Senin, 08 September 2008

Artikel dari JawaPos

[ Senin, 08 September 2008 ]
Pos Pantau Mangrove, ''Pos Kamling

Ronda Pakai Perahu, Cegah Perusak Tanaman



Biasanya, pos keamanan alias pos kamling didirikan di sudut-sudut kampung atau kawasan rawan. Namun, pos pantau mangrove di Rungkut berbeda. "Pos kamling" khusus perusak bakau itu berdiri di tepi samudera.

TITIK ANDRIYANI

------------

TAK ada orang-orang nongkrong, apalagi bermain catur di pos pantau mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Memang, meskipun berfungsi sebagai "pos kamling", pos itu tak begitu nyaman dijadikan tempat cangkruk. Sebab, lokasinya memang tak memungkinkan.

Pos pantau tersebut berupa gubuk berukuran sekitar 3 x 4 meter persegi. Lokasinya di pinggir laut di timur Surabaya, persis di samping lahan yang baru ditanami ribuan bibit bakau.

Gubuk berbahan bambu itu dibangun atas partisipasi Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Rungkut, warga Wonorejo, dan instansi lain. Misalnya, PT HM Sampoerna dan PTPN XI.

Pos tersebut memang harus dibangun jauh dari permukiman agar bisa dijadikan tempat strategis untuk mengawasi pohon-pohon bakau di kawasan itu. "Percuma menanam kalau tidak diawasi. Siapa tahu ada yang merusak lagi. Jika demikian, hutan tersebut tidak akan pernah pulih," kata Ketua FKPM Rungkut Djoko Soewodo.

Memang, Djoko adalah pencetus ide pembukaan pos tersebut. Sebab, dia begitu prihatin terhadap kerusakan ekosistem di kawasan pesisir Wonorejo. Hutan bakau di tempat itu rusak parah. Dari 1.180 hektare hutan bakau, sekitar 40 persen (472 hektare) sudah ludes. Bisa dipastikan kerugiannya sangat besar.

Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK) pernah melansir tingkat kerugian akibat kerusakan hutan bakau yang mencapai ratusan miliar.

Jika dihitung, satu hektare lahan dapat ditanami sekitar 5 ribu batang bakau. Artinya, ada 2,36 juta batang bakau yang rusak. Padahal, harga per batang bakau Rp 100 ribu. Sehingga, kerugian totalnya mencapai Rp 236 miliar.

Pembalakan liar memang pernah merajalela sekitar 2005. Ketika itu, belum ada satu pun instansi yang secara intens mengawasi hutan bakau. Kini, pengawasan hutan bakau di bawah kendali DPKPPK. Sejak itu, secara intensif penanaman bakau rutin dilakukan. Bahkan, atensi Wali Kota Bambang D.H. terhadap persoalan tersebut begitu besar. Dia kerap melakukan sidak dengan menyisir pantai hutan bakau.

Tak hanya mengamati tingkat kerusakan, pejabat nomor wahid di lingkungan pemkot tersebut turut menanam pohon tepi pantai itu. Berbagai instansi swasta pun mulai menaruh perhatian terhadap problem lingkungan tersebut. Pasalnya, secara umum Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki hutan bakau terluas di dunia. Namun, tingkat kerusakannya juga paling parah, termasuk di Surabaya.

Karena itu, lanjut Djoko, mengembalikan fungsi ekosistem pantai tersebut dengan menanam bakau tidaklah cukup. Penanaman itu harus diiringi dengan menjaga penanaman ribuan batang bakau. Itulah yang mendorong kelahiran pos pantau mangrove tersebut Juli lalu.

Setelah pos itu dibangun bersama, para petambak di kawasan tersebut dikumpulkan. Empat orang lantas ditunjuk untuk menjaga tempat itu secara bergiliran. Dua di antaranya adalah Fathoni dan Zainal yang bertugas mulai pagi hingga menjelang magrib. Sedangkan Darmadji dan Sodikin didaulat bertugas mulai magrib hingga subuh.

FKPM mengoordinasi penjagaan itu. Para penjaga pos pantau dibekali HT untuk berkomunikasi. "Nanti, hasil penjagaan tersebut dilaporkan secara tertulis," ujarnya.

Darmadji yang ketika itu berada di sekretariat FKPM bertutur tentang suka duka menjaga pos tersebut. "Tidur juga di pos itu. Kalau pas jaga ya sekalian cari kepiting," imbuhnya. Hasilnya lumayan untuk dijual sebagai penambah penghasilan.

