Jumat, 22 Maret 2013
5 Tempat Favorit di Surabaya Pilihan Anda
Surabaya - Tak ada habisnya jika membicarakan tempat wisata yang ada di Surabaya, Jawa Timur. Tapi para pembaca setia detikTravel sudah punya pilihannya. Ini dia 5 tempat favorit d'Traveler saat liburan di Surabaya.
Sejak Senin hingga Rabu 11-13 Maret, detikTravel menggelar survei tentang tempat favorit di Surabaya. Beragam jawaban dilontarkan dari para pembaca setia detikTravel, d'Traveler. Mereka dengan antusias memberikan tempat favoritnya di Twitter dan Facebook.
Dari banyaknya jawaban yang masuk, akhirnya terpilih 5 tempat paling favorit. Dikumpulkan oleh detikTravel, Kamis (14/3/2013), ini dia 5 tempat favorit di Surbaya pilihan Anda:
1. Jembatan Suramadu (20,3 persen)
Selain sebagai penghubung antara Surabaya, Jawa Timur dengan Pulau Madura, Jembatan Suramadu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pemandangan Selat Madura yang cantik pun terlihat sepanjang perjalanan. Jembatan megah ini dipilih oleh 20,3 persen d'Traveler.
Jembatan ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Juni 2009, dengan nama resmi Jembatan Nasional Suramadu. Panjangnya sekitar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Melintasi jembatan ini bagaikan berada di luar negeri. Megahnya desain jembatan berlatar langit biru yang indah memang membuat traveler dari luar Surabaya kepincut.
Untuk bisa melintasi Suramadu, Anda harus terlebih dahulu membayar Rp 30.000 untuk mobil dan Rp 3.000 untuk sepeda motor. Jalur antara keduanya dipisahkan dengan pagar setinggi sekitar 1 meter. Sayangnya, di sepanjang jembatan ada rambu-rambu dilarang berhenti. Jadi memang cukup sulit untuk bisa mengabadikan momen saat di tengah jembatan.
2. House of Sampoerna (18,7 persen)
Di urutan kedua ada House of Sampoerna dengan 18,7 persen. Mulai 2003, House of Sampoerna dibuka untuk umum, saat itu pula tempat ini menjadi favorit para d'Traveler.
House of Sampoerna adalah museum tentang sejarah rokok di Indonesia. Dari luar, museum ini tampak seperti bangunan Romawi dengan hiasan 4 pilar berbentuk rokok. Museum yang beralamat di Jl Taman Sampoerna No 6 ini dibangun pada 1862 silam. Bangunan ini dulunya rumah yatim piatu yang dikelola oleh Belanda. Hingga kemudian Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan rokok raksasa Sampoerna, membeli gedung ini pada 1932. Ini adalah tempat pertama produksi rokok Sampoerna.
Auditorium besar menampung museum dan toko. Ada banyak hal yang bisa Anda lihat di sini, mulai dari kisah perjalanan keluarga Sampoerna hingga proses produksi rokok secara tradisional. Sampai sekarang museum ini masih merupakan pabrik salah satu merk rokok keluaran Sampoerna, yaitu Dji Sam Soe.
Di museum ini, Anda bisa melihat proses pemilihan tembakau dan cengkeh, pencampuran bahan, penggulungan dengan tangan, pencetakan kertas rokok, hingga proses pengepakan. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00-22.00 WIB. Asyiknya lagi, mulai dari parkir, masuk museum, sampai berkeliling dengan pemandu, semuanya gratis!
3. Wisata Hutan Mangrove (7,8 persen)
Tak banyak yang tahu memang kalau Surabaya punya hutan bakau yang bisa dijadikan tempat wisata. Tapi 7,8 persen pembaca setia detikTravel malah sudah menjadikan Hutan Mangrove sebagai destinasi favorit mereka.
Tepat di garis pantainya yang berada di sebelah timur, Hutan Mangrove tumbuh subur. Berlokasi di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, kawasan ini tidak hanya untuk kepentingan pelestarian alam semata, tapi juga untuk tempat wisata baru di Surabaya.
Di tengah ramai dan panasnya udara di kota ini, hutan bakau menjadi salah satu destinasi alternatif yang bisa Anda kunjungi. Sambil menikmati pemandangan yang alami, Anda juga bisa menghirup udara segar sambil berjalan-jalan di tengah hutan. Kawasan ini sudah difasilitasi dengan jembatan kayu yang bisa Anda gunakan untuk trekking keliling hutan bakau.
Fasilitas untuk ekowisata juga sudah tersedia, yaitu berupa perahu berkapasitas 10 dan 40 orang. Mau ikut tur ini? Anda akan dipungut biaya Rp 25.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak. Anda akan dibawa berkeliling hutan bakau, menyusuri sungai-sungai yang membelah hutan, menjelajah beberapa tempat di kawasan tersebut.
4. Taman Bungkul (6,2 persen)
Kalau yang satu ini adalah tempat nongkrong paling asyik di Surabaya, yaitu Taman Bungkul. Maka tak heran kalau Taman Bungkul dipilih oleh 6,2 persen d'Traveler.
Di atas tanah seluas 900 meter, Taman Bungkul menjadi tempat wisata sekaligus tempat nongkrong anak muda dan para pelancong di Surabaya. Banyak fasilitas yang bisa Anda nikmati di taman ini, salah satunya adalah internet gratis. Ya, sudah lama Taman Bungkul dilengkapi dengan akses internet nirkabel.
Tidak hanya itu, taman ini juga memiliki amfiteater dengan diameter 33 meter. Lalu ada juga jalur bagi penyandang cacat di tempat ini, tentunya agar mereka yang berkebutuhan khusus bisa ikut berekreasi.
Berada di sebelah utara Taman Bungkul, ada juga arena skate park. Bagi penyuka olahraga pemacu adrenalin seperti skateboard atau sepeda BMX, unjuk kebolehan di tempat ini sepertinya seru juga.
Setiap sore hingga malam hari, banyak anak-anak muda berkumpul di taman ini. Mereka dengan lihai memainkan papan seluncur dan sepedanya. Nah, saat akhir pekan, pengunjung taman akan sangat ramai. Tidak hanya yang bermain, tapi banyak juga yang sekadar duduk-duduk di pinggir taman. Mau bersanatai ala arek-arek Suroboyo? Taman Bungkul tempatnya!
5. Monumen Kapal Selam (4,6 persen)
Bagi Anda yang penasaran dengan isi kapal selam, Surbaya punya Monumen Kapal Selam (Monkasel). Anda bisa datang ke tempat ini, seperti yang telah dipilih oleh 4,6 persen d'Traveler.
Monumen ini tak lain adalah sebuah museum dari Kapal Selam KRI Pasopati 410. Kapal selam ini adalah salah satu armada TNI Angkatan Laut yang dibuat pada 1952. Ternyata, kapal selam ini pernah dilibatkan dalam pertempuran di Laut Aru dalam upaya pembebasan Irian Barat dari Belanda.
Monumen Kapal Selam berlokasi di Embong Kaliasin, tepat di sebelah Plasa Surabaya dan tepian Kali Mas. Dengan hanya membayar Rp 5.000 per orang, Anda sudah bisa berwisata bagaikan mengarungi dasar lautan. Kapal selam ini terbagi menjadi 7 ruangan, tapi ruang luncur torpedo dan periskop adalah yang paling sering dikunjungi traveler.
Selain 5 tempat di atas, masih ada juga beberapa tempat favorit lainnya yang tak kalah keren di Surabaya. Ada Masjid Nasional Al Akbar, Tugu Pahlawan, wisata kuliner di sekitaran Ampel, Jembatan Merah, dan Pantai Ria Kenjeran. Masing-masing tempat wisata tersebut dipilih sebanyak 3 persen pembaca detikTravel. Nah, kalau ke Surbaya, yang mana yang jadi favorit Anda?
