Kamis, 19 Mei 2011
Polrestabes Surabaya Ekspos Kasus Pembalakan Mangrove
Surabaya, Bhirawa
Untuk memperjelas kasus pembalakan Hutan Mangrove di daerah Kejawenputih Sukolilo, Polrestabes Surabaya melakukan gelar perkara. Gelar perkara berlangsung di Gedung Ekselutif Mapolrestabes Surabaya diikuti pihak kepolisian, Pemkot Surabaya, Pakar Lingkugan dan kecamatan.
Kepala Polrestabes Surabaya, Kombes Pol Coki Manurung mengatakan, gelar perkara yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari titik kebenaran kasus pembalakan Mangrove di daerah Sukolilo. Menurutnya, dengan beberapa keterangan dari para ahli, polisi dapat mengungkap kasus itu.
''Kita berharap dari kesaksian ini, polisi dapat menjerat empat tersangka (Salah satu berinisial S dan tiga rekannya, red) dengan hukuman yang sesuai dengan tingkat perbuatannya,'' tuturnya.
Coki menilai,pada kasus pembalakan liar ini, tersangka dapat dikenakan pasal 50 dalam UU Kehutanan poin 1 dan 2 yang menyebutkan setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. Selain itu, setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu dan dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.
Sedangkan untuk hukuman yang diberikan kepada pelaku pembalakan, menurut Coki dapat dikenakan hukuman kurang lebih 10 tahun penjara atau denda Rp5 miliar. Ancaman itu tertuang dalam UU Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, tentang kehutanan, dan UU KUHP pasal 406 tentang pengrusakan. ''Jadi jelas bagi pelaku pengrusakan Mangrove akan dikenakan hukuman sebagaimana tertuang dalam UU Kehutanan,'' ulangnya.
Sementara itu, Pencinta Lingkungan Hidup, Heru mengatakan, dirinya meminta kepada pihak kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus pembalakan liar Mangrove di daerah Sukolilo. Menurutnya, pembalakan liar ini merupakan sebuah kegiatan yang dapat merugikan banyak pihak.
''Kita sumua tahu kegunaan Mangrove itu sangat banyak diantaranya peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen, penghasil sejumlah besar detritus (hara) bagi plankton, sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya.,'' paparnya.
Selain itu, keberadaan Mangrove juga dapat digunakan sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas, pemasok larva (nener) ikan, udang, dan biota laut serta, sebagi habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptil, dan mamalia, serta sebagai tempat wisata. ''Jadi sayang jika Mangrove yang banyak fungsinya saat ini dirusak,'' jelasnya. [dna]
Sumber: Bhirawa
Rabu, 18 Mei 2011
Pembalakan Mangrove di Surabaya Terus Berlangsung
SURABAYA--MICOM: Pembalakan pohon mangrove di sekitar Pantai Utara (Pantura) Surabaya diketahui hingga kini masih terus berlangsung, meski kepolisian setempat saat ini telah melakukan proses penyelidikan terkait kasus tersebut.
Masih adanya pembalakan tersebut diketahui saat Kabag Pemerintahan Pemkot Surabaya Irvan Widyanto bersama Camat Mulyorejo M Syafik dan rombongan mengunjungi sejumlah titik di Pamurbaya yang rawan pembalakan, Selasa (17/5).
"Akan ada tindakan untuk para pekerja tersebut. Tapi kami perlu pastikan dulu. Jangan-jangan mereka punya petok D atau sejenisnya," kata Irvan.
Rombongan pemkot tersebut berangkat dari kawasan bozem Wonorejo dengan speed boat milik Forum Kemitraan Polisi Masyarakat Nirwana Eksekutif (FKPM NE). Lokasi yang dituju berjarak sekitar 30 menit perjalanan.
Saat melihat lokasi pembalakan, rombongan ternyata masih menjumpai adanya aktivitas orang-orang tertentu di salah satu titik lokasi pembalakan. Lokasi tepatnya berada di selatan ujung muara Sungai Kalidami.
