang. Saya tidak tahu mengapa demikian, tetapi ini yang menyebabkan serangan ulat bulu tidak masif," kata Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some.

Hermawan bersama komunitasnya rutin membersihkan sampah di kawasan mangrove di Surabaya. Ia pula yang melihat kemunculan ulat bulu itu sejak dua pekan lalu.

Hasil penelitian Komunitas Nol Sampah pada 2012, di pantai timur Surabaya terdapat 37 jenis mangrove yang terdiri 20 jenis mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan. Kawasan mangrove itu juga menjadi habitat bagi ratusan satwa liar seperti burung, monyet ekor panjang, musang, dan puluhan jenis serangga.

Apabila hanya mangrove api-api yang diserang, Hermawan memperkirakan kerusakan mangrove akibat ulat bulu yang terpantau di kawasan pantai timur Surabaya itu baru sekitar 2 hektar. Total luas hutan mangrove di pantai timur Surabaya mencapai 577,455 hektar.

Meskipun demikian, serangan ulat bulu ini tidak dapat dipandang remeh karena beberapa mangrove yang diserang akhirnya mati. Serangan ulat bulu jika dibiarkan juga akan meluas. "Serangan ulat bulu sudah terjadi sejak tahun 2011, setiap musim pancaroba," kata Hermawan.

Kemarin, ulat bulu berwarna hitam sepanjang 4-5 sentimeter itu tidak terlihat lagi. Namun, pada tanaman mangrove yang rusak terlihat banyak bekas kepompong. Hermawan memperkirakan ulat bulu dapat muncul kembali.

Predator

Aktivis lingkungan di bidang pelestarian mangrove, Lulut Sri Yuliani, mengaku jarang melihat sarang semut rangrang dan burung pipit di kawasan mangrove di pantai timur Surabaya. Ia menduga semut dan burung pipit itu banyak diburu karena memiliki nilai ekonomis.
"Banyak jenis burung di kawasan mangrove, tetapi burung pipit yang paling sering memakan ulat bulu," katanya.

Habitat predator ulat bulu itu diperkirakan juga musnah karena sebagian wilayah di kawasan mangrove itu dibabat untuk dijadikan lahan perumahan beberapa tahun lalu. Lulut berharap Pemerintah Kota Surabaya lebih ketat menjaga kawasan konservasi dan segera memperbaiki kerusakan ekosistem tersebut.
Sebagai solusi jangka pendek, Lulut bersama komunitasnya membuat resep pestisida alami untuk memberantas hama ulat bulu. Pestisida alami itu dibuat antara lain dari daun tanaman biduri, serai, dan lidah buaya. Maret lalu, Lulut membagikan cara membuat pestisida itu kepada Dinas Pertanian Kota Surabaya dan kelompok tani.

Kepala Seksi Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya Suzy Irawati Fauziah mengatakan, baru mendapat laporan serangan ulat bulu itu pada Rabu. Pada hari itu juga, dirinya mengerahkan tim untuk mengecek lokasi sekaligus membawa pestisida alami tersebut.

Source: http://print.kompas.com/ba…/2015/…/30/Ulat-Bulu-Serang-Bakau
date: 30 April 2015

Edisi Meranggas


Hutan Mangrove Meranggas Diserang Ulat Bulu

Surabaya (BM) – Informasi warga jika kondisi kawasan hutan mangrove di Wonorejo, meranggas mendapat pembenaran dari aktivis lingkungan dari Nol Sampah, Wawan Some, Rabu (29/4). Dengan menggunakan perahu, dia menyaksikan sendiri dampak serangan ulat bulu yang membuat tanaman mangrove meranggas dan kering.
"Memang tidak seluruh kawasan Mangrove itu meranggas. Beberapa bagian terlihat mengering dan mati. Ternyata memang banyak sekali Ulat Bulu ditanaman-tanaman Mangrove tersebut. Akibatnya, tanaman mengering dan mati," kata Wawan Some.
Kalau hal itu tidak segera dicarikan solusi, lanjut Wawan, dikhawatirkan tanaman Mangrove yang berada di kawasan pesisir timur Surabaya tersebut akan tertular dan meranggas lalu mati akibat ulat bulu. "Bentuk ulat bulunya kecil tidak terlalu besar. Warnanya abu-abu. Kayaknya seperti yang ada dipohon-pohon itu. Lumayan banyak. Harus segera dicarikan solusi, supaya tanaman lainnya tidak sampai tertular. Atau malah mati," tegas Wawan Some.
Wawan ingin memberitahukan bahwa diperlukan tindakan segera dalam rangka menjaga kondisi Mangrove. Karena jika dibiarkan, maka fungsi tanaman Mangrove yang satu diantaranya sebagai penahan gelombang atau abrasi tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. "Kalau ini dibiarkan, fungsi Mangrove sebagai penahan abrasi menjadi tidak sesuai dengan harapan. Ini bahaya. Perlu segera dilakukan pembenahan," pungkasnya.