Tak sekadar menjaga, Darmadji harus ronda keliling pantai dengan naik perahu. Siapa tahu ada warga atau orang yang menabrak batang bakau yang sudah ditanam di sekitar pantai. "Mungkin niatnya tidak sengaja merusak. Warga kadang naik perahu untuk mencari kerang. Nah, bisa jadi mereka nggak sengaja menabrak pohon mangrove, terus rusak," ungkapnya. Selain itu, siapa tahu ketika ronda mereka berhasil menangkap pembalak liar. "Tapi, mulai pos tersebut dibuka hingga hari ini, belum ada yang menebang. Mudah-mudahan tidak ada," sambungnya.

Dukanya, menurut pria berusia kepala lima itu, honor yang diterimanya terbilang apa adanya. Honor tersebut dia peroleh dari kantong pribadi Djoko. Sementara itu, Djoko mengakui bahwa saat ini belum ada anggaran khusus untuk memberi para petani tambak tersebut honor. "Rencananya, jika boezem Wonorejo sudah dikelola, kami upayakan honor tetap buat mereka. Bisa cari donatur," terang Djoko.

Selama ini Djoko tidak keberatan merogoh kocek pribadi untuk memberi mereka honor. "Semua harus dimulai dari diri sendiri. Jika kita tidak mau melakukan, siapa lagi? Jika lestari, hutan itu bisa diwariskan kepada anak cucu kita," ucapnya.

Menurut dia, selain mendirikan pos pantau mangrove, warga Wonorejo memasang tiang papan bertulisan pelarangan menebang bakau dan berburu burung. Papan itu ditancapkan di beberapa titik hutan bakau. Tujuannya, tidak ada lagi pembalakan liar. "Supaya warga tahu bahwa penebangan tersebut dilarang secara resmi," tambah pria berusia 58 tahun tersebut. Apalagi, pemkot sudah menyatakan kawasan itu sebagai wilayah konservasi yang wajib dilindungi.

Kini, kawasan tersebut dibidik sebagai mangrove center. Konsep mangrove center meniru Pusat Mangrove di Denpasar, Bali. Dengan dibangunnya mangrove center, tanaman tersebut akan dibudidayakan untuk berbagai hal. Tak hanya diolah sebagai sirup dan dodol, tapi juga kosmetik. (*/dos)

Sumber: JawaPOs

Selasa, 29 Juli 2008

Tulisan dari Blog as3pram

Berikut tulisan dari blog yang mengupas masalah aktifitas hari lingkungan hidup di Surabaya pada bulan juli 2008

Mengawal Hari Mangrove Sedunia

Baru tahu kalo Hari Mangrove Sedunia diperingati pas tgl 26 Juli yang baru lewat. Taunya ya pas diminta untuk mengawal pelaksanaan peringatannya di Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Lumayan nih… sekalian bisa survei buat acara jalan2nya Wisata Surabaya :D

Tgl 26 Juli 2008, pukul 6 pagi, saya sudah meluncur dari Rungkut Industri. Perjalanan sekitar 15 menit, soalnya agak mblusuk masuknya. Ternyata, di sana sudah rame banget dan peserta upacara sudah mulai dibariskan, ternyata Walikota Surabaya, Bambang DH, sudah mau sampai.

Pas Upacara, baru tahu kalo tanaman bakau di Indonesia termasuk yang terbanyak di dunia tapi yang paling banyak rusak juga :( Makanya salah satu upaya mengembalikan kerusakannya dengan mengintensifkan penanaman mangrove ini, ditambah yang masih ada jangan sering2 dihabisi buat perumahan dsb.

Setelah upacara selesai baru deh pada berangkat ke tempat penanaman. Sempet kuciwa juga karena sebagai tenaga medis gak boleh ikutan ke sana, disuruh jaga posko aja. Huaaaaaa…. Kan pengen tahu juga :( Tapi ya sudah lah namanya tugas… Supaya kalo ada apa2 saya bisa siap sedia menangani pasien, sambil berdoa semoga kejadian ini berjalan lancar.