Terlihat ada tujuh orang yang sedang menggali lumpur di dasar lokasi lahan yang telah ditebangi. Lumpur tersebut dinaikan di atas rakit dan kemudian dibawa kepinggir lahan. Lantas, lumpur itu pun dijadikan pematang.
Terlihat pula beberapa pekerja lainnya sedang menyelesaikan gubuk di sekitar lokasi tersebut. Dari bentuknya sudah ada beberapa petak yang telah tersekat dengan tumpukan lumpur itu.
Selain itu, Irvan sempat melihat peta lokasi yang dimiliki Lurah Kejawan Putih Tambak, M Imron. Ternyata lahan yang masih ada aktivitas pengerukan tanah termasuk wilayah konservasi. "Berarti besok (18/5), harus ada penindakan untuk mereka (pekerja tambak)," kata Irvan.
Terkait penindakan yang harus dilakukan, Camat Mulyorejo M Syafik berserta Kasi Tramtib Mulyorejo Mudjoko malah terkesan melepar tanggungjawab ke polisi. Syafik mengatakan bahwa urusan tersebut telah berada di tangan Polrestabes. "Kami harus koordinasikan dulu dengan pihak kepolisian," ujarnya.
Masih adanya warga yang bekerja di tambak itu kemungkinan disebabkan pengawasan di kawasan hutan lindung kurang ketat. Setidaknya hal itu diakui Kabid Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya Alex Siahaya. Alex mengatakan, pengawasan yang dilakukan tidak pernah menyeluruh. "Tidak seluruhnya di laut. Ada juga yang didarat," katanya.
Kalaupun ke laut, lanjut Alex, para petugas tidak menjangkau seluruh pantai yang ada di Pamurbaya. Alasannya, selama ini pihaknya sudah ada kesepakatan dengan pihak kecamatan untuk melakukan pengawasan bersama.
Bisa jadi, kesepakatan itu tidak berjalan dengan mulus karena pembalakan bisa terjadi. Alex menambahkan, pengawasan yang dilakukan dinas selama ini termasuk penyediaan perahu.
Perahu-perahu itu lantas disampaikan ke kecamatan untuk bisa melakukan pengawasan bersama. Kalau dilapangan masih ada pekerja yang melakukan kegiatan dilokasi pembalakan, dia mengaku heran. "Nanti kami akan kordinasi lagi," tuturnya.
Namun, dia berjanji untuk memperbaiki pola pengawasan yang selama ini dilakukan. Sebab, hal itu tidak terbukti cukup efektif untuk menjaga kawasan pamurbaya dari perilaku pembalakan liar. Saat ini, pihaknya telah mempersiapkan beberapa perahu baru untuk pengawasan. "Mungkin nanti 2 - 3 hari sekali patroli penuh," katanya. (Ant/OL-2)
Sumber: Media Indonesia
Catatan FKPM - Ne: Pemberitaan ini merupakan bentuk partisipasi FKPM Ne sehingga para pembuat keputusan mengerti betul bagaimana kondisi di bawah. "Buat apa mereka diangkap dan dihukum!!! Dibina saja, sehingga seperti pengalaman kami membina Pak fathoni!" tegas pak Djoko suwondo kepada redaksi. "Toh nantinya juga menguntungkan keamanan wilayah mangrove!!" saran tegas pak Djoko suwondo.
Minggu, 15 Mei 2011
Polrestabes Surabaya Buru Pembalak Mangrove
Penulis : Fiqih Arfani
Surabaya - Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya memburu pelaku pembalakan pohon mangrove di Pantai Timur Surabaya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes, AKBP Anom Wibowo, Minggu mengaku, pihaknya serius menangani kasus ini. Untuk membuktikan keseriusannya, penyidik sudah memeriksa beberapa orang. Hanya saja ia enggan menjelaskan secara rinci identitas yang pihak yang dimintai keterangan.
"Sudah ada yang diperiksa dan saat ini sedang di kembangkan. Kami pasti berusaha mengungkap kasus ini secara transparan dan menemukan pelaku utamanya," ujar Anom Wibowo ketika ditemui di Mapolrestabes, Jalan Taman Sikatan.
