Minggu, 31 Januari 2010

Tawuran Desa Pesisir Jadi Pelajaran


Minggu, 31 Januari 2010 10:47:12 - oleh : admin


Ketegangan akibat tawuran masal warga desa Desa Semare dan Kalirejo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan sudah mereda setelah ada islah. Namun polisi kini mengambil sejumlah langkah antisipasi untuk mencegah konflik serupa.

Salah satu caranya adalah mengumpulkan seluruh warga desa yang tinggal di pesisir dan bekerja sebagai nelayan. Mereka diajak untuk berbaur dan menjauhkan potensi konflik di kalangan masyarakat pesisir.

Di kantor Kecamatan Kraton, Jumat (29/1) lalu Polres Pasuruan mengumpulkan warga dari empat desa. Yakni warga Desa Kalirejo, Semare, Gerongan dan Pulokerto. Keempat desa ini ada di pesisir laut di Kecamatan Kraton. Keempat desa ini juga berpotensi memiliki konflik. Sebab, hampir mayoritas penduduk di empat desa ini mata pencaharian penduduknya adalah nelayan.

Tidak bisa dimungkiri, karena dekat dengan pesisir, potensi konflik yang terjadi antarnelayan sangat rawan terjadi. "Contohnya seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Semare dan Kalirejo. Hanya gara-gara perahu bergesekan saat parkir di sungai, konflik terjadi. Efeknya konflik berujung pada aksi tawuran warga," terang Kabag Bina Mitra Kompol Budi Suryoso kemarin (30/1).

Melihat fenomena itu, kata Agus, polisi tidak ingin kecolongan. "Untuk itulah Jumat lalu kami mengajak seluruh warga di empat desa di Kraton, untuk saling berdialog. Di samping itu, kami juga memberi pelatihan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan kembali FKPM (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat)," tambah Agus.

Bersama Bina Mitra, Polres Pasuruan juga menurunkan anggota dari bagian Kerma (Kerja Sama Masyarakat). Selain itu, Bakesbang Linmas dan Polairud juga turut hadir untuk memberi penjelasan pelatihan FKPM.

"Selain warga dari empat desa, perangkat dan tokoh agama di empat desa tersebut juga kami undang. Tujuannya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang bagaimana upaya jika menghadapi konflik," tambah AKP Suyitno, Kasubag Kerma Polres Pasuruan.

Untuk menghadapi konflik yang terjadi, kata Suyitno, masyarakat lebih dulu dikenalkan untuk mengidentifikasi konflik. "Suatu misal, kalau terjadi permasalahan di masyarakat, kami meminta agar masyarakat tidak terpancing emosinya. Masyarakat harus lebih dulu menilai sebenarnya permasalahan apa yang terjadi," ujarnya.

Jika sudah mengenali permasalahan yang ada, masyarakat diminta untuk mencari solusinya. "Kami meminta masyarakat agar jangan memperkeruh suasana. Jika tidak, masalah seperti yang menimpa masyarakat di Semare dan Kalirejo, akan terjadi," terang Suyitno.

Intinya, masyarakat diminta untuk melihat lebih dalam permasalahan yang terjadi. "Apabila terjadi konflik, masyarakat diminta untuk menghubungi aparat. Nah, di sinilah fungsi masyarakat untuk mengatasi masalah. Untuk itulah FKPM ada. Masyarakat yang tahu bahwa masalah bisa diatasi, akan segera mengambil tindakan," kata Suyitno.

Kapolres AKBP Achmad Yani yang hadir dalam pelatihan tersebut juga memberi penjelasan bagaimana caranya menjauhi potensi konflik. "Paling tidak, masyarakat menyadari tentang hal-hal yang menyebabkan adanya konflik pada nelayan sendiri. Misalnya, menjauhi pemakaian trowl (jaring pukat harimau) atau menjauhi pemakaian bahan peledak saat mencari ikan," papar Kapolres yang juga sempat memberikan jaket FKPM secara simbolis kepada masyarakat.(jawapos.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar