Selasa, 17 Mei 2011 23:29 WIB
SURABAYA--MICOM: Pembalakan pohon mangrove di sekitar Pantai Utara (Pantura) Surabaya diketahui hingga kini masih terus berlangsung, meski kepolisian setempat saat ini telah melakukan proses penyelidikan terkait kasus tersebut.
Masih adanya pembalakan tersebut diketahui saat Kabag Pemerintahan Pemkot Surabaya Irvan Widyanto bersama Camat Mulyorejo M Syafik dan rombongan mengunjungi sejumlah titik di Pamurbaya yang rawan pembalakan, Selasa (17/5).
"Akan ada tindakan untuk para pekerja tersebut. Tapi kami perlu pastikan dulu. Jangan-jangan mereka punya petok D atau sejenisnya," kata Irvan.
Rombongan pemkot tersebut berangkat dari kawasan bozem Wonorejo dengan speed boat milik Forum Kemitraan Polisi Masyarakat Nirwana Eksekutif (FKPM NE). Lokasi yang dituju berjarak sekitar 30 menit perjalanan.
Saat melihat lokasi pembalakan, rombongan ternyata masih menjumpai adanya aktivitas orang-orang tertentu di salah satu titik lokasi pembalakan. Lokasi tepatnya berada di selatan ujung muara Sungai Kalidami.
Terlihat ada tujuh orang yang sedang menggali lumpur di dasar lokasi lahan yang telah ditebangi. Lumpur tersebut dinaikan di atas rakit dan kemudian dibawa kepinggir lahan. Lantas, lumpur itu pun dijadikan pematang.
Terlihat pula beberapa pekerja lainnya sedang menyelesaikan gubuk di sekitar lokasi tersebut. Dari bentuknya sudah ada beberapa petak yang telah tersekat dengan tumpukan lumpur itu.
Selain itu, Irvan sempat melihat peta lokasi yang dimiliki Lurah Kejawan Putih Tambak, M Imron. Ternyata lahan yang masih ada aktivitas pengerukan tanah termasuk wilayah konservasi. "Berarti besok (18/5), harus ada penindakan untuk mereka (pekerja tambak)," kata Irvan.
Terkait penindakan yang harus dilakukan, Camat Mulyorejo M Syafik berserta Kasi Tramtib Mulyorejo Mudjoko malah terkesan melepar tanggungjawab ke polisi. Syafik mengatakan bahwa urusan tersebut telah berada di tangan Polrestabes. "Kami harus koordinasikan dulu dengan pihak kepolisian," ujarnya.
Masih adanya warga yang bekerja di tambak itu kemungkinan disebabkan pengawasan di kawasan hutan lindung kurang ketat. Setidaknya hal itu diakui Kabid Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya Alex Siahaya. Alex mengatakan, pengawasan yang dilakukan tidak pernah menyeluruh. "Tidak seluruhnya di laut. Ada juga yang didarat," katanya.
Kalaupun ke laut, lanjut Alex, para petugas tidak menjangkau seluruh pantai yang ada di Pamurbaya. Alasannya, selama ini pihaknya sudah ada kesepakatan dengan pihak kecamatan untuk melakukan pengawasan bersama.
Bisa jadi, kesepakatan itu tidak berjalan dengan mulus karena pembalakan bisa terjadi. Alex menambahkan, pengawasan yang dilakukan dinas selama ini termasuk penyediaan perahu.
Perahu-perahu itu lantas disampaikan ke kecamatan untuk bisa melakukan pengawasan bersama. Kalau dilapangan masih ada pekerja yang melakukan kegiatan dilokasi pembalakan, dia mengaku heran. "Nanti kami akan kordinasi lagi," tuturnya.
Namun, dia berjanji untuk memperbaiki pola pengawasan yang selama ini dilakukan. Sebab, hal itu tidak terbukti cukup efektif untuk menjaga kawasan pamurbaya dari perilaku pembalakan liar. Saat ini, pihaknya telah mempersiapkan beberapa perahu baru untuk pengawasan. "Mungkin nanti 2 - 3 hari sekali patroli penuh," katanya. (Ant/OL-2)
Sumber: Media Indonesia
Catatan FKPM - Ne: Pemberitaan ini merupakan bentuk partisipasi FKPM Ne sehingga para pembuat keputusan mengerti betul bagaimana kondisi di bawah. "Buat apa mereka diangkap dan dihukum!!! Dibina saja, sehingga seperti pengalaman kami membina Pak fathoni!" tegas pak Djoko suwondo kepada redaksi. "Toh nantinya juga menguntungkan keamanan wilayah mangrove!!" saran tegas pak Djoko suwondo.
Saya sangat setuju dengan saran Pak Djoko Suwondo..Karena saya warga Kejawan yang notabenenya kawasan tersebut hampir mayoritas warganya pekerja tambak tami seumur-umur saya tidak pernah mengetahui adanya pembinaan tentang pentingnya hutan mangrove oleh stake holder terkait. Mohon tanggapannya..Terimakasih
BalasHapusHukum harus ditegakan
BalasHapus