Informasinya, dua orang sudah dimintai keterangannya oleh penyidik. Keduanya berinisial AM dan Su. Mereka diperiksa intensif di hadapan penyidik untuk menjelaskan kasus tersebut.
Anom tak mengelaknya. Ia membenarkan dua orang yang sedang menjalani pemeriksaan oleh anggotanya. Akan tetapi, polisi belum menentukan tersangka dalam kasus ini.
"Masih sebatas saksi - saksi kok. Kemungkinan ada pemeriksaan lanjutan dari pihak lain. Kami masih belum bisa membeberkannya ke publik karena penyidik masih bekerja. Nanti kalau sudah ada tersangka, akan kami beritahu," papar dia.
Hal senada dikatakan Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, AKP Suparti. Menurut dia, nantinya setelah penyidik menemukan pelaku dan menetapkannya sebagai tersangka, maka akan dipublikasikan ke masyarakat.
"Sabar ya. Berikan waktu agar penyidik menyelesaikan proses penyelidikan. Mohon doanya juga agar pelaku segera tertangkap," tandas mantan Kapolsek Pabean Cantikan tersebut.
Sebanyak 10 hektare pohon mangrove yang berada di muara Kalisaridamen, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya diketahui lenyap karena ditebang secara liar oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Camat Mulyorejo, M. Safik membenarkan pembalakan pohon mangrove tersebut dilakukan oleh oknum tak bertanggungjawab untuk dibuat sebagai tambak.
Sumber: Antara-Jatim
DPRD Surabaya Minta Pembalakan mangrove Diproses Hukum
Surabaya, Bhirawa
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya meminta pelaku pembalakan pohon mangrove di Pantai Timur Surabaya diproses secara hukum, karena dinilai telah merusak lingkungan setempat.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Ahmad Suyanto, Minggu, mengatakan wilayah Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) merupakan hamparan pantai yang tidak terbentengi oleh pulau atau gugusan karang pemecah ombak.
"Kalau ada tsunami maka gugusan ombak pantai timur akan masuk ke daratan tanpa bisa dibendung," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, habitat tanaman bakau atau mangrove (tanaman yang berakar banyak dan kuat) bisa mengurangi hantaman ombak dan angin masuk ke daratan.
"Ini beda dengan pantai utara Surabaya yang masih terlindungi oleh Pulau Madura," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Suyanto berharap semua warga kota harus menyatakan perang terhadap pembalak liar di kawasan Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut sampai dengan Gunung Anyar.
"Aparat pemkot harus menyediakan polisi laut, 'coast guard' atau polisi air. Pembalak harus dikejar sampai ke liang semut," katanya.
Sementara itu, kasus pembalakan mangrove secara liar di Kawasan Hutan Konservasi Mangrove di Kecamatan Mulyorejo seluas 10 hektar, mendapat respons dari kalangan warga Surabaya khususnya komunitas peduli lingkungan.
Pengurus Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL) Indonesia, Teguh Ardi Sriyanto, mengatakan pihaknya mengutuk keras serta prihatin atas tragedi lingkungan yang sangat memprihatinkan dan menampar Pemkot Surabaya, sebagai pemangku kebijakan di Surabaya.
"Pembalakan liar di Mulyorejo dan Sukolilo harusnya tidak boleh terjadi, kalau pengawasan Muspika di kawasan itu sangat jeli dan ketat," katanya.
Proses pembalakan tidak mungkin dilakukan hanya dalam satu hari, mengingat luasnya lahan yang dirusak. Sementara mangrove yang ditebang usianya sudah 10-15 tahun sejak ditanam pertama kali, dengan indikasi lebar diameter mangrove yang mencapai 10-20 cm setiap pohon.
KJPL Indonesia mendesak pada Pemkot Surabaya untuk menindak aparaturnya yang diduga terlibat dalam pembalakan liar itu.