BERITA METRO

Minggu, 26 April 2015

Sampah Hari Bumi



Bersih Sampah Plastik di Hutan Mangrove Pamurbaya Tandai Peringatan Hari Bumi



Dalam rangka memperingati Hari Bumi 22 April, Komunitas Nol Sampah, Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo, mahasiswa serta pemerhati lingkungan melakukan kegiatan bersih pantai timur Surabaya (pamurbaya) dari sampah plastik yang mengancam ekosistem hutan mangrove di kawasan Wonorejo, Surabaya.

Sampah plastik menjadi ancaman serius kawasan Pamurbaya, terutama mangrove karena sampah melilit atau menutup akar, batang serta daun mangrove, khususnya anak mangrove yang baru ditanam.
“Sampah plastik ini menjadi ancaman pertumbuhan mangrove serta biota laut lainnya, maka dari itu dalam rangka Hari Bumi 2015 kami melakukan aksi bersih-bersih sampah plastik,” kata Hermawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah, pada Minggu (19/04/2015).
Aktivis lingkungan memunguti sampah plastik yang berada di  sekitar akar mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Aktivis lingkungan memunguti sampah plastik yang berada di sekitar akar mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Upaya rehabilitasi mangrove di Pamurbaya menjadi sia-sia, karena ratusan ribu bibit mangrove yang ditanam mati tertutup sampah plastik.
“Sampah plastik perlu mendapat perhatian semua pihak, karena faktanya dari tahun ke tahun sampah plastik di Surabaya terus meningkat. Pada tahun 1988 sampah plastik hanya 5,6%, dan pada tahun 2010 sampah plastik meningkat menjadi 12,4% dari 4.000 ton sampah di Surabaya per hari. Komposisi sampah plastik di Surabaya dan kota-kota di Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Hermawan.
Melalui aksi bersih sungai dan mangrove dari sampah plastik, Hermawan berharap masyarakat menyadari bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Sejauh ini sampah plastik belum dianggap permasalahan serius, padahal dampak negatifnya sudah dapat dilihat secara langsung, terutama di hutan mangrove Pamurbaya.
“Dengan begini kita dapat menyaksikan secara langsung dampak dari sampah plastik, sehingga diharapkan bisa menyadarkan masyarakat agar mau mengubah gaya hidupnya untuk semakin sedikit menghasilkan sampah plastik,” lanjut Hermawan yang bersama komunitasnya terus mengkampayekan diet tas kresek kepada masyarakat.
Komunitas Nol Sampah bersama petani tambak dan masyarakat pemerhati lingkungan juga menanam 500 bibit pohon mangrove, seperti jenis lindur (Bruguiera gymnorizha) dan bakau (Rhizophora mucronata).
Rehabilitasi Pamurbaya menjadi sangat penting, karena mangrove berfungsi ekologis seperti mencegah intrusi air laut, abrasi pantai, menyerap polutan, serta habitat bagi biota air maupun daratan (nursery ground) bagi kawasan kota Surabaya.
“Vegetasi mangrove juga memiliki fungsi ekonomis yang bisa diolah menjadi bahan makanan dan minuman, seperti buah bogem menjadi sirup mangrove, buah lindur menjadi dawet mangrove, pucuk jeruju untuk teh mangrove dan masih banyak lagi,” ungkap Hanie Ismail, aktivis Komunitas Nol Sampah.
Hutan mangrove di Pamurbaya, juga memiliki fungsi penting sebagai habitat hidup satwa liar. Dari kajian Nol Sampah pada 2012, tercatat ada 20 jenis tumbuhan mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan (asosiasi) yang sangat disukai satwa liar sebagai habitat ratusan jenis burung, 53 spesies serangga, 7 spesies mamalia diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan musang (Paradoxurus sp), 18 spesies ikan, dan 7 spesies crustaceae, serta beragam jenis reptil.
Tercatat ada 148 jenis burung yang pernah dilihat di hutan mangrove Pamurbaya, , 84 spesies burung merupakan penghuni tetap, dan 12 spesies diantara termasuk jenis yang dilindungi. Juga ada 44 jenis burung migran yang singgah Pamurbaya
Di hutan mangrove Pamurbaya juga ditemukan satu jenis burung yang termasuk langka dan hampir punah yaitu bubut jawa  (Centropus nigrorufus). Menurut lembaga konservasi internasional IUCN, bubut jawa termasuk dalam salah satu burung langka yang diperkirakan mengalami kepunahan dalam jangka waktu 10 tahun mendatang.
Lembaga Birdlife Internasional juga menetapkan Pamurbaya salah satu dari 53 kawasan penting bagi burung (import bird area) di pulau Jawa. 15 kawasan diantaranya berada di Jawa Timur. Daerah penting bagi burung merupakan daerah yang secara internasional penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati, baik pada tingkat global, regional maupun sub-regional, serta merupakan alat yang praktis untuk pelestarian keanakeragaman hayati.
Sampah plastik menumpuk menutupi mangrove di pantai timur  Surabaya. Foto : Petrus Riski
Sampah plastik menumpuk menutupi mangrove di pantai timur Surabaya. Foto : Petrus Riski
Kondisi hutan mangrove di Pamurbaya, menurut Hermawan masuk kategori kondisi kritis, karena sebagian besar ketebalannya tidak sampai 100 meter, padahal di sisi selatan Surabaya ketebalan hutan mangrovenya lebih dari 200 meter.
“Ada hitungannya mengenai kerusakan mangrove, dan di Pamurbaya sudah mengkhawatirkan. Makanya kita mendorong pemerintah lebih memperhatikan hutan mangrove di Pamurbaya, terlebih banyak kawasan yang sudah mengalami alih fungsi,” tandas Hermawan.
Sumber:  *Trihadiningrum, 1988;  **Trihadiningrum, 2006; ***Anonim, 2010
Sumber: *Trihadiningrum, 1988; **Trihadiningrum, 2006; ***Anonim, 2010
MONGABAY

