Jumat, 19 September 2008

Tulisan Ilmiah tentang Ekosistem mangrove

KEHIDUPAN MANGROVE JENIS API-API (AVICENNIA MARINA) SEBAGAI PENGENDALI TERHADAP PENCEMARAN DI WILAYAH PESISIR SURABAYA


Nailul Maram
Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Ekosistem mangrove merupakan mata rantai utama yang berperan sebagai produsen dalam jaring makanan ekosistem pantai. Mangrove jenis Api-api (Avicennia marina) memiliki upaya penanggulangan materi toksik lain diantaranya dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut. Pengenceran dengan penyimpanan air di dalam jaringan biasanya terjadi pada daun dan diikuti dengan terjadinya penebalan daun (sukulensi). Ekskresi juga merupakan upaya yang mungkin terjadi, yaitu dengan menyimpan materi toksik logam berat di dalam jaringan yang sudah tua seperti daun yang sudah tua dan kulit batang yang mudah mengelupas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi logam berat di dalam tubuhnya. Metabolisme atau transformasi secara biologis (biotransformasi) logam berat dapat mengurangi toksisitas logam berat. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami pengikatan dan penurunan daya racun, karena diolah menjadi bentuk-bentuk persenyawaan yang lebih sederhana.
Kata kunci: Api-api (Avicennia marina), pencemaran, pesisir,


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung.
Wilayah Pantai Timur Surabaya merupakan bentang alam yang relatif datar dengan kemiringan 0-3°, rata-rata ketinggian pasang surut 1,67 meter. Kawasan ini terbentuk dari hasil pengendapan dari sistem sungai yang ada di sekitarnya dan dipengaruhi oleh laut. Kondisi daerah delta dengan tanah aluvial yang sangat dipengaruhi oleh sistem laut ini merupakan habitat yang baik bagi tumbuhnya ekosistem mangrove. Arisandi, (1996) menemukan 15 jenis vegetasi mangrove di Pantai Timur Surabaya yaitu: 1) Avicennia marina, 2) Avicennia alba, 3) Avicennia officinalis, 4) Rhizophora mucronata, 5) Sonneratia alba, 6) Sonneratia caseolaris, 7) Bruguiera cylindrica, 8) Bruguiera gymnorrhiza, 9) Xylocarpus moluccencis, 10) Excoecaria agallocha, 11) Aegiceras corniculatum, 12) Lumnitzera racemosa, 13) Nypa fruticans, 14) Acanthus ilicifolius, dan 15) Acanthus eubracteatus. Jenis yang mendominasi adalah Avicennia marina dengan ketebalan vegetasi mangrove hanya berkisar antara 5-100 meter ke arah daratan, bahkan beberapa bagian garis pantai tidak lagi ditumbuhi vegetasi mangrove karena telah dialihkan menjadi lahan pertambakan dan rekreasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Pencemaran lingkungan apa yang terdapat di pesisir timur Surabaya?
bagaimana mekanisme dari mangrove jenis api-api (Avicennia marina) terhadap pencemaran lingkungan di pesisir Surabaya?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui pencemaran apa yang terdapat di pesisir Surabaya
untuk mengetahui mekanisme mangrove jenis api-api terhadap pencemaran lingkungan di pesisir Surabaya

METODE PENULISAN
Jurnal ini dibuat dengan cara menggabungkan dari beberapa referensi yang terdiri dari jurnal, buku bacaan, dan artikel yang didapatkan dari internet. Adapun nama judul dari referensi tersebut, diantaranya ”Ekosistem Mangrove”, ”Peranan Ekologis Dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir”, “Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Masyarakat”, “Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati”, dan “Diagram Profil Hutan Mangrove Di Taman Nasional Baluran”. Dari masing-masing referensi tersebut, diambil beberapa paragraph atau kalimat yang ada hubungannya terhadap judul jurnal tersebut dengan cara mengambil kesimpulan, dan komentar.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Logam Berat di Perairan EstuariSecara alami logam mengalami siklus perputaran dari kerak bumi ke lapisan tanah, ke dalam makhluk hidup, ke dalam kolom air, mengendap dan akhirnya kembali lagi ke dalam kerak bumi, tetapi kandungan alamiah logam berubah-ubah tergantung pada kadar pencemaran yang dihasilkan manusia maupun karena erosi alami. Pencemaran akibat aktivitas manusia lebih banyak berpengaruh dibandingkan pencemaran secara alami. Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur.Di dalam zona estuari dan aliran estuari yang terkena pengaruh pasang surut, terjadi mobilisasi logam berat antara sedimen dan kolom air. Lapisan nefeloid, yaitu lapisan lumpur di dasar perairan Sungai Hudson New York pada jarak 1 km dari tepi pantai mengandung partikel-partikel lumpur dengan konsentrasi 10 kali lebih besar dibandingkan konsentrasi di lautan lepas. Hal itu menunjukkan bahwa ion-ion logam berat yang sebagian besar terikat pada lumpur di dasar perairan tidak menyebar hingga ke laut lepas.Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen. Materi organik dalam sedimen dan kapasitas penyerapan logam sangat berhubungan dengan ukuran partikel dan luas permukaan penyerapan, sehingga konsentrasi logam dalam sedimen biasanya dipengaruhi ukuran partikel dalam sedimen.Pencemaran merkuri di Teluk Minamata Jepang pada tahun 1953 dan 1961 menunjukkan bahwa pembuangan limbah yang mengandung merkuri (Hg) dalam jumlah yang relatif kecil dapat menyebabkan pencemaran yang membahayakan kesehatan manusia karena terjadi bioakumulasi di dalam organisme dan biomagnifikasi melalui rantai makanan, sehingga keluarga nelayan yang mengkonsumsi ikan menderita keracunan hebat. Toksisitas logam berat bagi makhluk hidup tergantung pada jenis logam, bentuknya dan organisme target yang terkena. Jenis dan bentuk logam yang paling toksik adalah logam timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) yang berikatan dengan senyawa organik.

