Minggu, 04 Oktober 2009

SMS-based Information System for Traffic Offences (Surabaya, Indonesia)

polisisms

Beri Jadwal Sidang hingga Besar Denda

Inovasi di kepolisian biasanya lahir di tingkat satuan tinggi, semacam Mabes Polri, polda, hingga polwiltabes. Kali ini, acungan jempol diberikan untuk Polres Surabaya Timur. Di wilayah itu, lahir terobosan baru layanan kepolisian. Namanya Sistem Informasi Tilang via SMS.

”NAMA singkatnya ada, lho,” ujar Kasatlantas Polres Surabaya Timur AKP Budi Idayati kepada Jawa Pos di sela-sela launching Sistem Informasi Tilang via SMS kemarin (3/10). Secara singkat, layanan anyar itu disebut SMS Tilang. Sesuai namanya, tujuannya mengetahui info tilang yang dilakukan kepolisian kepada para pelanggar peraturan lalu lintas.

SMS Tilang dirancang Satlantas Polres Surabaya Timur. Mereka bekerja sama dengan Telkomsel. Nomor hotline yang digunakan adalah 08123011110.

Dengan SMS Tilang itu, kata Idayati, warga metropolis, khususnya yang ada di Surabaya Timur, bisa secara mudah dan cepat mengetahui aneka informasi tentang penilangan kendaraan mereka. Misalnya, informasi jadwal sidang tilang, denda yang harus dibayar, hingga kelengkapan yang sedang disita dari kendaraan pelanggar. ”Semua ada dalam satu SMS saja,” kata Kasatlantas yang baru menjabat selama 40 hari itu.

Launching tersebut dilaksanakan sekitar pukul 14.00 di hall atrium ITC Mega Grosir. Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Ronny Franky Sompie hadir. Selain itu, ada Kasatlantas Polwiltabes Surabaya AKBP Agus Wijayanto, Kapolres Surabaya Timur AKBP Samudi, Kapolres Surabaya Utara AKBP Djoko Hariutomo, Kapolres KP3 AKBP Gagas Nugraha, dan Kapolres Surabaya Selatan AKBP Lakoni Wira Negara. Dari luar kota, hadir Kapolres Gresik AKBP M. Iqbal dan Kapolres Sidoarjo AKBP Setija Junianta. Dari luar aparat berseragam cokelat tersebut, ada Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Eddi dan Ketua Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) Rungkut Djoko Suwondo.

Ronny F. Sompie kemarin menjelaskan banyak hal tentang kelemahan surat tilang selama ini. Mulai titip tilang hingga surat tilang ketlisut, robek-robek, hingga hilang. Kalau demikian, kata Ronny, warga biasanya lupa datang ke pengadilan. ”Terus milih titip sidang,” kata perwira menengah dengan tiga mawar di pundak itu.

Dia juga berharap, sistem baru itu bisa menjadi salah satu cara masyarakat mengawasi kerja polisi. Sebab, kata Ronny, warga seyogianya menjadi pengawas akuntabilitas polisi.

Ronny tak menutupi kesan yang sangat positif pada layanan baru tersebut. Dia berharap, inovasi SMS Tilang itu bisa ditiru dan dicoba di polres lain di jajaran Polwiltabes Surabaya. Sebab, inovasi tersebut akan dikembangkan lagi di tingkat polwiltabes. Bahkan, kata Ronny, dia membayangkan layanan itu kian mudah lantaran masyarakat hanya perlu mengirimkan SMS request ke nomor dengan empat digit saja. ”Mungkin seperti yang di TV. Ketik Reg spasi,” kata Ronny, disambut tawa yang hadir.

Tak sekadar berpidato, Ronny juga mencoba layanan tersebut. Dengan HP miliknya, dia mengetik nopol L 1682 AS, lalu mengirimkan ke hotline 08123011110. Tak lama kemudian, muncul balasan SMS. Tulisannya, Bapak ibu, saudara, saudari, mohon maaf, data tilang belum diproses. Itu disebabkan nopol yang dimasukkan tidak sedang kena tilang. ”Ya, jelas tidak ada datanya. Masak Kapolwil sampai kena tilang,” kata Djadi Galajapo, pemandu acara itu.