Jumat, 22 Maret 2013

5 Tempat Favorit di Surabaya Pilihan Anda




Surabaya - Tak ada habisnya jika membicarakan tempat wisata yang ada di Surabaya, Jawa Timur. Tapi para pembaca setia detikTravel sudah punya pilihannya. Ini dia 5 tempat favorit d'Traveler saat liburan di Surabaya.

Sejak Senin hingga Rabu 11-13 Maret, detikTravel menggelar survei tentang tempat favorit di Surabaya. Beragam jawaban dilontarkan dari para pembaca setia detikTravel, d'Traveler. Mereka dengan antusias memberikan tempat favoritnya di Twitter dan Facebook.

Dari banyaknya jawaban yang masuk, akhirnya terpilih 5 tempat paling favorit. Dikumpulkan oleh detikTravel, Kamis (14/3/2013), ini dia 5 tempat favorit di Surbaya pilihan Anda:

1. Jembatan Suramadu (20,3 persen)

Selain sebagai penghubung antara Surabaya, Jawa Timur dengan Pulau Madura, Jembatan Suramadu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pemandangan Selat Madura yang cantik pun terlihat sepanjang perjalanan. Jembatan megah ini dipilih oleh 20,3 persen d'Traveler.

Jembatan ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Juni 2009, dengan nama resmi Jembatan Nasional Suramadu. Panjangnya sekitar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Melintasi jembatan ini bagaikan berada di luar negeri. Megahnya desain jembatan berlatar langit biru yang indah memang membuat traveler dari luar Surabaya kepincut.