Sumber: Detik Travel
Rabu, 27 Februari 2013
Indonesia Miliki Hutan Bakau Terluas se-Asia Tenggara, Tapi...
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Indonesia memiliki kawasan mangrove terbesar se-Asia Tenggara, tapi ironisnya kawasan bakau yang luas ini ternyata kondisinya memprihatinkan.
Dalam acara simposium mangrove se Asia Tenggara yang digelar di Surabaya, Rabu (27/2), Indonesia boleh berbangga karena didaulat menjadi tuan rumah karena memiliki kawasan mangrove terluas se-Asia Tenggara.
Namun kebanggaan dengan kawasan hutan bakau terluas ini pun menjadi permasalahan, ketika tercatat lebih dari 40 persen hutan bakau Indonesia kondisinya sangat memprhatinkan. Kementerian Kehutanan mencatat dari total kawasan mangrove Indonesia yang 3,7 juta hektar, 40 persen atau 1,5 juta hektar kondisinya sangat memperihatinkan.
Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kemenhut Bedjo Santoso menjelaskan, saat ini hanya tersisa 2,2 juta hektar kawasan hutan bakau yang masih terjaga. Dan itu pun kondisinya akan terancam lima hingga 10 tahun mendatang bila tidak dijaga. Ia mengungkapkan dari 40 persen kawasan mangrove yang rusak tersebut, kondisi terparah berada di pulau Jawa.
"Hampir keseluruhan kawasan bakau di pantai utara Jawa hilang dan hanya meninggalkan kawasan lumpur saja," ungkap Bedjo kepada rekan wartawan, Rabu (27/2). Ia menambahkan walaupun sebagian besar sudah meninggalkan kawasan lumpur, tetapi masih ada kawasan bakau yang tersisa, tetap dengan tingkat kerusakan yang bervariasi.
Bedjo menjelaskan, ada beberapa kawasan bakau yang terus berkurang, ada yang hanya meninggalkan tanaman bakau yang mati dan yang parah bahkan kawasan bakau itu sudah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman. Kerusakan kawasan bakau di Indonesia ini bahkan dinilai terburuk dibandingkan filipina sekalipun.
Rabu, 23 Januari 2013
Kesalahan Fatal Pengurus EWM Wonorejo di Website
Acara Seminar Mangrove yang dibuka oleh Ibu Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, seharusnya berjudul "1st Regional Shared Learning Workshop mangrove as a part of Coastal management in Southeast Asia" malah diplesetkan oleh team web dengan gambar dibawah ini:
Southeast Asia, diplesetkan menjadi South East Java, alias Jawa tenggara. Waduh, parah benar itu bahasa Inggrisnya. Belum lagi tulisan "Welcome To Everyone Who Joins", yang sangat lucu. Dalam bahasa Inggris, tidak dikenal kata sifat jamak, seperti Joins (pake s). Kemudian, kalau dituliskan "Everyone" berarti pembuat publikasi tidak mau mencari tahu informasi sebenarnya seperti apa, main asal tulis. Padahal, kalau mau buka Google dan mencarinya, pasti ketemu. Bisa dibuka disini, atau disini juga bisa.
Dari situs tersebut, dituliskan jelas, sebanyak 50 peserta dari negara-negara ASEAN, diantaranya Brunei, Filipina, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Singapura, Vietnam, Thailand, Timor Leste, dan Indonesia mengikuti seminar yang diselenggarakan JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) bekerja sama dengan Kemenhut RI dan Pemkot Surabaya, 5-10 November 2012.
Wah, memang amatir!!