Tapi setelah sebagian besar peserta sudah mulai kembali ke posko, akhirnya saya bisa ke sana juga untuk menjemput yang baru selesai menanam. Pertama kalinya naik perahu karet yang digeber dengan kecepatan tinggi (soalnya penumpangnya cuma 3 orang). Sempat teriak2… bukan ketakutan lho ya… tapi excited banget :D Perjalanan kurang lebih 10 menit. Pas balik dengan total 12 penumpang, nih perahu jalannya jadi lelet banget :( serasa bemo keraton aja, cuma pake basah kena cipratan air dari motornya.

Me n Mas Gatot

Oya, pas di sana sempat juga ngicipin yang namanya Sirup Buah mangrove. Rasanya manis n segar, apalagi minumnya pas panas2. Tapi bodonya aku, gak sempat nanya jualnya di mana, pas balik dari jemput peserta, yang jualan sirup dah gak ada :(

Minggu, 27 Juli 2008

Artikel mangrove dari jawa Pos

Upaya Surabaya menjadi pusat mangrove kedua

Tanam Bakau dan Tata Kawasan Tepi Laut

SURABAYA - Peringatan Hari Mangrove se-dunia kemarin diperingati bersama oleh insan peduli lingkungan. Salah satu bentuk peringatan itu adalah penanaman 15 ribu mangrove (bakau) di bozem Wonorejo kemarin. Ke depan, Surabaya segera memiliki Pusat Bakau setelah Bali.

Kemarin, Wali Kota Bambang Dwi Hartono bersama Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK), Tunas Hijau, Kecamatan Rungkut, dan Sampoerna Foundation menanam 15 ribu bakau di sepanjang sungai Wonorejo.

Wali Kota Bambang D.H. mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan bakau terluas di dunia. Yakni, mencapai 3,5 juta hektare. Namun, ironisnya kerusakan terbesar juga ada di negara ini. Kerusakan hutan mangrove mencapai 12 persen dari total luas. Kerusakan itu terjadi dalam kurun waktu 17 tahun. ''Karena itu, konsentrasi kita saat ini tidak hanya rutin menanam mangrove, tapi juga memulai penataan kawasan,'' terangnya.

Karena itu, kata Bambang, dalam tata ruang wilayah menjadikan kawasan pantai timur sebagai wilayah konservasi. Untuk itu, Departemen Kehutanan secara rutin akan mendampingi pemkot menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat mangrove. ''Kawasan itu sudah ditetapkan sebagai penyeimbang ekosistem pantai. Karena itu, jangan sampai peruntukannya tidak sesuai,'' terang dia. Saat ini, detail engineering design (DED) Pusat Mangrove sedang digarap DPKPPK.

Bambang mengatakan, sejatinya kesadaran masyarakat untuk memperbaiki lingkungan sudah jauh berubah. ''Warga yang dulu menebangi mangrove sekarang sudah sadar dan bahkan turut menanam mangrove. Artinya, kesadaran warga sudah luar biasa,'' terangnya.

Kepala DKP Hidayat Syah mengatakan, pihaknya terus mengajak masyarakat agar peduli lingkungan. ''Kita secara rutin agendakan bersih-bersih sungai dan tanam mangrove,'' jelasnya.

Para mahasiswa juga tidak mau ketinggalan berpartisipasi dalam penanaman mangrove. Para mahasiswa yang tergabung Sampoerna Best Student juga turut berpartisipasi dalam penanaman kemarin. Sampoerna Best Student adalah program penyeleksian 89 mahasiswa terpilih dari 18 perguruan tinggi tanah air. Penyeleksian dilakukan oleh jajaran pendidik di masing-masing perguruan tinggi berdasarkan kriteria nilai prestasi (IPK) serta ke-aktifan mereka dalam berorganisasi.

Dalam peringatan Hari Mangrove se-dunia ini akan datang 10 perwakilan dari negara Asia Pasifik ke Surabaya. Di antaranya, dari Timor Leste, Thailand, dan Filipina.

Taken from Jawapos, Jul 27, 2008

Artikel dari Indosmarin

Spesies Burung Terbesar Jawa di Hutan Mangrove Surabaya

Bintang Gerilja – indosmarin.com

Surabaya – Kawasan konservasi hutan mangrove (bakau) di Pantai Timur Surabaya, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya memiliki 140 spesies burung terbesar di pulau Jawa. Walikota Surabaya, Bambang DH, di Surabaya, Sabtu, mengatakan dari 140 spesies tersebut, sekitar 84 spesies merupakan spesies menetap, 12 spesies dilindungi dan 44 spesies migran.