Untuk bisa melintasi Suramadu, Anda harus terlebih dahulu membayar Rp 30.000 untuk mobil dan Rp 3.000 untuk sepeda motor. Jalur antara keduanya dipisahkan dengan pagar setinggi sekitar 1 meter. Sayangnya, di sepanjang jembatan ada rambu-rambu dilarang berhenti. Jadi memang cukup sulit untuk bisa mengabadikan momen saat di tengah jembatan.

2. House of Sampoerna (18,7 persen)

Di urutan kedua ada House of Sampoerna dengan 18,7 persen. Mulai 2003, House of Sampoerna dibuka untuk umum, saat itu pula tempat ini menjadi favorit para d'Traveler.

House of Sampoerna adalah museum tentang sejarah rokok di Indonesia. Dari luar, museum ini tampak seperti bangunan Romawi dengan hiasan 4 pilar berbentuk rokok. Museum yang beralamat di Jl Taman Sampoerna No 6 ini dibangun pada 1862 silam. Bangunan ini dulunya rumah yatim piatu yang dikelola oleh Belanda. Hingga kemudian Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan rokok raksasa Sampoerna, membeli gedung ini pada 1932. Ini adalah tempat pertama produksi rokok Sampoerna.

Auditorium besar menampung museum dan toko. Ada banyak hal yang bisa Anda lihat di sini, mulai dari kisah perjalanan keluarga Sampoerna hingga proses produksi rokok secara tradisional. Sampai sekarang museum ini masih merupakan pabrik salah satu merk rokok keluaran Sampoerna, yaitu Dji Sam Soe.

Di museum ini, Anda bisa melihat proses pemilihan tembakau dan cengkeh, pencampuran bahan, penggulungan dengan tangan, pencetakan kertas rokok, hingga proses pengepakan. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00-22.00 WIB. Asyiknya lagi, mulai dari parkir, masuk museum, sampai berkeliling dengan pemandu, semuanya gratis!

3. Wisata Hutan Mangrove (7,8 persen)

Tak banyak yang tahu memang kalau Surabaya punya hutan bakau yang bisa dijadikan tempat wisata. Tapi 7,8 persen pembaca setia detikTravel malah sudah menjadikan Hutan Mangrove sebagai destinasi favorit mereka.

Tepat di garis pantainya yang berada di sebelah timur, Hutan Mangrove tumbuh subur. Berlokasi di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, kawasan ini tidak hanya untuk kepentingan pelestarian alam semata, tapi juga untuk tempat wisata baru di Surabaya.

Di tengah ramai dan panasnya udara di kota ini, hutan bakau menjadi salah satu destinasi alternatif yang bisa Anda kunjungi. Sambil menikmati pemandangan yang alami, Anda juga bisa menghirup udara segar sambil berjalan-jalan di tengah hutan. Kawasan ini sudah difasilitasi dengan jembatan kayu yang bisa Anda gunakan untuk trekking keliling hutan bakau.

Fasilitas untuk ekowisata juga sudah tersedia, yaitu berupa perahu berkapasitas 10 dan 40 orang. Mau ikut tur ini? Anda akan dipungut biaya Rp 25.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak. Anda akan dibawa berkeliling hutan bakau, menyusuri sungai-sungai yang membelah hutan, menjelajah beberapa tempat di kawasan tersebut.

4. Taman Bungkul (6,2 persen)

Kalau yang satu ini adalah tempat nongkrong paling asyik di Surabaya, yaitu Taman Bungkul. Maka tak heran kalau Taman Bungkul dipilih oleh 6,2 persen d'Traveler.

Di atas tanah seluas 900 meter, Taman Bungkul menjadi tempat wisata sekaligus tempat nongkrong anak muda dan para pelancong di Surabaya. Banyak fasilitas yang bisa Anda nikmati di taman ini, salah satunya adalah internet gratis. Ya, sudah lama Taman Bungkul dilengkapi dengan akses internet nirkabel.

Tidak hanya itu, taman ini juga memiliki amfiteater dengan diameter 33 meter. Lalu ada juga jalur bagi penyandang cacat di tempat ini, tentunya agar mereka yang berkebutuhan khusus bisa ikut berekreasi.

Berada di sebelah utara Taman Bungkul, ada juga arena skate park. Bagi penyuka olahraga pemacu adrenalin seperti skateboard atau sepeda BMX, unjuk kebolehan di tempat ini sepertinya seru juga.