Senin, 03 September 2012
Bersepeda di Wisata Mangrove Wonorejo Surabaya
Seneng.. Kesampaian juga keinginan bersepeda di Surabaya. Di sela-sela waktu acara baralek di Surabaya, Sabtu pagi, 1 September 2012 bertiga dengan mas Wanto dan mas Agung, kami bersepeda ke daerah Eco Wisata Mangrove Wonorejo Surabaya, satu tempat wisata baru Surabaya di tepi pantai Selat Madura. Berangkat dari tempat menginap di Hotel D’Season daerah Jemur Sari sekitar jam 05.30, saat hari baru mulai beranjak terang, gowes ke arah Timur menyusuri jalan di tepi sungai Brantas. Jalan relatif datar dan nyaman berasal. Berangkat pagi sangat nikmat, karena lalu lintas masih belum begitu ramai di jalan raya yang dilalui.
Kira-kira menempuh jalan sekitar sepuluh kilometer, kami tiba di gerbang Selamat Datang di Eco Wisata Mangrove Wonorejo, dan jalan beraspal segera kami tinggalkan dan masuk ke jalan-jalan tanah di antara tambak-tambak di sisi kiri kanan sepanjang jalan, dengan melewati berpuluh jembatan kayu kecil yang melintas di atas sungai kecil yang menghubungkan antar tambak. Beberapa tambak penuh berisi air dan beberapa tambak kurang berarir dan dominan dengan tanah lumpur. Sesekali terlihat gerakan-gerakan ikan di tambak. Juga beberapa tempat pancing dapat di temui di daerah ini.
Ujung dari jalan di perjalanan ini adalah tepi pantai di Selat Madura yang terang dihiasi matahari merah bulat di arah Timur yang gagah bergerak tenang berwibawa untuk lebih menerangi bumi. Terdapat dua buah pondok atau gazebo di tempat itu yang dibuat oleh Pertamina dan Polrestabes.
Daerah wisata ini masih sangat sepi di hari Sabtu, hanya sesekali berpapasan dengan penduduk yang akan mencari ikan di tambak-tambaknya. Sama sekali kami tidak menemui wisatawan atau penyepeda lain di perjalanan ini, kecuali satu orang penyepeda yang kami temui di warung minum, yang ternyata tinggal di dekat daerah Eco wisata ini, dan sering gowes di sini.
Di dalam tempat wisata ini, selain jalan tanah, kami temui juga jalan yang dibuat diatas anyaman bambu, sekitar satu meter di atas ketinggian permukaan tanah, dan juga terdapat jogging track yang terbuat dari papan-papan kayu di sekitar dermaga di tepi sungai Brantas menuju ke satu menara, yang kemungkinan akan digunakan untuk menara pengamat untuk melihat tempat sekitar dengan lebih leluasa.
Saat melihat ke tepi Sungai Brantas, kebetulan sedang ada dua buah perahu nelayan yang sedang bersiap-siap untuk melaut. Sangat menarik melihat kegiatan dan pernak-pernik di atas perahu kecil itu. Di atas perahu terdapat jaring, alat untuk menangkap ikan, kemudian peralatan dapur untuk urusan kampung tengah. Dan mereka saling bahu-membahu mempersiapkan diri, merapikan jaring, menanak nasi dan membersih-bersihkan perahunya. Sangat sederhana dan nampak lemah untuk bertarung di lautan, dan ternyata mereka berani dan bisa.
Track jalur sepedaan, foto-foto lain dapat dilihat di facebook . Dan jika ingin bersepeda di Surabaya, termasuk sewa sepeda, atau sekalian minta dicarikan track dan diantar untuk gowes bareng, bisa menghubungi mas Wanto di 08113405667, visit ke blognya, atau visit ke facebooknya.
Terima kasih Tuhan, Kau beri aku kesempatan mengenal teman-teman baru bersepeda yang baik hati, mas Wanto dan mas Agung, melihat hutan Mangrove yang kecil-kecil pohonnya namun sangat berguna, bersama-sama untuk menahan gerusan ombak di pantai, melihat kesederhanaan perahu nelayan yang harus bertarung dengan laut yang kuat, dan mendapatkan kesegaran di pagi hari dari kegiatan bersepeda. Salam sehat
Kamis, 26 April 2012
Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
Semoga ekowisata mangrove, dapat perhatian dari wali kota surabaya, agar jalan menuju kesana bisa diaspal, dan mengurangi ban bocor. . . .