“Ini patut disyukuri, jika lingkungan di sini bagus, mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga,” ujarnya kepada Antara, usai menanam bibit 15.000 mangrove di pantai Timur Surabaya, Sabtu (26/7).

Selain itu, kata dia, kawasan pantai timur Surabaya merupakan kawasan konservasi pusat mangrove sebagai penyangga ekosistem pantai yang dilindungi pemerintah setempat. “Awalnya kita payungi dengan perda, jangan sampai terbit peruntukan yang tidak sesuai dengan kawasan konservasi ini,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus menjaga kawasan tersebut.

Menurut Bambang, jika hal hal itu dilakukan, akan ada nilai tambah seperti yang halnya fungsi dari hutan mangrove yang tidak sebagai penyelamat ekosistem pantai, namun juga bisa dijadikan obyek wisata.

“Kita lagi merancang konsep wisata keluarga di kawasan tersebut. Untuk desain seperti apa, nanti kita bahas. Yang penting masyarakat mengenal lingkunganya sehingga bisa menjaga,” katanya.

Sementara itu, Camat Rungkut Irvan Widayanto, menambahkan kawasan pantai timur Surabaya nantinya akan disulap menjadi obyek wisata keluarga dan obyek penelitian bagi pelajar dan mahasiswa.

“Diharapkan nantinya wisata ini dapat dikunjungi masyarakat setiap akhir pekan atau hari libur lainya,” katanya.(*)



Sumber: Indosmarin

Sabtu, 26 Juli 2008

Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove

Sabtu, 26/07/2008 12:03 WIB
Jaga Ekosistem, Pemkot Surabaya Tanam 15 Ribu Mangrove
Rois Jajeli - detikSurabaya



Surabaya - Memperingati Hari Mangrove international, Pemkot Surabaya bersama mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya melakukan penanaman pohon Mangrove. Penanaman sekitar 15 ribu pohon mangrove ini dilakukan di pesisir Pantai Wonorejo Surabaya, Sabtu (26/7/2008).

Walikota Surabaya Bambang DH mengatakan data yang diperolehnya, di dunia terdapat sekitar 18 juta hektar hutan mangrove. Dari nilai tersebut, 4,5 juta hektar-nya berada di Indonesia. Namun, Kerusakan hutan mangrove yang terbesar juga di Indonesia.

"Sejak tahun 1992, kerusakannya mencapai sekitar 12 persen lebih sehingga sekarang sisa 3,5 juta hektar hutan mangrove," ujar Bambang DH kepada wartawan usai melakukan penanaman pohon mangrove di pesisir pantai di Wonorejo Surabaya.

Yang menggembirakan, di Surabaya kata Bambang DH, informasi yang didapatnya dari Yayasan Kutilang, di kawasan hutan mangrove di Wonorejo itu terdapat 140 spesies burung dan terbesar di pulau Jawa. Dari 140 spesies tersebut, 84 spesies menetap, 12 diantaranya dilindungi dan 44 migran.

"Ini patut kita syukuri. Kalau lingkungannya makin bagus mudah-mudahan keragaman spesies burung bisa terjaga," tuturnya.

Hutan mangrove di Wonorejo itu selain menjadi konservasi, kawasan hutan mangrove di Surabaya Timur ini juga akan dijadikan sebagai tempat wisata.

"Ada nilai tambah seperti yang kita lihat di beberapa tempat, hutan mangrove tidak saja untuk menyelamatkan ekosistem pantai, tapi juga bisa menjadi obyek wisata," jelasnya.

Untuk melakukan penanaman pohon mangrove, Walikota Surabaya, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya harus menumpang perahu menyisiri sungai di Wonorejo untuk sampai di pesisir pantai.

Di lokasi penanaman pohon mangrove juga terdapat pos pemantau hutan mangrove dari Forum Kemitran Polisi dan Masyarakat (FKPM) Nirwana Rungkut.