Ronny pun kembali mencoba. Yang dimasukkan adalah nomor yang sedang ditilang oleh Polres Surabaya Timur, yakni W 333 TI. Lalu, muncul balasan Yth, nomor registrasi 0411111A nopol W 3333 TI BB: SIM C R2 pasal 282 tanggal sidang 5/10/2009 di PN Arjuno no 16 Surabaya denda Rp 41 ribu. ”Wah, benar berhasil ini,” kata Ronny sambil menunjukkan balasan SMS yang masuk ke HP-nya.

Ronny pun kembali memuji bahwa SMS Tilang itu adalah upaya yang cerdas dalam membantu masyarakat untuk memperoleh informasi. ”Inovasi informasi serupa akan kami terapkan untuk beberapa hal lainnya,” ungkapnya.

Selain melihat uji coba SMS Tilang, undangan dihibur barongsai dan fashion show baju batik. ”Mumpung masih dekat dengan pengesahan batik sebagai warisan budaya,” kata Kasatlantas Polres Surabaya Timur AKP Budi Idayati, pencetus acara kemarin. (dan/dos)


Sumber: Jawa Pos dalam news.smsegov

Sabtu, 03 Oktober 2009

Artikel dari Koran Suroboyo.com

Batik Kepiting dan Siput

SUROBOYO - Bisa jadi ini gerakan batik akibat dislenthik, disentil, oleh negara tetangga. Padahal sekitar 30 tahun lalu gerakan swadesi mewajibkan siswa mengenakan batik setiap Sabtu. Setalah mati suri dan timbul tenggelam, mulai hari ini eforia berbatik bangkit lagi.
Beragam batik disodorkan oleh masing-masing daerah. Setiap orang mengklaim punya batik motif khas yang asli. Tak sedikit yang berusaha membuat batik dengan pakem berbeda.

Di Surabaya, keinginan membuat batik yang unik agar tetap dilirik salah satunya dilakukan oleh sekelompok ibu dengan Seni Batik Motif Mangrove Rungkut Surabaya (Seru). Seru mencakup warga enam kelurahan yang ada di Kecamatan Rungkut.
Antara lain Wonorejo, Penjaringan Sari, Rungkut Kidul, Medokan Ayu, Kali Rungkut, dan Kedung Baruk. Mereka adalah kumpulan ibu rumah tangga yang berkreasi dalam desain dan pewarnaan batik.
Karya mereka memiliki ciri khas, mengaplikasikan jenis tanaman mangrove (bakau) yang tumbuh subur di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya. Jenis mangrove yang diterapkan sebagai motif batik antara lain Bruguiera gymnoriza, Acrostichum speciosum, dan Ceriops decandra. Kalau orang Surabaya punya istilah sendiri, yaitu bogem, nipah, nyamplung, mange kasihan, atau buli.
Kerajinan batik ini belum sebesar produksi batik Madura. Jumlah lembaran kain batik mangrove yang dihasilkan belum banyak. “Sekitar 15 lembar kain dalam sebulan dari RW VII dan VIII Kelurahan Wonorejo,” ucap Ari Bintarti, salah seorang anggota Seru yang rumahnya dijadikan pusat pembuatan batik motif mangrove Kelurahan Wonorejo.
Proses pembuatan motif tidak terlalu memikirkan komposisi, tetapi rapi dan mengandung jenis mangrove. “Gambar ikan, kepiting, atau siput dimasukkan sebagai hiasan tambahan. Binatang itu kan juga komunitas biota hutan bakau,” kata Noverita Ratnawati, anggota Seru lainnya. Nah, setelah sketsa motif ditindas lilin melalui canting tulis, dilakukan pewarnaan dengan teknik colet atau secara menyeluruh (celup). Kecuali yang memakai parafin, sebab hasilnya akan beda, terbentuk motif serat atau warna tidak merata.
Kini, selain membuat kain batik lembaran, mereka juga membuat baju batik. “Ada warga RW VII yang berprofesi sebagai penjahit. Jadi mereka selain membuat batik juga menjahit,” terang Ari. Harga jual batik ini bergantung lebar dan jenis kain. Mulai dari Rp 125.000 hingga lebih dari Rp 250.000. Berbicara batik Surabaya motif mangrove ini tidak lepas dari Lulut Sri Yuliani, warga Kelurahan Kedung Baruk, yang pertama memiliki gagasan ini. Di sisi lain, Lulut ingin masyarakat lebih mengenal dan peduli tentang mangrove.
“Mangrove segera muncul dalam pikiran saya, sebab sejak kecil suka mancing dengan orangtua di sana,” ungkap Lulut. Desain motif batik mangrove sudah disiapkan sejak tahun 2000. Awalnya hanya 23 motif yang siap, kini sudah 44 jenis motif. Pewarnanya juga alami dari mangrove yang sudah diolah. Seperti warna hijau, merah, kuning, dan biru keunguan. Lulut merasa ini harus ditularkan. Maret 2009 dia mengawali pelatihan membuat batik dengan motif mangrove pada ibu-ibu di Surabaya.
Kain yang digunakan katun dan sutera dengan harga jual Rp 100.000-300.000. Saat ini Lulut bersama kelompoknya sedang menerapkan batik mangrove pada pakaian dan kaus agar lebih modern. (ida-Surya)