B. Pohon api-api (Avicennia marina)
Pohon api-api (Avicennia marina) telah dimasukkan dalam suku tersendiri yaitu Avicenniaceae, setelah sebelumnya dimasukkan dalam suku Verbenaceae, karena Avicennia memiliki perbedaan mendasar dalam bentuk organ reproduksi dan cara berkembang biak dengan anggota suku Verbenaceae lainnya. Mangrove jenis api-api (Avicennia marina) ini memiliki akar napas (pneumatofore) yang merupakan akar percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipary, yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah berbentuk seperti mangga, ujung buah tumpul dan panjang 1 cm, daun berbentuk ellips dengan ujung tumpul dan panjang daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berwarna hijau abu-abu dan suram. Banyak penelitian yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa pohon bakau jenis api-api (Avicennia marina) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn). Banus,1977 juga mengungkapkan bahwa hipokotil pohon bakau (Avicennia marina) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn). Kemampuan vegetasi mangrove dalam mengakumulasi logam berat dapat dijadikan alternatif perlindungan perairan estuari, terutama di Pantai Timur Surabaya terhadap pencemaran logam berat. Tumbuhan yang hidup di daerah tercemar memiliki mekanisme penyesuaian yang membuat polutan menjadi nonaktif dan disimpan di dalam jaringan tua sehingga tidak membahayakan pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan. Polutan tersebut akan memberi pengaruh jika dikeluarkan melalui metabolisme jaringan atau jika tumbuhan tersebut dikonsumsi. Pemberian polutan dapat merangsang kemampuannya untuk bertahan pada tingkat yang lebih toksik.
Mangrove yang tumbuh di muara sungai merupakan tempat penampungan terakhir bagi limbah-limbah yang terbawa aliran sungai, terutama jika jumlah limbah yang masuk ke lingkungan estuari melebihi kemampuan pemurnian alami oleh badan air.Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap ion-ion dari lingkungannya ke dalam tubuh melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah:1) faktor konsentrasi; kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion di dalam mediumnya,2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan.Sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium di sekitarnya. Sejumlah besar eksperimen menunjukkan adanya hubungan antara laju pengambilan ion dengan konsentrasi ion yang menyerupai hubungan antara laju reaksi yang dihantarkan enzim dengan konsentrasi substratnya.
Analogi ini menunjukkan adanya barier khusus dalam membran sel yang hanya sesuai untuk suatu ion tertentu dan dapat menyerap ion tersebut, sehingga pada konsentrasi substrat yang tinggi semua barier berperan pada laju maksimum hingga mencapai laju pengambilan jenuh.Tembaga (Cu) dalam konsentrasi tinggi atau rendah bersifat sangat toksik bagi tumbuhan jika berada sebagai satu-satunya unsur dalam larutan. Sebagai fungisida tembaga (Cu) digunakan dalam bentuk serbuk dan spray. Tembaga (Cu) juga dibutuhkan oleh beberapa jenis tumbuhan sebagai elemen mikro yang berperan dalam proses respirasi.Kadmium (Cd) termasuk dalam elemen stimulator tumbuhan pada bagian tertentu. Elemen ini secara tidak langsung menguntungkan pertumbuhan tumbuhan melalui peningkatan kemampuan elemen tertentu, melalui penurunan konsentrasi substansi toksik atau dengan menjaga keseimbangan ion-ion dalam media pertumbuhan. Mekanisme yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik adalah:(a). Penanggulangan (ameliorasi); untuk meminimumkan pengaruh toksin terdapat empat pendekatan:1.) lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar2.) ekskresi; secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun,3.) dilusi (melemahkan); melalui pengenceran,4.) inaktivasi secara kimiaMekanisme pembentukan kompleks logam sering dijumpai pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya mengalami translokasi pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-polikarboksilik.(b). toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksikJenis-jenis tumbuhan yang mampu bertahan terhadap ion-ion toksik memiliki mekanisme berlapis (multilayered). Lazimnya adaptasi terhadap logam berat melibatkan diferensiasi ekotipe yaitu evolusi dari genotip-genotip yang beradaptasi.Dari hasil penelitian Terhadap kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Tembaga (Cu) terhadap jenis Api-Api yang dilakukan oleh Daru Setyo Rini S. Si (Peneliti Madya Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah-ECOTON) menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Pohon api-api (Avicennia marina) di Muara Kali Wonokromo mengandung tembaga (Cu) paling tinggi di bagian akar yaitu 11,5319 mg/gram, diikuti dalam batang sebesar 3,7552 mg/gram dan daun sebesar 2,1142 mg/gram, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di bagian akar sebesar 8,6387 mg/gram, di bagian batang sebesar 2,6825 mg/gram dan bagian daun sebesar 1,2138 mg/gram.
2. Rata-rata kandungan tembaga (Cu) dalam sedimen di Muara Kali Wonokromo adalah 13,7513 mg/gram dan logam kadmium (Cd) adalah 11,7495 mg/gram. Rata-rata kandungan tembaga (Cu) di Muara Kali Wonorejo adalah 12,7277 mg/gram dan kadmium (Cd) adalah 7,7468 mg/gram
Oleh karena itu, keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi. Mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton sehingga akan memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami. Berbagai jenis ikan baik yang bersifat herbivora, omnivora maupun karnivora hidup mencari makan di sekitar mangrove terutama pada waktu air pasang.

KESIMPULAN
1. Wilayah pesisir timur Surabaya mengalami pencemaran lingkungan. Pencemaran ini diakibatkan oleh adanya pengendapan limbah pabrik yang berupa bahan-bahan kimia yang dialirkan yang dialirkan melalui sungai yang bermuara pada pesisir tersebut.
2. Pohon mangrove jenis Api-api (Avicennia marina) memiliki upaya penanggulangan materi toksik lain diantaranya dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam yang ada di wilayah tersebut.
3. Ekskresi pada mangrove jenis api-api (avicennia marina) juga merupakan upaya yang mungkin terjadi, yaitu dengan menyimpan materi toksik logam berat di dalam jaringan yang sudah tua seperti daun yang sudah tua dan kulit batang yang mudah mengelupas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi logam berat di dalam tubuhnya

DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Chairil dan Gunawan, Hendra. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove Dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian. (online), (http://www.dephut.go.id/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2008)
Biology Resources on Shantybio, 2007. Ekosistem Mangrove. (online), (http://www.shantybio.transdigit.com/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2008)
Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian,(online), (http://www.pustaka-deptan.go.id/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2008)
Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jurnal Ilmu Dasar, (online), Vol. 2, No. 2, (http://www.unej.ac.id/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2008)
Sulistiyowati, Hari. 2000. Diagram Profil Hutan Mangrove Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur ( the mangrove profile diagram of baluran national park, east java). Jurnal Ilmu Dasar, (online), Vol. 1, No. 1, (http://www.unej.ac.id/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2008)



Sumber: blog nailulmaram-geo

Senin, 08 September 2008

Artikel dari JawaPos

[ Senin, 08 September 2008 ]
Pos Pantau Mangrove, ''Pos Kamling

Ronda Pakai Perahu, Cegah Perusak Tanaman



Biasanya, pos keamanan alias pos kamling didirikan di sudut-sudut kampung atau kawasan rawan. Namun, pos pantau mangrove di Rungkut berbeda. "Pos kamling" khusus perusak bakau itu berdiri di tepi samudera.