"Kita ingin menjaga jangan sampai hutan mangrove dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab," ujar Ketua FKPM Nirwana Rungkut, Joko Suwondo.
(bdh/bdh)

Sumber: detikcom

Jumat, 25 Juli 2008

Artikel mangrove dari harian Surya dan Suara Surabaya

Besok, Wisata Hutan Mangrove Dibuka untuk Umum

SURABAYA - Surabaya kini memiliki satu lagi obyek wisata pantai, yakni hutan mangrove (bakau) di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut. Obyek wisata tersebut dibuka untuk umum mulai Sabtu (26/7) besok. “Hutan mangrove memiliki potensi tak hanya tempat pelestarian keanekaragaman hayati, tapi bisa menjadi tempat wisata edukasi,” kata Camat Rungkut Irvan Widiyanto, Kamis (24/7).

Dipilihnya tanggal 26 Juli sebagai peresmian, lantaran bertepatan dengan Hari Mangrove se-dunia. Nantinya, lokasi seluas lima hektare itu juga akan menjadi pusat penelitian.

Terkait infrastrukturnya, kini dilakukan beberapa pembenahan. “Untuk perbaikan akses jalan menuju lokasi ditangani DPKPPK (Dinas Perikanan Kelautan Peternakan Pertanian dan Kehutanan),” ungkapnya.
Selain itu, untuk mengurangi aksi kejahatan juga didirikan pos pantau hasil swadaya masyarakat setempat. Ada pula gazebo luas untuk tempat lesehan.

“Gagasan semacam ini untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian mangrove dan keanekaragaman hayati di sana. Selama ini yang sering terjadi adalah penjarahan. Akibatnya banyak kerusakan yang akhirnya merugikan manusia itu sendiri,” jelas Irvan.

Untuk menunjang pariwisata Hutan Mangrove Wonorejo (muara Sungai Jagir Wonokromo), disediakan 20 perahu karet yang merupakan sumbangan PT HM Sampoerna dan Bank Jatim. “Dalam pencanangan nanti sekaligus akan dilakukan penanaman 15.000 bibit mangrove sebagai bentuk peremajaan hutan,” katanya.

Pembukaan Hutan Mangrove Wonorejo sebagai kawasan wisata sekaligus sebagai embrio Mangrove Center di Pulau Jawa. Berdasarkan penelitian Yayasan Kutilang Indonesia keanekaragaman hayati di Hutan Mangrove Wonorejo tercatat paling banyak di antara hutan mangrove lain di Pulau Jawa.

Sayangnya kondisi hutan ini kini tinggal 60 persen. Sebanyak 40 Persen dari total 1.180 hektare lahan yang ditanami mangrove rusak akibat pembalakan. Untuk membangkitkan kesadaran pelestarian mangrove, Wali Kota Surabaya Bambang DH tak tanggung-tanggung bakal menjadikan hutan ini sebagai konservasi mangrove serupa Balai Pengelolaan Hutan Mangrove di Denpasar Bali. Bahkab kerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) juga tengah dijajaki. Departemen Kehutanan juga merespons baik usulan tersebut.

Taken from Surya, Jul 25, 2008


Hutan Mangrove Wonorejo Bakal Jadi Wisata Keluarga

Masyarakat tiap minggu dapat mengunjungi wisata hutan bakau di Wonorejo. Pasalnya, mulai tahun depan semua fasilitas pendukung sudah disiapkan sehingga anggota keluarga dapat menjadikan hutan bakau sebagai tempat alternatif liburan.

Tempat ini akan dilengkapi bicycle track dari Gunung Anyar hingga Sukolilo dengan jarak sekitar 15 km. Hal tersebut disampaikan SAMSUL ARIFIN Kepala Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan Kota Surabaya pada suarasurabaya.net, Jumat (25/07). Masyarakat dapat melihat aktivitas burung yang beterbangan di hutan mangrove dari gazebo.

IRVAN camat Rungkut menambahkan, saat ini gazebo sudah jadi. Tingginya dua meter dari permukaan air laut saat gelombang pasang.

Hutan bakau Wonorejo, menurut IRVAN, dapat dijadikan obyek wisata. “Masyarakat dapat memancing, bersepeda bersama anggota keluarga, konservasi alam, menaiki perahu, pusat pengetahuan tumbuhan dan hewan, serta dijadikan tempat peristirahatan,” tambahnya.

Saat ini, lanjut IRVAN, masyarakat tidak begitu banyak yang peduli terhadap hutan bakau. “Buktinya banyak sampah yang berada di hutan mangrove. Kebiasaan membuang sampah ke sungai perlu dihindari. Serta gelombang pasang akibat masih sedikitnya pohon bakau untuk menahan dari serangan gelombang pasang laut,” ujarnya.