Sumber: Koran Suroboyo

Kamis, 01 Oktober 2009

Artikel batik motif mangrove dari Suara Surabaya

01 Oktober 2009, 17:38:49| Laporan Agita Sukma Listyanti

Melahirkan Kembali Batik Surabaya

suarasurabaya.net| Batik Surabaya akan dilahirkan kembali. Inilah komitmen Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Surabaya.

Bicara soal batik, orang lebih sering merujuk ke Pekalongan, Yogyakarta dan Solo. Namun sebenarnya setiap daerah bisa menghasilkan batik dengan ciri khas masing-masing. Tak terkecuali di Surabaya.

TJAHJANI RETNO WILIS Ketua Dekranas Surabaya mengakui awalnya tidak menemukan koleksi batik asli Surabaya. Setelah melalui pencarian yang cukup panjang, geliat batik Surabaya pun mulai ditunjukkan.

“Kalau di buku Pak DUKUT (budayawan, red) dulu di Surabaya ada kampung batik. Berarti bisa jadi, memang ada batik Surabaya. Tapi, memang saya belum menemukan batik asli Surabaya,” kata WILIS sapaan akrab TJAHJANI RETNO WILIS yang ditemui suarasurabaya.net di kediamannya, Kamis (01/10).

Karena itu, WILIS melalui Dekranas Surabaya bertekad untuk melahirkan kembali batik Surabaya. Beberapa motif flora maupun fauna sudah mulai dikembangkan dengan tetap mengusung ciri khas Surabaya. Ada motif suro dan boyo, ayam jago, adu burung dara, semanggi dan yang terakhir adalah mangrove.

Saat ini, batik mangrove mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar Wonorejo dan Rungkut lewat Komunitas Batik SeRu (seni batik motif mangrove Rungkut Surabaya) yang digagas Ny. LULUT SRI YULIANI. Sinergi pun dibangun untuk lebih mengembangkan batik mangrove seperti menggandeng UK Petra dari sisi pewarnaannya.

Pendampingan dan pelatihan mengenai batik dengan teknik tulis diberikan kepada ibu-ibu warga Surabaya. "Sudah kerjasama dengan Bapemas untuk melatih 4-5 orang yang diberi job order. Sekarang, mereka sudah mulai terima pesanan sendiri," ujar isteri ARIF AFANDI Wakil Walikota Surabaya ini.