"Kami juga minta pada polisi, untuk serius mengungkap pelaku perusakan kawasan Konservasi Mangrove di Mulyorejo, dengan menerapkan aturan perundangan yang sudah ada dan jelas, khususnya UU Kehutanan," katanya. [@.gat]
Sumber: Bhirawa
Catatan FKPM-Ne: Ketua FKPM Ne Djoko Suwondo sebenarnya menyayangkan hiruk pikuk pemberitaan pembalakan mangrove Mulyorejo. "Ya sudahlah, dirangkul saja seperti kami dulu merangkul pak Fathoni!" tegas Djoko suwondo. Menurut pak Djoko, undang-undang yang dipakai toh tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Sudah seyogyanya aparat hukum di daerah menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan.
Sabtu, 14 Mei 2011
10 Hektar Mangrove Dibabat
Jawa Timur - - 14 May 2011 | 18:30
SURABAYA, LIcom: Temuan pembalakan mangrove secara sporadis di pantai timur Surabaya, khususnya di kawasan Mulyorejo, patut diduga terkait reklamasi pantai secara liar. Pasalnya, 10 hektare mangrove yang dibabat itu, lahannya digunakan untuk tambak.
Ini mirip dengan kasus reklamasi pantai ilegal yang dilakukan salah satu pengembang untuk mendirikan pemukiman baru yang pernah diungkap dalam hearing di Komisi C DPRD Surabaya. Pengembang itu menolak dikatakan melakukan reklamasi, sebab dia membeli lahan itu dari warga setempat yang dijadikan tambak.
Padahal informasinya, sebelum jadi tambak, lahan itu memang ada di laut. Namun dengan cara menguruk pantai, lahannya dijadikan tambak. Setelah beberapa tahun, tambak itu dijual ke pengembang dengan harga wajar.
Dugaan ini disampaikan anggota Komisi C DPRD Surabaya Agus Santoso. Menurut dia, kasus reklamasi pantai itu memang modusnya dengan cara membeli tambak warga.
“Dalam kasus pembalakan mangrove ini, lahannya digunakan warga untuk tambak. Kasus ini tak bisa didiamkan begitu saja. Pemkot Surabaya melalui Dinas Pertanian harus bertanggungjawab,” kata Agus.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Syamsul Arifin dan Sekretaris Hari Tjahjono, dihubungi melalui ponselnya tak berhasil. Walau terdengar nada sambung, namun tak ada jawaban.win/LI-07
Sumber: Lensa Indonesia
Selasa, 12 Oktober 2010
Miss Universe ke Indonesia! Kapan Ke Surabaya??
Ketua FKPM yang juga merangkap Ketua Ekowisata mangrove Wonorejo, Djoko Suwondo sempat mengutarakan keinginannya, suatu saat nanti, Ekowosata mangrove Wonorejo akan menjadi tempat yang lebih layak untuk dikunjungi Tamu Negara, daripada Di kawasan hutan mangrove Muara Angke. "Segala cara akan saya lakukan untuk mewujudkan itu!" tukasnya geram. Menurutnya semua pihak harus mendukung kemauannya tersebut, dan pihak yang tidak mendukung upaya yang menurutnya mulia dan mengangkat citra Surabaya itu, lebih baik menyingkir dengan penuh kesadaran, sebelum disingkirkan.
Ximena Goyang Jaipong
Diposkan oleh PELITA KARAWANG ON LINE di 18.43
Miss Universe 2010 Ximena Navarrette tampaknya menikmati hari-hari kunjungannya selama di Indonesia. Mengawali hari dengan menyambangi markas Grup Jawa Pos, Graha Pena, Jakarta (10/10), wanita kelahiran Guadalajara Meksiko itu terlihat antusias mencicipi penganan jajan pasar yang tersedia di Kantor Indopos (grup JPNN).
Ximena terlihat sibuk bertanya Puteri Indonesia 2010 Nadine Alessandra Ames dan Puteri Lingkungan Reisa Kartikasari yang memang ikut menemaninya ke Graha Pena. Tak hanya itu, Ximena juga menyempatkan diri berfoto bersama para kru dan menerima sebuah kenang-kenangan dari pihak Indopos berupa plakat.