Perjalanan ke surabaya timur dengan akses jalan yang tidak layak untuk sebuah wisata (dimana pemkot SBY), potensi wisata yang bagus untuk dikembangkan yang juga bisa menanggulangi abrasi, penghijauan juga, juga sebagai penahan ombak. apa kurangnya coba hutan mangrove tersebut. terlebih masyarakat surabaya kekurangan tempat wisata (setelah KBS "akan" tutup).
Yes, sempat mengunjungi Ekowisata yang satu ini. sesungguhnya potensinya bagus, bisa dibuat foto (pre-wedding foto disana asik tuh sepertinya). bisa juga buat mancing. atau sekedar menghirup udara laut yang katanya baik untuk kesehatan CMIIW. asik juga tuh buat lunch sama doi disana, kalo kayaknya dinner asik tapi banyak nyamuknya kalo malem, jadi ane saranin jangan dah maklum namanya juga hutan.
akses kesana kalo naik angkot kayaknya belum ada deh (lha wong jalan kesana kayak bukan mau wisata melepas penat tetapi seperti mau mencari kayu bakar).dari kampus STIKOM surabaya. ente lurus aja mentok ke arah timur. pasti nyampek dah tuh yang namanya Ekowisata. sedikit jepretan ane, jelek karena hanya pake kamera handphone ditambah jelek lagi karena fotographer amatiran.
Sumber: Blog sookogroup
Minggu, 24 Juli 2011
Libatkan Warga, Minimalisir Pembalakan
SURABAYA-Keberadaan ekowisata mangrove Wonorejo ternyata diakui cukup efektif sebagai upaya untuk menangkal adanya pembalakan liar pohon mangrove di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
Camat Rungkut Ridwan Mubarun mengatakan, keberadaan ekowsiata mangrove selain sangat penting sebagai pencegah abrasi atau bencana lainnya di sekitar pantai, juga ikut mencegah terjadinya pembaakan liat seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Dengan adanya ekowisata mangrove, secara tidak langsung masyarakat juga ikut menjaga keberadaan mangrove," kata Ridwan Mubarun, Sabtu (23/7).
Menurut dia, adanya mangrove di Pamurbaya di kecamatan lainnya yang diketahui diambil atau dibalak oleh warga yang tidak bertanggungjawab justru tidak terjadi di Pamurbaya, khususnya di kawasan Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.
"Dulu di Rungkut banyak mangrove yang diambil, tapi sekang dengan adanya ekowisata masyarakat ikut mengawasi," tuturnya.
Ridwan mengatakan kasus pembalakan mangrove di Kecamatan Mulyorejo yang berhasil diungkap beberapa waktu lalu, akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat setempat akan pentingnya mangrove. "Pengawasan mangrove tidak cukup dari aparat keamanan saja, melainkan juga dari masyarakat setempat," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pemanfaatan mangrove tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau menebang pohonnya secara liar, melainkan harus dilakukan dengan cermat, seperti halnya yang dilakukan oleh warga Rungkut dalam memanfaatkan mangrove yakni dengan cara hanya mengambil buah dan daunnya saja.
"Biasanya daun mangrove yang diambil untuk memanfaatkan zat pewarnaan alami untuk pembuatan batik. Hal ini yang sudah dilakukan Bu Lulut (penerima penghargaan Kalpataru 2011). Artinya tidak harus menebangi, itu tidak boleh," ucapnya.
Selama ini, lanjut dia, pihaknya sudah memberikan edukasi kepada masyarakat supaya tetap menjaga mangrove serta tidak dibalak secara sembarangan. "Warga sudah tahu, kalau ada warga yang bawa senapan burung di lokasi hutan mangrove maka langsung ditegur," paparnya.