Taken from www.suarasurabaya.net, Jul 25, 2008

Sabtu, 14 Juni 2008

Artikel dari Blog mdgila

Berikut ini adalah tulisan dari Blog mdgila yang cukup menarik tentang aktifitas kelompok mereka dalam ikut serta melestarikan mangrove

Berbagi itu indah

temans,
Ini kali kedua saya berada di 'pabrik' tempat saya bekerja, pas merayakan ulang tahunnya. Tahun lalu belum terlalu banyak terlibat karena masih baru banget, tapi kali ini ikut terlibat dalam beberapa program - program perayaan ultah yg ke 25 tahunnya.
Nah, ada kegiatan CSR alias Corporate social responsibility alias gampangnya baksos yang dilakukan. Beberapa lokasi atau orang yang dipilih adalah yang menginspirasi, baik dalam hal pekerjaannya atau pelestarian yang sudah dilakukan. Meskipun tidak berjumlah BUANYAK, tapi harapannya bantuan yang sedikit itu bisa membantu meringankan beban kebutuhan mereka. Selama dua hari berturut-turut ikut terus, jujur buat stamina drop, capek dan lemas. Apalagi masih ditambah jam on air yang benar-benar tidak bisa dikompromi... Hrrggghhh kepala mau pecah. Tapi berhubung ingat ini program AMAL, akhirnya hati adem dikit.

Nahh, sekarang mari kulik beberapa pose selama perjalanan. Ini hanya sedikit dari ratusan foto yang ada, hehehe bingung milihya. Yang ada, mas Totok fotografer divisi website 'pabrik' saya dan ANTON fotografer divisi majalah 'pabrik' saya, gak bisa protes memenuhi hasrat narsis tim on air ini :)


Hari pertama, agenda CSR ke tempat komunitas seni yang cross-gender. Ludruk Tobong di kawasan Wonokromo, yang langsung menjadi gambaran pikiran saya..KASIHAN. Tempatnya lembab, kumuh, dan kotor. Sementara di usia mereka yang sudah bukan muda lagi (baca:produktif) untuk mendapatkan pekerjaan, saya salut karena mereka mempertahankan darah seni yang mengalir. Tanpa memikirkan uang. Saya juga diundang mampir, nonton pertunjukkan mereka di malam minggu, yang katanya rame meskipun cuma 20 penonton (what?).


Kali ini penjaga 'dam' Jagir yang kadang bagi sebagian kita (warga SBY) tidak terpikirkan tugasnya, yang ternyata tiap 10menit sekali mengecek luapan ketinggian air. Demi tidak 'terendam'nya sebagian kota SBY...



Menuju rumah 'penjaga' Mangrove di daerah pinggiran Wonorejo sangat melelahkan. Dalam perjalanan terpikir "Ya ampuun, ini ada di peta Surabaya kah?" hehe, soalnya selama ini tahunya cuma pusat kota - mall - cafe - dan foodcourt saja. Sesudah berkeliling lokasi 'kerja'nya, Pak Sonny orang yang kami temui malah menjamu tim kami dengan hidangan top-favorit-saya... KEPITING. Sluurppp, I am the man who eat too much :)


Ini juga, membuat mata saya terbuka. Ternyata di Surabaya masih ada juga transportasi penyebrangan tradisional pakai gethek/perahu bambu. Cuma 500perak per sebrang. Berasa di danau manaaaaaa gitu, se-team kegirangan dapat kesempatan menyebrang PP alias bolak-balik.


Dan, bukan hanya polisi saja yang penting mengatur keruwetan lalu lintas. Kali ini supoltas di kawasan Ngagel yang dapat rejeki. Sosok yang tidak dapat gaji tetap, (maaf) cacat dan rela mengabdi iklas membantu tanpa mengeluh..

Ohya, tidak hanya ini saja..sebenarnya masih ada lagi. Program CSR berlanjut ke taman bacaan di kawasan DOLLY dan Liponsos tempat orang-orang gila. Tapi kang Anton, belum kasih foto2nya :(
Hmpphhh,, semakin sering ikut kegiatan macem beginian..membuat kita akan semakin bersyukurrrrrrrr banget banget banget dan banget. Banyak hal yang sudah kita abaikan, dan ternyata sudah menjadi banyak hal bernama K-E-B-E-R-U-N-T-U-N-G-A-N.