TITIK ANDRIYANI

------------

TAK ada orang-orang nongkrong, apalagi bermain catur di pos pantau mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Memang, meskipun berfungsi sebagai "pos kamling", pos itu tak begitu nyaman dijadikan tempat cangkruk. Sebab, lokasinya memang tak memungkinkan.

Pos pantau tersebut berupa gubuk berukuran sekitar 3 x 4 meter persegi. Lokasinya di pinggir laut di timur Surabaya, persis di samping lahan yang baru ditanami ribuan bibit bakau.

Gubuk berbahan bambu itu dibangun atas partisipasi Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Rungkut, warga Wonorejo, dan instansi lain. Misalnya, PT HM Sampoerna dan PTPN XI.

Pos tersebut memang harus dibangun jauh dari permukiman agar bisa dijadikan tempat strategis untuk mengawasi pohon-pohon bakau di kawasan itu. "Percuma menanam kalau tidak diawasi. Siapa tahu ada yang merusak lagi. Jika demikian, hutan tersebut tidak akan pernah pulih," kata Ketua FKPM Rungkut Djoko Soewodo.

Memang, Djoko adalah pencetus ide pembukaan pos tersebut. Sebab, dia begitu prihatin terhadap kerusakan ekosistem di kawasan pesisir Wonorejo. Hutan bakau di tempat itu rusak parah. Dari 1.180 hektare hutan bakau, sekitar 40 persen (472 hektare) sudah ludes. Bisa dipastikan kerugiannya sangat besar.

Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK) pernah melansir tingkat kerugian akibat kerusakan hutan bakau yang mencapai ratusan miliar.

Jika dihitung, satu hektare lahan dapat ditanami sekitar 5 ribu batang bakau. Artinya, ada 2,36 juta batang bakau yang rusak. Padahal, harga per batang bakau Rp 100 ribu. Sehingga, kerugian totalnya mencapai Rp 236 miliar.

Pembalakan liar memang pernah merajalela sekitar 2005. Ketika itu, belum ada satu pun instansi yang secara intens mengawasi hutan bakau. Kini, pengawasan hutan bakau di bawah kendali DPKPPK. Sejak itu, secara intensif penanaman bakau rutin dilakukan. Bahkan, atensi Wali Kota Bambang D.H. terhadap persoalan tersebut begitu besar. Dia kerap melakukan sidak dengan menyisir pantai hutan bakau.

Tak hanya mengamati tingkat kerusakan, pejabat nomor wahid di lingkungan pemkot tersebut turut menanam pohon tepi pantai itu. Berbagai instansi swasta pun mulai menaruh perhatian terhadap problem lingkungan tersebut. Pasalnya, secara umum Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki hutan bakau terluas di dunia. Namun, tingkat kerusakannya juga paling parah, termasuk di Surabaya.

Karena itu, lanjut Djoko, mengembalikan fungsi ekosistem pantai tersebut dengan menanam bakau tidaklah cukup. Penanaman itu harus diiringi dengan menjaga penanaman ribuan batang bakau. Itulah yang mendorong kelahiran pos pantau mangrove tersebut Juli lalu.

Setelah pos itu dibangun bersama, para petambak di kawasan tersebut dikumpulkan. Empat orang lantas ditunjuk untuk menjaga tempat itu secara bergiliran. Dua di antaranya adalah Fathoni dan Zainal yang bertugas mulai pagi hingga menjelang magrib. Sedangkan Darmadji dan Sodikin didaulat bertugas mulai magrib hingga subuh.

FKPM mengoordinasi penjagaan itu. Para penjaga pos pantau dibekali HT untuk berkomunikasi. "Nanti, hasil penjagaan tersebut dilaporkan secara tertulis," ujarnya.

Darmadji yang ketika itu berada di sekretariat FKPM bertutur tentang suka duka menjaga pos tersebut. "Tidur juga di pos itu. Kalau pas jaga ya sekalian cari kepiting," imbuhnya. Hasilnya lumayan untuk dijual sebagai penambah penghasilan.