Usai menyambangi Graha Pena, Ximena lantas bergegas menuju ke Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk untuk mengikuti kegiatan penanaman pohon mangrove bersama sedikitnya 2 ribu Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pada sesi jumpa pers, Ximena mengomentari tentang pentingnya menjaga lingkungan termasuk soal pemanasan global yang harus dicegah dari sekarang. ”Sejauh ini pemanasan global meruapakan permasalahan yang terjadi di banyak negara. Oleh karena itu kita harus menanamkan kesadaran pada masyarakat dan juga semua orang bahwa sangat penting menjaga kelestarian lingkungan kita,” tandasnya.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Puteri Indonesia 2010 Nadine Alessandra Ames. ”Saya mau bilang ke masyarakat Indonesia, ayolah kita sama-sama menanam pohon mangrove dan selamatkan lingkungan kita,” kata wanita 19 tahun tersebut.
Dan usai menanam mangrove, Ximena tanpa sungkan ikut bergoyang menari bersama para penari jaipong yang tengah asyik menari di hadapannya. Tanpa terlihat kikuk Ximena bercampur dengan para penari yang mengelilinginya.
Bagi dara yang mengambil menekuni Ilmu Nutrisi itu, kunjungan ke Indonesia rupanya merupakan kunjungan yang menyenangkan. ”Kunjungan ke Indonesia sejauh ini terasa amat menyenangkan bagi saya. Karena orang-orang di Indonesia menunjukkan kebudayaan yang beragam, salah satunya dilihat dari penampilan tarian tadi,” katanya.
Tercatat, Ximena Navarrette menyandang mahkota Miss Universe 2010 terhitung sejak dinobatkan pada 23 Agustus lalu. Ximena menggantikan peran Stefania Fernandez, Miss Universe 2009 asal Venezuela. (wdi/Sumber:jpnn)
Dari: Pelita Karawang
Cicipi Kue Tradisional, lalu Tanam Mangrove
Senin, 11 Oktober 2010 17:04
Kunjungan Miss Universe 2010 Ximena Navarrete (22), di Indonesia memasuki hari keempat. Gadis asal Meksiko tersebut terlihat tetap bersemangat menjalani kegiatannya pada akhir pekan. Model kelahiran Guadalajara, 22 Februari 1988, itu kemarin (10/10) menanam pohon bakau (mangrove) di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebelum meluncur ke Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk, Navarrete yang didampingi Puteri Indonesia 2010 Nadine Alexandra Dewi Ames dan Puteri Lingkungan 2010 Reisa Kartikasari bertandang ke gedung Graha Pena, Jakarta Selatan, sekitar pukul 10.00.
Mereka disambut Direktur IndoPos (Jawa Pos Group) Irwan Setyawan dan pimpinan Jawa Pos lain serta Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Effendi Anas.
Mengenakan busana kasual, Navarrete langsung berkeliling di dekat meja bundar dalam gedung tersebut. Sekitar 150 koran dari seluruh Indonesia di bawah Jawa Pos Group dipajang di meja. Dia juga mendapat penjelasan tentang Jawa Pos National Network (JPNN), jaringan media Jawa Pos Group.
Navarrete terlihat antusias melihat koran-koran tersebut. Lantas, dia mengambil Jawa Pos dari meja dan membacanya. Navarrete tersenyum saat melihat koran edisi Sabtu lalu (9/10) yang memasang foto dirinya dan Nadine saat grandfinal pemilihan Putri Indonesia 2010 di Jakarta Convention Center (JCC). Dia pun menyimak penjelasan Nadine yang berupaya menerjemahkan foto dan berita tersebut dalam bahasa Inggris.
Setelah berkeliling, Navarrete berdiri di podium untuk menerima kenang-kenangan. Raut gembira terpancar pada wajahnya ketika membuka karikatur berbingkai yang bergambar dirinya sedang membaca IndoPos. “Wow, so beautiful,” puji Navarrete.
Pada kesempatan yang sama, gadis yang terlahir dengan nama Jimena Navarrete Rosete itu menerima secara simbolis sebuah pohon mangrove dari Effendi Anas untuk ditanam di Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Lantas, dia mencicipi berbagai penganan (kue) tradisional Indonesia.
Selesai acara ramah-tamah, Navarrete meluncur ke Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk dengan menumpang Toyota Alphard hitam. Di sana, pemenang Nuestra Belleza Mexico 2009 (kontes kecantikan Miss Meksiko) itu disambut Tari Jaipong yang dibawakan sejumlah penari.
Kendati cuaca panas dan terik, Navarrete tetap bersemangat menanam mangrove di Pantai Indah Kapuk. Didampingi Nadine, Reisa Kartika, Effendi Anas, dan Irwan Setyawan, Navarrete langsung menuju lokasi penanaman mangrove dengan melintasi jembatan bambu. Kemudian, sebuah pohon mangrove dalam genggamannya ditanam di areal wisata alam seluas 99 hektare tersebut. "Melalui penanaman mangrove ini, saya ingin mengimbau orang-orang untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Ini tentu sangat berperan dalam mengurangi dampak pemanasan global," ucap Navarrete.
Head of Corporate Communication Yayasan Puteri Indonesia (YPI) Mega Angkasa mengatakan, penanaman mangrove itu baru pertama dilakukan Miss Universe di Indonesia. "Selama kami mendatangkan Miss Universe ke Indonesia, ini baru pertama menanam mangrove di Jakarta," ujarnya.
Dia menilai penanaman mangrove merupakan kegiatan positif dan berharap bisa ditularkan kepada masyarakat luas. "Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan media seperti IndoPos. Kegiatan seperti ini diharapkan bisa memotivasi media lain," ujarnya.
Penanaman mangrove tersebut diselenggarakan IndoPos serta didukung Satpol PP DKI Jakarta, Yayasan Puteri Indonesia (YPI), PT Mustika Ratu, dan Edelweiss Foundation. Tujuannya, memelihara keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak pemanasan global di wilayah ibu kota.
Dalam kesempatan tersebut, disuguhkan tari tradisional seperti tari saman dari Aceh dan tari Papua. Navarrete pun kagum dan menikmati hiburan tersebut.(jpnn)
Sumber: Jambi Independent
Minggu, 10 Oktober 2010
Satpol PP DKI Gandeng Putri Sejagad Tanam Mangrove

Kedatangan putri sejagad ini kontan menjadi pusat perhatian warga. Mengingat bukan suatu hal yang biasa jika aparat Satpol PP yang kerap identik dengan aksi arogannya ‘bergandengan’ tangan bersama wanita cantik sekelas Miss Universe dan Putri Indonesia.
Kasatpol PP DKI, Effendi Anas, mengatakan kegiatan ini digelar sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak pemanasan global. “Selaku aparat, Sarpol PP bukan hanya memiliki tangung jawan terhadap kenyaman dan ketertiban kota namun juga terhadap lingkungan,” ujar lelaki yang akrab disapa Effan ini.
Hal senada juga diungkapkan Penanggungjawab Kegiatan, Ceppy Supriadi. Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Satpol PP DKI itu mengatakan, penanaman mangrove ini bisa dijadikan contoh teladan bagi masyarakat ibu kota.
“Tanaman Mangrove akan mengantisipasi pengikisan daratan oleh air laut. Bahkan mengantisipasi meningkatnya permukaan air laut yang disebabkan cuaca ekstrim akibat pemanasan global. Kegiatan bersama Miss Universe ini akan sangat efektif,” tutur dia.
Usai melaksanakan penanaman mangrove, Effan mengajak Miss Universe dan Putri Indonesia untuk beristirahat sambil menyaksikan beragam tarian asli Indonesia. Di antaranya Tari Saman asal Aceh, Tarian asal Papua, dan tarian asal Betawi. Hal ini juga untuk menepis bahwa aparat Satpol PP hanya bisa menertibkan saja.
Sumber: PosKota