Setiap sore hingga malam hari, banyak anak-anak muda berkumpul di taman ini. Mereka dengan lihai memainkan papan seluncur dan sepedanya. Nah, saat akhir pekan, pengunjung taman akan sangat ramai. Tidak hanya yang bermain, tapi banyak juga yang sekadar duduk-duduk di pinggir taman. Mau bersanatai ala arek-arek Suroboyo? Taman Bungkul tempatnya!

5. Monumen Kapal Selam (4,6 persen)

Bagi Anda yang penasaran dengan isi kapal selam, Surbaya punya Monumen Kapal Selam (Monkasel). Anda bisa datang ke tempat ini, seperti yang telah dipilih oleh 4,6 persen d'Traveler.

Monumen ini tak lain adalah sebuah museum dari Kapal Selam KRI Pasopati 410. Kapal selam ini adalah salah satu armada TNI Angkatan Laut yang dibuat pada 1952. Ternyata, kapal selam ini pernah dilibatkan dalam pertempuran di Laut Aru dalam upaya pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Monumen Kapal Selam berlokasi di Embong Kaliasin, tepat di sebelah Plasa Surabaya dan tepian Kali Mas. Dengan hanya membayar Rp 5.000 per orang, Anda sudah bisa berwisata bagaikan mengarungi dasar lautan. Kapal selam ini terbagi menjadi 7 ruangan, tapi ruang luncur torpedo dan periskop adalah yang paling sering dikunjungi traveler.

Selain 5 tempat di atas, masih ada juga beberapa tempat favorit lainnya yang tak kalah keren di Surabaya. Ada Masjid Nasional Al Akbar, Tugu Pahlawan, wisata kuliner di sekitaran Ampel, Jembatan Merah, dan Pantai Ria Kenjeran. Masing-masing tempat wisata tersebut dipilih sebanyak 3 persen pembaca detikTravel. Nah, kalau ke Surbaya, yang mana yang jadi favorit Anda?


Sumber: Detik Travel

Rabu, 27 Februari 2013

Indonesia Miliki Hutan Bakau Terluas se-Asia Tenggara, Tapi...


REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Indonesia memiliki kawasan mangrove terbesar se-Asia Tenggara, tapi ironisnya kawasan bakau yang luas ini ternyata kondisinya memprihatinkan.
Dalam acara simposium mangrove se Asia Tenggara yang digelar di Surabaya, Rabu (27/2), Indonesia boleh berbangga karena didaulat menjadi tuan rumah karena memiliki kawasan mangrove terluas se-Asia Tenggara.

Namun kebanggaan dengan kawasan hutan bakau terluas ini pun menjadi permasalahan, ketika tercatat lebih dari 40 persen hutan bakau Indonesia kondisinya sangat memprhatinkan. Kementerian Kehutanan mencatat dari total kawasan mangrove Indonesia yang 3,7 juta hektar, 40 persen atau 1,5 juta hektar kondisinya sangat memperihatinkan.

Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kemenhut Bedjo Santoso menjelaskan, saat ini hanya tersisa 2,2 juta hektar kawasan hutan bakau yang masih terjaga. Dan itu pun kondisinya akan terancam lima hingga 10 tahun mendatang bila tidak dijaga. Ia mengungkapkan dari 40 persen kawasan mangrove yang rusak tersebut, kondisi terparah berada di pulau Jawa.

"Hampir keseluruhan kawasan bakau di pantai utara Jawa hilang dan hanya meninggalkan kawasan lumpur saja," ungkap Bedjo kepada rekan wartawan, Rabu (27/2). Ia menambahkan walaupun sebagian besar sudah meninggalkan kawasan lumpur, tetapi masih ada kawasan bakau yang tersisa, tetap dengan tingkat kerusakan yang bervariasi.

Bedjo menjelaskan, ada beberapa kawasan bakau yang terus berkurang, ada yang hanya meninggalkan tanaman bakau yang mati dan yang parah bahkan kawasan bakau itu sudah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman. Kerusakan kawasan bakau di Indonesia ini bahkan dinilai terburuk dibandingkan filipina sekalipun.