Tak sekadar menjaga, Darmadji harus ronda keliling pantai dengan naik perahu. Siapa tahu ada warga atau orang yang menabrak batang bakau yang sudah ditanam di sekitar pantai. "Mungkin niatnya tidak sengaja merusak. Warga kadang naik perahu untuk mencari kerang. Nah, bisa jadi mereka nggak sengaja menabrak pohon mangrove, terus rusak," ungkapnya. Selain itu, siapa tahu ketika ronda mereka berhasil menangkap pembalak liar. "Tapi, mulai pos tersebut dibuka hingga hari ini, belum ada yang menebang. Mudah-mudahan tidak ada," sambungnya.

Dukanya, menurut pria berusia kepala lima itu, honor yang diterimanya terbilang apa adanya. Honor tersebut dia peroleh dari kantong pribadi Djoko. Sementara itu, Djoko mengakui bahwa saat ini belum ada anggaran khusus untuk memberi para petani tambak tersebut honor. "Rencananya, jika boezem Wonorejo sudah dikelola, kami upayakan honor tetap buat mereka. Bisa cari donatur," terang Djoko.

Selama ini Djoko tidak keberatan merogoh kocek pribadi untuk memberi mereka honor. "Semua harus dimulai dari diri sendiri. Jika kita tidak mau melakukan, siapa lagi? Jika lestari, hutan itu bisa diwariskan kepada anak cucu kita," ucapnya.

Menurut dia, selain mendirikan pos pantau mangrove, warga Wonorejo memasang tiang papan bertulisan pelarangan menebang bakau dan berburu burung. Papan itu ditancapkan di beberapa titik hutan bakau. Tujuannya, tidak ada lagi pembalakan liar. "Supaya warga tahu bahwa penebangan tersebut dilarang secara resmi," tambah pria berusia 58 tahun tersebut. Apalagi, pemkot sudah menyatakan kawasan itu sebagai wilayah konservasi yang wajib dilindungi.

Kini, kawasan tersebut dibidik sebagai mangrove center. Konsep mangrove center meniru Pusat Mangrove di Denpasar, Bali. Dengan dibangunnya mangrove center, tanaman tersebut akan dibudidayakan untuk berbagai hal. Tak hanya diolah sebagai sirup dan dodol, tapi juga kosmetik. (*/dos)

Sumber: JawaPOs

Selasa, 29 Juli 2008

Tulisan dari Blog as3pram

Berikut tulisan dari blog yang mengupas masalah aktifitas hari lingkungan hidup di Surabaya pada bulan juli 2008

Mengawal Hari Mangrove Sedunia

Baru tahu kalo Hari Mangrove Sedunia diperingati pas tgl 26 Juli yang baru lewat. Taunya ya pas diminta untuk mengawal pelaksanaan peringatannya di Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Lumayan nih… sekalian bisa survei buat acara jalan2nya Wisata Surabaya :D

Tgl 26 Juli 2008, pukul 6 pagi, saya sudah meluncur dari Rungkut Industri. Perjalanan sekitar 15 menit, soalnya agak mblusuk masuknya. Ternyata, di sana sudah rame banget dan peserta upacara sudah mulai dibariskan, ternyata Walikota Surabaya, Bambang DH, sudah mau sampai.

Pas Upacara, baru tahu kalo tanaman bakau di Indonesia termasuk yang terbanyak di dunia tapi yang paling banyak rusak juga :( Makanya salah satu upaya mengembalikan kerusakannya dengan mengintensifkan penanaman mangrove ini, ditambah yang masih ada jangan sering2 dihabisi buat perumahan dsb.

Setelah upacara selesai baru deh pada berangkat ke tempat penanaman. Sempet kuciwa juga karena sebagai tenaga medis gak boleh ikutan ke sana, disuruh jaga posko aja. Huaaaaaa…. Kan pengen tahu juga :( Tapi ya sudah lah namanya tugas… Supaya kalo ada apa2 saya bisa siap sedia menangani pasien, sambil berdoa semoga kejadian ini berjalan lancar.

Tapi setelah sebagian besar peserta sudah mulai kembali ke posko, akhirnya saya bisa ke sana juga untuk menjemput yang baru selesai menanam. Pertama kalinya naik perahu karet yang digeber dengan kecepatan tinggi (soalnya penumpangnya cuma 3 orang). Sempat teriak2… bukan ketakutan lho ya… tapi excited banget :D Perjalanan kurang lebih 10 menit. Pas balik dengan total 12 penumpang, nih perahu jalannya jadi lelet banget :( serasa bemo keraton aja, cuma pake basah kena cipratan air dari motornya.

Me n Mas Gatot

Oya, pas di sana sempat juga ngicipin yang namanya Sirup Buah mangrove. Rasanya manis n segar, apalagi minumnya pas panas2. Tapi bodonya aku, gak sempat nanya jualnya di mana, pas balik dari jemput peserta, yang jualan sirup dah gak ada :(

Minggu, 27 Juli 2008

Artikel mangrove dari jawa Pos

Upaya Surabaya menjadi pusat mangrove kedua

Tanam Bakau dan Tata Kawasan Tepi Laut

SURABAYA - Peringatan Hari Mangrove se-dunia kemarin diperingati bersama oleh insan peduli lingkungan. Salah satu bentuk peringatan itu adalah penanaman 15 ribu mangrove (bakau) di bozem Wonorejo kemarin. Ke depan, Surabaya segera memiliki Pusat Bakau setelah Bali.

Kemarin, Wali Kota Bambang Dwi Hartono bersama Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK), Tunas Hijau, Kecamatan Rungkut, dan Sampoerna Foundation menanam 15 ribu bakau di sepanjang sungai Wonorejo.

Wali Kota Bambang D.H. mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan bakau terluas di dunia. Yakni, mencapai 3,5 juta hektare. Namun, ironisnya kerusakan terbesar juga ada di negara ini. Kerusakan hutan mangrove mencapai 12 persen dari total luas. Kerusakan itu terjadi dalam kurun waktu 17 tahun. ''Karena itu, konsentrasi kita saat ini tidak hanya rutin menanam mangrove, tapi juga memulai penataan kawasan,'' terangnya.

Karena itu, kata Bambang, dalam tata ruang wilayah menjadikan kawasan pantai timur sebagai wilayah konservasi. Untuk itu, Departemen Kehutanan secara rutin akan mendampingi pemkot menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat mangrove. ''Kawasan itu sudah ditetapkan sebagai penyeimbang ekosistem pantai. Karena itu, jangan sampai peruntukannya tidak sesuai,'' terang dia. Saat ini, detail engineering design (DED) Pusat Mangrove sedang digarap DPKPPK.

Bambang mengatakan, sejatinya kesadaran masyarakat untuk memperbaiki lingkungan sudah jauh berubah. ''Warga yang dulu menebangi mangrove sekarang sudah sadar dan bahkan turut menanam mangrove. Artinya, kesadaran warga sudah luar biasa,'' terangnya.

Kepala DKP Hidayat Syah mengatakan, pihaknya terus mengajak masyarakat agar peduli lingkungan. ''Kita secara rutin agendakan bersih-bersih sungai dan tanam mangrove,'' jelasnya.

Para mahasiswa juga tidak mau ketinggalan berpartisipasi dalam penanaman mangrove. Para mahasiswa yang tergabung Sampoerna Best Student juga turut berpartisipasi dalam penanaman kemarin. Sampoerna Best Student adalah program penyeleksian 89 mahasiswa terpilih dari 18 perguruan tinggi tanah air. Penyeleksian dilakukan oleh jajaran pendidik di masing-masing perguruan tinggi berdasarkan kriteria nilai prestasi (IPK) serta ke-aktifan mereka dalam berorganisasi.

Dalam peringatan Hari Mangrove se-dunia ini akan datang 10 perwakilan dari negara Asia Pasifik ke Surabaya. Di antaranya, dari Timor Leste, Thailand, dan Filipina.

Taken from Jawapos, Jul 27, 2008

Artikel dari Indosmarin

Spesies Burung Terbesar Jawa di Hutan Mangrove Surabaya

Bintang Gerilja – indosmarin.com

Surabaya – Kawasan konservasi hutan mangrove (bakau) di Pantai Timur Surabaya, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya memiliki 140 spesies burung terbesar di pulau Jawa. Walikota Surabaya, Bambang DH, di Surabaya, Sabtu, mengatakan dari 140 spesies tersebut, sekitar 84 spesies merupakan spesies menetap, 12 spesies dilindungi dan 44 spesies migran.