Diakui WILIS, batik Surabaya tidak seperti Sidoarjo ataupun Madura yang sudah lebih dulu memperkenalkan motif khasnya. Khusus Surabaya, motif batik masih harus digali dan dicari. Kunci utama adalah kreatifitas. Secara umum batik dari Jawa Timur biasanya tidak serumit batik Jawa Tengah.

Menurut WILIS, beberapa batik hasil karya khas Surabaya tidak kalah diminati sebagaimana batik Jawa Tengah. Bahkan diakui WILIS, potensi pasar untuk batik khas Surabaya sangat terbuka. Satu diantaranya lewat berbagai pameran yang difasilitasi Dekranas.

Merespon pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya Indonesia, Dekranas pun memberikan dukungannya dengan memakai dan mempromosikan batik.(git/ipg)

Teks Foto :
- Dewi Saraswati, satu diantara batik khas Surabaya, bermotif suro-boyo.
Foto : GITA suarasurabaya.net

Artikel Batik motif mangrove dari Suara Surabaya

Jalan Terjal Batik Mangrove Suroboyo

01 Oktober 2009, 17:16:05| Laporan Eddy Prastyo

suarasurabaya.net| Di ruang tengah rumah Ny. ARI BINTARTI di Jl. Wonorejo Selatan kavling 55 itu sekitar 4 ibu PKK RW 7 dan 8 berkumpul. Mereka mulai menyalakan kompor gas kecil untuk memanaskan malam. Canting pun disiapkan, sedangkan selembar kain katun yang sudah dimotif batik sudah terbentang di atas railing kayu. Motif batik yang diukir di atas kain itu tidak biasa. Untuk orang yang sudah paham, bisa langsung tahu, itulah motif batik mangrove.

Batik mangrove sendiri belum genap setahun usianya. Diawali pelatihan yang digagas Disnaker Pemkot Surabaya di Kecamatan Rungkut Maret 2009 lalu, beberapa ibu PKK Kelurahan Wonorejo tertarik untuk mengembangkannya. Bukan faktor kebetulan, karena memang Wonorejo identik dengan hutan Mangrovenya yang ada di pesisir Timur.

Motif mangrove ini memang masih dalam pengembangan. Menurut NOVERITA RATNAWATI satu diantara anggota kelompok PKK batik mangrove, desain mangrove mulanya ditawarkan oleh fasilitator dari Kecamatan Rungkut. Setelah melalui serangkaian percobaan dan diskusi, tiga kelompok PKK di Wonorejo memodifikasi desain tersebut sehingga didapatlah desain seperti saat ini.

“Desain batik mangrove murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar Wonorejo, seperti baringtonia, tanjang, nipah, nyamplung, dan bogem. Warna yang kami pilih adalah warna-warna yang cerah dan ngejreng. Memang ada pengaruh dari Batik Madura, tapi batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan cetak,” kata NOVERITA.

Sebagai sebuah rintisan usaha kecil menengah (UKM), diakui NOVERITA, produksi batik mangrove ini memang mengalami pasang surut. Kendala yang saat ini dirasakan adalah terkait permodalan, pewarnaan, dan pemasaran.

Untuk permodalan, kata ARI BINTARTI, usaha ini dirintis lewat modal swadaya kemudian mendapat bantuan dari Pemkot Surabaya. Lewat beberapa lomba yang dimenangkan, kelompok-kelompok batik Mangrove ini berusaha bertahan.

Pewarnaan menjadi kendala karena proses inilah yang menjadi kunci berhasilnya sebuah produk batik. Selama ini, kata ARI, kelompoknya menggunakan pewarnaan kimiawi dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat. “Sebenarnya kita juga dapat pelatihan dari UK Petra tentang pewarnaan alami, tapi prosesnya terlalu lama sehingga kami rasa tidak ekonomis,” kata dia.

Karena dikelola secara rumahan dan sebagai kegiatan sampingan, produk batik mangrove ini pun punya keterbatasan. “Kami tidak bisa memproduksi terlalu banyak. Dalam seminggu saja, dengan 2 kelompok yang masih aktif beranggotakan 8 orang, kita hanya bisa memproduksi 15 helai kain batik tulis mangrove,” kata NOVERITA.