Terkait ini, pemkot terus membangun fasilitas yang disebut Mangrove Information Center (MIC). Fasilitas yang ide awalnya diungkap saat Tri Rismaharini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) ini berupa hutan mangrove yang panjang sekitar 22 kilometer dan melalui empat kecamatan, yaitu Gunung Anyar, Rungkut , Mulyorejo, dan Sukolilo. Risma menjelaskan, MIC akan punya beberapa fasilitas. Mulai pendidikan, konservasi, hingga ekowisata. Untuk pendidikan, akan ada laboratorium biologi yang dapat digunakan sebagai sarana penelitian. Sedangkan untuk konservasi, MIC dilengkapi kebun pembibitan bakau. ins, purSumber: Surabaya Post
Catatan: Mari pak camat, FKPMNE selalu berada di balik pak camat, untuk terus mengibarkan bendera ekowisata mangrove. Halangan itu anggap saja gonggongan anjing. Khalifah tetap berlalu.
Sabtu, 23 Juli 2011
Pemkot Surabaya Optimalkan Keberadaan Ekowisata Mangrove
Penulis : Abdul Hakim
Camat Rungkut Ridwan Mubarun di Surabaya, Sabtu, mengatakan, keberadan tanaman mangrove diketahui sangat penting sebagai benteng dari adanya abrasi atau bencana lainnya di sekitar pantai.
"Begitu juga dengan adanya ekowisata mangrove, secara tidak langsung masyarakat juga ikut menjaga keberadaan mangrove," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah daerah lain yang diketahui tanaman mangrovenya diambil atau dibalak oleh warga yang tidak bertanggungjawab. Namun, hal itu saat ini tidak terjadi di Pamurbaya, khususnya di Kecamatan Rungkut.
"Dulu di Rungkut banyak mangrove yang diambil, tapi sekang dengan adanya ekowisata masyarakat ikut mengawasi," tuturnya.
Ridwan mengatakan kasus pembalakan mangrove di Kecamatan Mulyorejo yang berhasil diungkap beberapa waktu lalu, akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat setempat akan pentingnya mangrove.
"Pengawasan mangrove tidak cukup dari aparat keamanan saja, melainkan juga dari masyarakat setempat," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pemanfaatan mangrove tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau menebang pohonnya secara liar, melainkan harus dilakukan dengan cermat, seperti halnya yang dilakukan oleh warga Rungkut dalam memanfaatkan mangrove yakni dengan cara hanya mengambil buah dan daunnya saja.
"Biasanya daun mangrove yang diambil untuk memanfaatkan zat pewarnaan alami untuk pembuatan batik. Hal ini yang sudah dilakukan Bu Lulut (penerima penghargaan Kalpataru 2011). Artinya tidak harus menebangi, itu tidak boleh," ucapnya, menegaskan.
Selama ini, lanjut dia, pihaknya sudah memberikan edukasi kepada masyarakat supaya tetap menjaga mangrove serta tidak dibalak secara sembarangan. "Warga sudah tahu, kalau ada warga yang bawa senapan burung di lokasi hutan mangrove maka langsung ditegur," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan ekowisata yang kian ramai dikunjungi warga menjadi pendapatan tersendiri buat warga setempat. Hal itu dikarenakan, warga setempat dalam hal ini diwakili para pemuda yang tergabung dalam karang taruna bisa menjual pernak-pernik atau minuman seperti sirup, batik dan lainnya yang terbuat dari tanaman mangrove. "Hasil pendapatanya tentunya buat mereka juga," ujarnya.
Untuk itu, Pemkot Surabaya juga mempersiapkan pembangunam pusat informasi mangrove atau yang dikenal dengan "Mangrove Information Center" (MIC). MIC tersebut difungsikan sebagai pusat edukasi seputar mangrove.
Catatan: Ayo pak camat, kita dukung terus. Kita buat para aktifis lingkungan yang hanya peduli uang itu untuk keluar dari Pamurbaya.