Minggu, 27 Juli 2008

Artikel mangrove dari jawa Pos

Upaya Surabaya menjadi pusat mangrove kedua

Tanam Bakau dan Tata Kawasan Tepi Laut

SURABAYA - Peringatan Hari Mangrove se-dunia kemarin diperingati bersama oleh insan peduli lingkungan. Salah satu bentuk peringatan itu adalah penanaman 15 ribu mangrove (bakau) di bozem Wonorejo kemarin. Ke depan, Surabaya segera memiliki Pusat Bakau setelah Bali.

Kemarin, Wali Kota Bambang Dwi Hartono bersama Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK), Tunas Hijau, Kecamatan Rungkut, dan Sampoerna Foundation menanam 15 ribu bakau di sepanjang sungai Wonorejo.

Wali Kota Bambang D.H. mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan bakau terluas di dunia. Yakni, mencapai 3,5 juta hektare. Namun, ironisnya kerusakan terbesar juga ada di negara ini. Kerusakan hutan mangrove mencapai 12 persen dari total luas. Kerusakan itu terjadi dalam kurun waktu 17 tahun. ''Karena itu, konsentrasi kita saat ini tidak hanya rutin menanam mangrove, tapi juga memulai penataan kawasan,'' terangnya.

Karena itu, kata Bambang, dalam tata ruang wilayah menjadikan kawasan pantai timur sebagai wilayah konservasi. Untuk itu, Departemen Kehutanan secara rutin akan mendampingi pemkot menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat mangrove. ''Kawasan itu sudah ditetapkan sebagai penyeimbang ekosistem pantai. Karena itu, jangan sampai peruntukannya tidak sesuai,'' terang dia. Saat ini, detail engineering design (DED) Pusat Mangrove sedang digarap DPKPPK.

Bambang mengatakan, sejatinya kesadaran masyarakat untuk memperbaiki lingkungan sudah jauh berubah. ''Warga yang dulu menebangi mangrove sekarang sudah sadar dan bahkan turut menanam mangrove. Artinya, kesadaran warga sudah luar biasa,'' terangnya.

Kepala DKP Hidayat Syah mengatakan, pihaknya terus mengajak masyarakat agar peduli lingkungan. ''Kita secara rutin agendakan bersih-bersih sungai dan tanam mangrove,'' jelasnya.

Para mahasiswa juga tidak mau ketinggalan berpartisipasi dalam penanaman mangrove. Para mahasiswa yang tergabung Sampoerna Best Student juga turut berpartisipasi dalam penanaman kemarin. Sampoerna Best Student adalah program penyeleksian 89 mahasiswa terpilih dari 18 perguruan tinggi tanah air. Penyeleksian dilakukan oleh jajaran pendidik di masing-masing perguruan tinggi berdasarkan kriteria nilai prestasi (IPK) serta ke-aktifan mereka dalam berorganisasi.

Dalam peringatan Hari Mangrove se-dunia ini akan datang 10 perwakilan dari negara Asia Pasifik ke Surabaya. Di antaranya, dari Timor Leste, Thailand, dan Filipina.

Taken from Jawapos, Jul 27, 2008

Artikel dari Indosmarin

Spesies Burung Terbesar Jawa di Hutan Mangrove Surabaya

Bintang Gerilja – indosmarin.com

Surabaya – Kawasan konservasi hutan mangrove (bakau) di Pantai Timur Surabaya, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya memiliki 140 spesies burung terbesar di pulau Jawa. Walikota Surabaya, Bambang DH, di Surabaya, Sabtu, mengatakan dari 140 spesies tersebut, sekitar 84 spesies merupakan spesies menetap, 12 spesies dilindungi dan 44 spesies migran.

“Ini patut disyukuri, jika lingkungan di sini bagus, mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga,” ujarnya kepada Antara, usai menanam bibit 15.000 mangrove di pantai Timur Surabaya, Sabtu (26/7).

Selain itu, kata dia, kawasan pantai timur Surabaya merupakan kawasan konservasi pusat mangrove sebagai penyangga ekosistem pantai yang dilindungi pemerintah setempat. “Awalnya kita payungi dengan perda, jangan sampai terbit peruntukan yang tidak sesuai dengan kawasan konservasi ini,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus menjaga kawasan tersebut.

Menurut Bambang, jika hal hal itu dilakukan, akan ada nilai tambah seperti yang halnya fungsi dari hutan mangrove yang tidak sebagai penyelamat ekosistem pantai, namun juga bisa dijadikan obyek wisata.

“Kita lagi merancang konsep wisata keluarga di kawasan tersebut. Untuk desain seperti apa, nanti kita bahas. Yang penting masyarakat mengenal lingkunganya sehingga bisa menjaga,” katanya.

Sementara itu, Camat Rungkut Irvan Widayanto, menambahkan kawasan pantai timur Surabaya nantinya akan disulap menjadi obyek wisata keluarga dan obyek penelitian bagi pelajar dan mahasiswa.

“Diharapkan nantinya wisata ini dapat dikunjungi masyarakat setiap akhir pekan atau hari libur lainya,” katanya.(*)



Sumber: Indosmarin

Sabtu, 26 Juli 2008

Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove

Sabtu, 26/07/2008 12:03 WIB
Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove
Rois Jajeli - detikSurabaya



Surabaya - Memperingati Hari Mangrove international, Pemkot Surabaya bersama mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya melakukan penanaman pohon Mangrove. Penanaman sekitar 15 ribu pohon mangrove ini dilakukan di pesisir Pantai Wonorejo Surabaya, Sabtu (26/7/2008).

Walikota Surabaya Bambang DH mengatakan data yang diperolehnya, di dunia terdapat sekitar 18 juta hektar hutan mangrove. Dari nilai tersebut, 4,5 juta hektar-nya berada di Indonesia. Namun, Kerusakan hutan mangrove yang terbesar juga di Indonesia.

"Sejak tahun 1992, kerusakannya mencapai sekitar 12 persen lebih sehingga sekarang sisa 3,5 juta hektar hutan mangrove," ujar Bambang DH kepada wartawan usai melakukan penanaman pohon mangrove di pesisir pantai di Wonorejo Surabaya.

Yang menggembirakan, di Surabaya kata Bambang DH, informasi yang didapatnya dari Yayasan Kutilang, di kawasan hutan mangrove di Wonorejo itu terdapat 140 spesies burung dan terbesar di pulau Jawa. Dari 140 spesies tersebut, 84 spesies menetap, 12 diantaranya dilindungi dan 44 migran.

"Ini patut kita syukuri. Kalau lingkungannya makin bagus mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga," tuturnya.

Hutan mangrove di Wonorejo itu selain menjadi konservasi, kawasan hutan mangrove di Surabaya Timur ini juga akan dijadikan sebagai tempat wisata.

"Ada nilai tambah seperti yang kita lihat di beberapa tempat, hutan mangrove tidak saja untuk menyelamatkan ekosistem pantai, tapi juga bisa menjadi obyek wisata," jelasnya.

Untuk melakukan penanaman pohon mangrove, Walikota Surabaya, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya harus menumpang perahu menyisiri sungai di Wonorejo untuk sampai di pesisir pantai.

Di lokasi penanaman pohon mangrove juga terdapat pos pemantau hutan mangrove dari Forum Kemitran Polisi dan Masyarakat (FKPM) Nirwana Rungkut.

"Kita ingin menjaga jangan sampai hutan mangrove dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab," ujar Ketua FKPM Nirwana Rungkut, Joko Suwondo.
(bdh/bdh)

Sumber: detikcom

Jumat, 25 Juli 2008

Artikel mangrove dari harian Surya dan Suara Surabaya

Besok, Wisata Hutan Mangrove Dibuka untuk Umum

SURABAYA - Surabaya kini memiliki satu lagi obyek wisata pantai, yakni hutan mangrove (bakau) di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut. Obyek wisata tersebut dibuka untuk umum mulai Sabtu (26/7) besok. “Hutan mangrove memiliki potensi tak hanya tempat pelestarian keanekaragaman hayati, tapi bisa menjadi tempat wisata edukasi,” kata Camat Rungkut Irvan Widiyanto, Kamis (24/7).

Dipilihnya tanggal 26 Juli sebagai peresmian, lantaran bertepatan dengan Hari Mangrove se-dunia. Nantinya, lokasi seluas lima hektare itu juga akan menjadi pusat penelitian.

Terkait infrastrukturnya, kini dilakukan beberapa pembenahan. “Untuk perbaikan akses jalan menuju lokasi ditangani DPKPPK (Dinas Perikanan Kelautan Peternakan Pertanian dan Kehutanan),” ungkapnya.
Selain itu, untuk mengurangi aksi kejahatan juga didirikan pos pantau hasil swadaya masyarakat setempat. Ada pula gazebo luas untuk tempat lesehan.

“Gagasan semacam ini untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian mangrove dan keanekaragaman hayati di sana. Selama ini yang sering terjadi adalah penjarahan. Akibatnya banyak kerusakan yang akhirnya merugikan manusia itu sendiri,” jelas Irvan.

Untuk menunjang pariwisata Hutan Mangrove Wonorejo (muara Sungai Jagir Wonokromo), disediakan 20 perahu karet yang merupakan sumbangan PT HM Sampoerna dan Bank Jatim. “Dalam pencanangan nanti sekaligus akan dilakukan penanaman 15.000 bibit mangrove sebagai bentuk peremajaan hutan,” katanya.

Pembukaan Hutan Mangrove Wonorejo sebagai kawasan wisata sekaligus sebagai embrio Mangrove Center di Pulau Jawa. Berdasarkan penelitian Yayasan Kutilang Indonesia keanekaragaman hayati di Hutan Mangrove Wonorejo tercatat paling banyak di antara hutan mangrove lain di Pulau Jawa.

Sayangnya kondisi hutan ini kini tinggal 60 persen. Sebanyak 40 Persen dari total 1.180 hektare lahan yang ditanami mangrove rusak akibat pembalakan. Untuk membangkitkan kesadaran pelestarian mangrove, Wali Kota Surabaya Bambang DH tak tanggung-tanggung bakal menjadikan hutan ini sebagai konservasi mangrove serupa Balai Pengelolaan Hutan Mangrove di Denpasar Bali. Bahkab kerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) juga tengah dijajaki. Departemen Kehutanan juga merespons baik usulan tersebut.

Taken from Surya, Jul 25, 2008


Hutan Mangrove Wonorejo Bakal Jadi Wisata Keluarga

Masyarakat tiap minggu dapat mengunjungi wisata hutan bakau di Wonorejo. Pasalnya, mulai tahun depan semua fasilitas pendukung sudah disiapkan sehingga anggota keluarga dapat menjadikan hutan bakau sebagai tempat alternatif liburan.

Tempat ini akan dilengkapi bicycle track dari Gunung Anyar hingga Sukolilo dengan jarak sekitar 15 km. Hal tersebut disampaikan SAMSUL ARIFIN Kepala Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan Kota Surabaya pada suarasurabaya.net, Jumat (25/07). Masyarakat dapat melihat aktivitas burung yang beterbangan di hutan mangrove dari gazebo.

IRVAN camat Rungkut menambahkan, saat ini gazebo sudah jadi. Tingginya dua meter dari permukaan air laut saat gelombang pasang.

Hutan bakau Wonorejo, menurut IRVAN, dapat dijadikan obyek wisata. “Masyarakat dapat memancing, bersepeda bersama anggota keluarga, konservasi alam, menaiki perahu, pusat pengetahuan tumbuhan dan hewan, serta dijadikan tempat peristirahatan,” tambahnya.

Saat ini, lanjut IRVAN, masyarakat tidak begitu banyak yang peduli terhadap hutan bakau. “Buktinya banyak sampah yang berada di hutan mangrove. Kebiasaan membuang sampah ke sungai perlu dihindari. Serta gelombang pasang akibat masih sedikitnya pohon bakau untuk menahan dari serangan gelombang pasang laut,” ujarnya.

Taken from www.suarasurabaya.net, Jul 25, 2008

Sabtu, 14 Juni 2008

Artikel dari Blog mdgila

Berikut ini adalah tulisan dari Blog mdgila yang cukup menarik tentang aktifitas kelompok mereka dalam ikut serta melestarikan mangrove

Berbagi itu indah

temans,
Ini kali kedua saya berada di 'pabrik' tempat saya bekerja, pas merayakan ulang tahunnya. Tahun lalu belum terlalu banyak terlibat karena masih baru banget, tapi kali ini ikut terlibat dalam beberapa program - program perayaan ultah yg ke 25 tahunnya.
Nah, ada kegiatan CSR alias Corporate social responsibility alias gampangnya baksos yang dilakukan. Beberapa lokasi atau orang yang dipilih adalah yang menginspirasi, baik dalam hal pekerjaannya atau pelestarian yang sudah dilakukan. Meskipun tidak berjumlah BUANYAK, tapi harapannya bantuan yang sedikit itu bisa membantu meringankan beban kebutuhan mereka. Selama dua hari berturut-turut ikut terus, jujur buat stamina drop, capek dan lemas. Apalagi masih ditambah jam on air yang benar-benar tidak bisa dikompromi... Hrrggghhh kepala mau pecah. Tapi berhubung ingat ini program AMAL, akhirnya hati adem dikit.

Nahh, sekarang mari kulik beberapa pose selama perjalanan. Ini hanya sedikit dari ratusan foto yang ada, hehehe bingung milihya. Yang ada, mas Totok fotografer divisi website 'pabrik' saya dan ANTON fotografer divisi majalah 'pabrik' saya, gak bisa protes memenuhi hasrat narsis tim on air ini :)


Hari pertama, agenda CSR ke tempat komunitas seni yang cross-gender. Ludruk Tobong di kawasan Wonokromo, yang langsung menjadi gambaran pikiran saya..KASIHAN. Tempatnya lembab, kumuh, dan kotor. Sementara di usia mereka yang sudah bukan muda lagi (baca:produktif) untuk mendapatkan pekerjaan, saya salut karena mereka mempertahankan darah seni yang mengalir. Tanpa memikirkan uang. Saya juga diundang mampir, nonton pertunjukkan mereka di malam minggu, yang katanya rame meskipun cuma 20 penonton (what?).


Kali ini penjaga 'dam' Jagir yang kadang bagi sebagian kita (warga SBY) tidak terpikirkan tugasnya, yang ternyata tiap 10menit sekali mengecek luapan ketinggian air. Demi tidak 'terendam'nya sebagian kota SBY...



Menuju rumah 'penjaga' Mangrove di daerah pinggiran Wonorejo sangat melelahkan. Dalam perjalanan terpikir "Ya ampuun, ini ada di peta Surabaya kah?" hehe, soalnya selama ini tahunya cuma pusat kota - mall - cafe - dan foodcourt saja. Sesudah berkeliling lokasi 'kerja'nya, Pak Sonny orang yang kami temui malah menjamu tim kami dengan hidangan top-favorit-saya... KEPITING. Sluurppp, I am the man who eat too much :)


Ini juga, membuat mata saya terbuka. Ternyata di Surabaya masih ada juga transportasi penyebrangan tradisional pakai gethek/perahu bambu. Cuma 500perak per sebrang. Berasa di danau manaaaaaa gitu, se-team kegirangan dapat kesempatan menyebrang PP alias bolak-balik.


Dan, bukan hanya polisi saja yang penting mengatur keruwetan lalu lintas. Kali ini supoltas di kawasan Ngagel yang dapat rejeki. Sosok yang tidak dapat gaji tetap, (maaf) cacat dan rela mengabdi iklas membantu tanpa mengeluh..

Ohya, tidak hanya ini saja..sebenarnya masih ada lagi. Program CSR berlanjut ke taman bacaan di kawasan DOLLY dan Liponsos tempat orang-orang gila. Tapi kang Anton, belum kasih foto2nya :(
Hmpphhh,, semakin sering ikut kegiatan macem beginian..membuat kita akan semakin bersyukurrrrrrrr banget banget banget dan banget. Banyak hal yang sudah kita abaikan, dan ternyata sudah menjadi banyak hal bernama K-E-B-E-R-U-N-T-U-N-G-A-N.

Senin, 21 April 2008

Tulisan tentang Sirup Mangrove dari detikcom

Diyakinkan Kera,Lahirlah Minuman Menyegarkan

Dulu siapa mengira buah mangrove dapat menjadi sirup menyegarkan? Di tangan Muchson, ketidakmungkinan itu sirna. BERAWAL dari coba-coba, kini menjadi sumber pemasukan. Itu yang dilakukan Sony panggilan akrab Muchson warga Wonorejo Timur RT 04/RW 07, Kec Rungkut, Surabaya. Sebelumnya, tak pernah terlintas di kepalanya bakal memproduksi sirup berbahan baku buah bakau (mangrove) atau oleh masyarakat biasa disebut bogem.
Pertama kali memproduksi minuman berasa manis sedikit asam menyegarkan ini hanya beredar di kalangan tempat tinggalnya. Namun, seiring bergulirnya waktu, inovasi lelaki ini diakui khalayak. Bahkan, sirup bogem temuannya telah diproduksi massal. Bagaimana awalnya Sony menemukankarya kulinerini? Inspirasinya ternyata datang setelah dia kerap ’’berinteraksi’’ dengan hutan mangrove di kawasan Rungkut. ’’Ide datang setelah mendapati banyak bogem bergeletakan begitu saja di hutan mangrove di Kecamatan Rungkut, tidak ada yang memanfaatkan,” tuturnya.
Sony sempat dihinggapi kekhawatiran sebelum akhirnya merealisasikan idenya itu. Dia khawatir minuman bogem dapat menyebabkan keracunan. Namun, keberadaan habitat kera yang menjadikan bogem di hutan mangrove di sepanjang terusan Kali Wonokromo dan Muara Wonorejo itu sebagai makanan memupuskan ketakutan itu.’’Saya yakin jika bogem aman dikonsumsi setelah melihat banyaknya kera yang makan buah itu,” tutur lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Bojonegoro ini. Lewat belajar secara autodidak, akhirnya Sony tahu jika ada dua jenis bogem yang biasa disebut Soneratia.
”Kalau mangrove jenis Xilocarpus granatom atau bahasa Jawanya nyireh, yang bentuknya bulat seperti granat sangat cocok buat bahan baku kosmetik,” papar lelaki berkumis ini. Sony menambahkan, sebenarnya inspirasi membuat sirup bukan dilatarbelakangi keyakinan bahwa bogem aman dikonsumsi. Namun, juga didasari fenomena tentang hubungan antara komunitas masyarakat pesisir dan hutan mangrove. Suami Riyati ini lantas mencoba membuat sirup.Hasilnya, bogem sukses dijadikan minuman, meski baru sebatas untuk kalangan keluarga dan tetangga. Sukses pada uji coba kian menguatkan tekad Sony mengomersialkan minuman ini.’’Bogem yang masak pohon akan jatuh sendiri,”tandasnya. (soeprayitno)
Surabaya - Mangrove atau bakau ternyata tidak hanya berfungsi sebagai penahanan gerusan air terhadap daratan. Tapi juga bisa dijadikan apapun. Mulai dari bedak, makanan kecil hingga bahan minuman.Seperti yang dilakukan oleh warga di kawasan Wonorejo Rungkut Surabaya. Warga di kawasan tersebut menjadi mangrove sebagai sirup seperti halnya buah lychee dan buah markisa. Sirup buah mangrove mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksidanRasanya mungkin aneh pada saat kita meminumnya. Pasalnya selama ini buah tersebut dibuang dan tumbuh liar di tepi pantai. Sirup dari buah bakau tidak kalah dengan sirup rasa buah lainnya terasa sedikit asam tapi menyegarkan."Buahnya wangi sekali ini yang membuat kita tertarik untuk membuatnya," kata Yudi warga Wonorejo Rungkut kepada detiksurabaya.com, Selasa (15/1/2008).Membuat sirup mangrove-pun, kata Yudi, juga sangat mudah. Buah yang masak dikupas kemudian dicuci dan diperas diambil sarinya. Setelah itu sari buah bakau direbus dengan gula dan air."Dua kilo buah bakau direbus dengan 2 liter air dan gula seberat Rp 1,5 kilogram. Hasilnya 3 liter sirup atau 3-4 botol," ujarnya.Yudi mengatakan, untuk bahan baku buah mangrove mereka agak kesulitan. Selama ini mereka hanya mendapatkan buah bakau tersebut di sekitar Wonorejo Rungkut.Mereka juga harus berebut dengan kera untuk mendapatkan buah bakau. Kera, kata Yudi, sangat menyukai buah bakau yang masak dan pihaknya juga membutuhkan buah bakau yang masak untuk membuat sirup."Sulitnya pohon mangrove di Surabaya sedikit, kalau banyak mungkin kita nggak akan sedikit kesulitan. Kalau ada kita berebut dengan kera yang juga menginginkan hal yang sama," ungkapnya.Saat ini, tambah Yudi, untuk pemasaran sirup mangrove made in Wonorejo masih dengan cara tradisional dari mulut ke mulut. Pihaknya juga rajin ikut pameran atau kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya.Pekerjaan membuat sirup ini ujarnya baru empat bulan mereka lakukan. Dan sudah lebih dari 1000 liter yang sudah mereka hasilkan. Untuk 1 botol berukuran 750 ml harganya Rp 20 ribu. Sedangkan untuk ukuran botol yang kecil, dikenakan harga Rp 10 ribu. "Peminatnya lumayan banyak sudah lebih 500 liter sirup mangrove yang kita produksi bulan ini," tuturnya. (wln/fat)

Senin, 17 Maret 2008

Raker FKPM Cimanggis, Pertegas keberadaan FKPM

Monitor Depok, 17 Maret 2008

HARJAMUKTI, MONDE: Demi mempertegas keberadaan Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat (FKPM), FKPM Cimanggis mengelar rapat kerja yang digelar di Gedung Sarbini Taman Widlatika Ciburubur Harjamukti, Sabtu lalu.

Hadir dalam kesempatan itu Ketua DPRD Kota Depok Naming D Bothin, anggota komisi B DPRD Depok Hj Ratna Nuryana, Kabag Bina Mitra Polrestro Kota Depok Kompol Kuswinarto, Kapolsek Cimanggis AKP Siswo Yuwono, Camat Cimanggis Agus Gunanto, ketua FKA LPM Cimanggis Yasin Bia, ketua FKPM Cimanggis Bambang Nurcahyo, puluhan pengurus dan anggota Polpos dan FKPM se-Cimanggis.

“Selama ini belum ada kejelasan payung hukum dan struktur FKPM di Cimanggis. Serta belum ada pegangan sebagai FKPM mengenai tugas apa yang mesti kita laksanakan” ungkap Bendahara FKPM Cimanggis, Vivista Adwin.

Adwin berharap dengan rapat kerja ini, FKPM Cimanggis tidak hanya sekedar menjadi organisasi papan nama, namun organisasi yang disegani dan mempunyai kredibilitas yang baik.

Menurut Siswo Yuwono, maksud dan tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah memperjelas tugas pokok dan program kerja FKPM selaku mitra kepolisian

“Polisi sadar akan segala kekurangannya misalnya keterbatasan personel, untuk iutu polisi mengajak masyarakat/FKPM untuk bermitra agar bisa membantu kita.”

Kompol Kuswinarto selaku narasumber melalui materinya yang berjudul Komitmen Polri dalam Mengembangkan Kemitraan dengan Masyarakat melalui Wadah FKPM menyampaikan bahwa polisi selalu berada di tengah-tengah masyarakat, selalu berkomunikasi dengan masyarakat.

Sumber: Profil Tokoh Depok