Untuk menembus pasar batik, kata NOVERITA, mau tidak mau memang harus dikelola secara industriak serta melibatkan banyak tenaga kerja dan modal. “Kita sih mau seperti itu. Hanya saja kami masih bingung soal pemasaran. Selama ini kami menjual produk-produk kami ke instansi-instansi pemerintah. Untuk masuk ke pasar batik, kita masih punya banyak kendala,” paparnya.

RIDWAN MUBARUN Sekretaris Kecamatan Rungkut yang menjadi fasilitator kelompok batik mangrove di Wonorejo mengatakan Pemkot Surabaya berusaha mengangkat keberadaan batik mangrove dengan menetapkannya sebagai ikon Kecamatan Rungkut. Selain itu, batik mangrove juga akan dimasukkan dalam paket ekowisata hutan mangrove yang akhir tahun ini akan diresmikan oleh Walikota Surabaya.

“Kami juga berupaya untuk memfasilitasi kelompok-kelompok ini mendapatkan hak paten atas desain batik mangrove. Untuk produknya sendiri, kami sudah berikan nama resmi SERU atau Seni Batik Motif Mangrove Surabaya,” kata RIDWAN.

Dikukuhkannya batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia dikatakan NOVERITA sangat membanggakannya sebagai pengrajin batik. “Kita berharap batik tetap eksis, diterima oleh masyarakat dunia, dan pengrajinnya tetap bisa berkarya lebih baik,” kata dia.(edy)

Teks Foto :
1. Batik mangrove khas Surabaya yang punya desain unik
2. Ibu PKK Wonorejo membatik mangrove
Foto : EDDY suarasurabaya.net

Rabu, 30 September 2009

Tulisan dari Blog jagomakan

Tulisan yang cukupo menarik ini dapat disimak dari sumber aslinya disini.

Oleh-oleh Bogem


Saya kagum luar biasa, di tangan seorang petani magrove. Bogem bisa diolah menjadi sirup, jenang dan kerupuk.


Begitu tahu kalau tujuan liputan saya ke Pantai Timur Surabaya, saya sudah aras-arasen. Karena cuaca benar-benar panas. Apalagi lokasinya lumayan jauh. Membayangkan saya naik sepeda motor panas-panas di terik matahari. Bisa-bisa saya nanti garing kayak keripik rambak. Sama seperti saya, Anton si fotografer juga sama ogah-ogahan. Apalagi kalau harus membonceng gajah duduk. Bisa jadi peleg ban motornya jadi kocak nggak karuan.



Tapi saya bersyukur, tugas kali ini ditemani Pak Syaiful. Yang artinya dapat fasilitas bawa mobil kantor. Hueueueue…keren ! Suwun yo..Pak Say..
Perjalanan ini mengantarkan saya bertemu sosok Pak Soni. Pimpinan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo-Rungkut Surabaya. Sosok yang sangat sederhana, tapi suka membagi ilmu kepada siapa saja. Orang yang tak pernah kehabisan ide untuk memanfaatkan hasil hutan magrove, pohon pantai yang dianggap tidak memiliki manfaat apa-apa bisa berfungsi ekonomis.




Salah satu buah yang bisa dimanfaatkan yaitu Soneratia (bogem), bisa diolah untuk sirup dan jenang dodol. ”Buah yang bisa diolah adalah buah masak dari pohon. Cirinya, buah tersebut jatuh langsung dari pohon, bukan sengaja dipetik,” jelas Soni. Buah bogem tidak bisa langsung diolah, ada proses khusus karena mengandung tanin. Getahnya mengandung racun. Harus dibersihkan, direndam baru kemudian direbus.

Untuk pembuatan jenang bogem, diolah dari daging buah bogem, tepung ketan, gula pasir, asam bensoat. Jenang isi 12 yang dikemas dengan pelepah pisang yang unik harganya Rp 10 ribu.