“Ini patut disyukuri, jika lingkungan di sini bagus, mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga,” ujarnya kepada Antara, usai menanam bibit 15.000 mangrove di pantai Timur Surabaya, Sabtu (26/7).

Selain itu, kata dia, kawasan pantai timur Surabaya merupakan kawasan konservasi pusat mangrove sebagai penyangga ekosistem pantai yang dilindungi pemerintah setempat. “Awalnya kita payungi dengan perda, jangan sampai terbit peruntukan yang tidak sesuai dengan kawasan konservasi ini,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus menjaga kawasan tersebut.

Menurut Bambang, jika hal hal itu dilakukan, akan ada nilai tambah seperti yang halnya fungsi dari hutan mangrove yang tidak sebagai penyelamat ekosistem pantai, namun juga bisa dijadikan obyek wisata.

“Kita lagi merancang konsep wisata keluarga di kawasan tersebut. Untuk desain seperti apa, nanti kita bahas. Yang penting masyarakat mengenal lingkunganya sehingga bisa menjaga,” katanya.

Sementara itu, Camat Rungkut Irvan Widayanto, menambahkan kawasan pantai timur Surabaya nantinya akan disulap menjadi obyek wisata keluarga dan obyek penelitian bagi pelajar dan mahasiswa.

“Diharapkan nantinya wisata ini dapat dikunjungi masyarakat setiap akhir pekan atau hari libur lainya,” katanya.(*)



Sumber: Indosmarin

Sabtu, 26 Juli 2008

Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove

Sabtu, 26/07/2008 12:03 WIB
Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove
Rois Jajeli - detikSurabaya



Surabaya - Memperingati Hari Mangrove international, Pemkot Surabaya bersama mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya melakukan penanaman pohon Mangrove. Penanaman sekitar 15 ribu pohon mangrove ini dilakukan di pesisir Pantai Wonorejo Surabaya, Sabtu (26/7/2008).

Walikota Surabaya Bambang DH mengatakan data yang diperolehnya, di dunia terdapat sekitar 18 juta hektar hutan mangrove. Dari nilai tersebut, 4,5 juta hektar-nya berada di Indonesia. Namun, Kerusakan hutan mangrove yang terbesar juga di Indonesia.

"Sejak tahun 1992, kerusakannya mencapai sekitar 12 persen lebih sehingga sekarang sisa 3,5 juta hektar hutan mangrove," ujar Bambang DH kepada wartawan usai melakukan penanaman pohon mangrove di pesisir pantai di Wonorejo Surabaya.

Yang menggembirakan, di Surabaya kata Bambang DH, informasi yang didapatnya dari Yayasan Kutilang, di kawasan hutan mangrove di Wonorejo itu terdapat 140 spesies burung dan terbesar di pulau Jawa. Dari 140 spesies tersebut, 84 spesies menetap, 12 diantaranya dilindungi dan 44 migran.

"Ini patut kita syukuri. Kalau lingkungannya makin bagus mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga," tuturnya.

Hutan mangrove di Wonorejo itu selain menjadi konservasi, kawasan hutan mangrove di Surabaya Timur ini juga akan dijadikan sebagai tempat wisata.

"Ada nilai tambah seperti yang kita lihat di beberapa tempat, hutan mangrove tidak saja untuk menyelamatkan ekosistem pantai, tapi juga bisa menjadi obyek wisata," jelasnya.

Untuk melakukan penanaman pohon mangrove, Walikota Surabaya, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya harus menumpang perahu menyisiri sungai di Wonorejo untuk sampai di pesisir pantai.

Di lokasi penanaman pohon mangrove juga terdapat pos pemantau hutan mangrove dari Forum Kemitran Polisi dan Masyarakat (FKPM) Nirwana Rungkut.

"Kita ingin menjaga jangan sampai hutan mangrove dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab," ujar Ketua FKPM Nirwana Rungkut, Joko Suwondo.
(bdh/bdh)

Sumber: detikcom

Jumat, 25 Juli 2008

Artikel mangrove dari harian Surya dan Suara Surabaya

Besok, Wisata Hutan Mangrove Dibuka untuk Umum

SURABAYA - Surabaya kini memiliki satu lagi obyek wisata pantai, yakni hutan mangrove (bakau) di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut. Obyek wisata tersebut dibuka untuk umum mulai Sabtu (26/7) besok. “Hutan mangrove memiliki potensi tak hanya tempat pelestarian keanekaragaman hayati, tapi bisa menjadi tempat wisata edukasi,” kata Camat Rungkut Irvan Widiyanto, Kamis (24/7).

Dipilihnya tanggal 26 Juli sebagai peresmian, lantaran bertepatan dengan Hari Mangrove se-dunia. Nantinya, lokasi seluas lima hektare itu juga akan menjadi pusat penelitian.

Terkait infrastrukturnya, kini dilakukan beberapa pembenahan. “Untuk perbaikan akses jalan menuju lokasi ditangani DPKPPK (Dinas Perikanan Kelautan Peternakan Pertanian dan Kehutanan),” ungkapnya.
Selain itu, untuk mengurangi aksi kejahatan juga didirikan pos pantau hasil swadaya masyarakat setempat. Ada pula gazebo luas untuk tempat lesehan.

“Gagasan semacam ini untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian mangrove dan keanekaragaman hayati di sana. Selama ini yang sering terjadi adalah penjarahan. Akibatnya banyak kerusakan yang akhirnya merugikan manusia itu sendiri,” jelas Irvan.

Untuk menunjang pariwisata Hutan Mangrove Wonorejo (muara Sungai Jagir Wonokromo), disediakan 20 perahu karet yang merupakan sumbangan PT HM Sampoerna dan Bank Jatim. “Dalam pencanangan nanti sekaligus akan dilakukan penanaman 15.000 bibit mangrove sebagai bentuk peremajaan hutan,” katanya.

Pembukaan Hutan Mangrove Wonorejo sebagai kawasan wisata sekaligus sebagai embrio Mangrove Center di Pulau Jawa. Berdasarkan penelitian Yayasan Kutilang Indonesia keanekaragaman hayati di Hutan Mangrove Wonorejo tercatat paling banyak di antara hutan mangrove lain di Pulau Jawa.

Sayangnya kondisi hutan ini kini tinggal 60 persen. Sebanyak 40 Persen dari total 1.180 hektare lahan yang ditanami mangrove rusak akibat pembalakan. Untuk membangkitkan kesadaran pelestarian mangrove, Wali Kota Surabaya Bambang DH tak tanggung-tanggung bakal menjadikan hutan ini sebagai konservasi mangrove serupa Balai Pengelolaan Hutan Mangrove di Denpasar Bali. Bahkab kerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) juga tengah dijajaki. Departemen Kehutanan juga merespons baik usulan tersebut.

Taken from Surya, Jul 25, 2008


Hutan Mangrove Wonorejo Bakal Jadi Wisata Keluarga

Masyarakat tiap minggu dapat mengunjungi wisata hutan bakau di Wonorejo. Pasalnya, mulai tahun depan semua fasilitas pendukung sudah disiapkan sehingga anggota keluarga dapat menjadikan hutan bakau sebagai tempat alternatif liburan.

Tempat ini akan dilengkapi bicycle track dari Gunung Anyar hingga Sukolilo dengan jarak sekitar 15 km. Hal tersebut disampaikan SAMSUL ARIFIN Kepala Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan Kota Surabaya pada suarasurabaya.net, Jumat (25/07). Masyarakat dapat melihat aktivitas burung yang beterbangan di hutan mangrove dari gazebo.

IRVAN camat Rungkut menambahkan, saat ini gazebo sudah jadi. Tingginya dua meter dari permukaan air laut saat gelombang pasang.

Hutan bakau Wonorejo, menurut IRVAN, dapat dijadikan obyek wisata. “Masyarakat dapat memancing, bersepeda bersama anggota keluarga, konservasi alam, menaiki perahu, pusat pengetahuan tumbuhan dan hewan, serta dijadikan tempat peristirahatan,” tambahnya.

Saat ini, lanjut IRVAN, masyarakat tidak begitu banyak yang peduli terhadap hutan bakau. “Buktinya banyak sampah yang berada di hutan mangrove. Kebiasaan membuang sampah ke sungai perlu dihindari. Serta gelombang pasang akibat masih sedikitnya pohon bakau untuk menahan dari serangan gelombang pasang laut,” ujarnya.

Taken from www.suarasurabaya.net, Jul 25, 2008