Olahan lain yang juga istimewa yaitu sirup bogem. Bahan sirup ini juga diambil dari sari buah bogem. Untuk penyajianya, satu bagian sirup dicampur empat bagian air hangat. Boleh juga ditambahkan es batu. Rasanya benar-benar istimewa, campuran rasa manis berpadu dengan rasa asam yang dominan, malah memunculkan rasa segar berkepanjangan di tenggorokan. Selain itu, minuman unik khas pantai Timur ini kaya kandungan vitamin A,C, yodium dan anti oxidan.

Saya merasa beruntung, karena diajak blusukan masuk dapurnya, bahkan dia juga dengan mudahnya memberi tahu rahasia racikan jenang, sirup dan kopi yang diolah dari Bogem. Masyarakat disekitarnya, juga tidak lagi menggantungkan hidup dari tambak, karena rumah Soni selalu terbuka bagi masyarakat sekitar yang ingin maju dan belajar.

Dari sosok seorang petani sederhana ini, sungguh saya belajar semangat dan ketulusan yang terpancar hebat dari semangatnya untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Sosok petani ini ibarat oase yang menyejukkan di Ujung Pantai Timur "master, angkat saya menjadi muridmu !" *berlutut. Oleh-oleh khas Pantai Timur Surabaya
Kelompok Tari Mangrove Wonorejo - Rungkut

Jl Soneratia 2

Kelurahan Wonorejo Timur.

11 comments:


fahmi! said...

Wah menarik, aku pingin ngincipi iki. Btw jl soneratia iku ndek endi toh? Daerah kenjeran kah?

Bukan. Mi. Stikom terus nothok, pol-nya taxi orange masih terus, gardu PLN terus juga. Nothok pokoke, nama daerahnya Wonorejo.

eh hati-hati nyebut bogem di solo dan klaten terutama... coz itu tempat penyembelihan titit laki-laki yang belum sunat... nanti dikirain ada campuran "kikil" bogem he he he

Edi Psw said...

Kayaknya susah ya ngolahnya.

wuih dari manggrove? wow..kreatif men pak master Soni kui ndol....

wah aseek juga yah kerjaanmu, selalu tau klo ada jenis makanan dan minuman baru....

puisilombok said...

akhirnya jagomakan mampir juga ke pak Soni. profil pak Soni dan artikel sirup mangrove juga bisa dibaca di http://puisilombok.co.cc arsip bulan november 2008.

btw, kali ini kok tulisannya mbak Mendol kok beda ya? apa redakturnya ganti??? biasanya klo baca pasti terpingkal-pingkal. ini kok ak

@Andre/puisi lombok : Iyo, sakjane telat yo...awakmu wis mengulas Pak Soni. Tapi aslii nggak nyeysel ketemu orang ini. Murah hati..berbagi ilmu..eh muleh aku disangoni kerupuk rajungan.heheheh.

sing nulis iki tetep aku, dre. Ndak lucu, hmm..coba sampeyan mbayangno aku mangan jenang bogem sak trailer..hehehehe.

didut said...

wah menarik nih, soalnya punya teman yg juga petani mangrove ...kapan akapn aku minta data lengkapnya ya mbak

indra said...

Sirup Bogem rasa asem manis menyegarkan..wow i like this. Enak banget bwt menghilangkan dahaga terutama saat surabaya sedang terik2nya

bogemgroup said...

wah kelihatanya enak tuh

akirana said...

Hai...
Salam kenal.
Boleh minta contact person & telepon si pembuat sirup bogem? thx.

Jumat, 25 September 2009

Dari Luar; Polisi Jepang Kunjungi Polmas Terbaik Jakarta Barat

Menurut Aiptu Bakhrun,SH menuturkan kira-kira pukul 14.00 Wib siang ada telepon dari Kompol M.Yusuf, Kapolsek Metro Palmerah ada yang akan datang ke rumahnya di RW 04 Kelurahan Kemanggisan sebagai kantor Polmas. Dengan kondisi seperti ini saya tidak mempersiapkan apa-apa dan ternyata yang datang adalah Brigjen Polisi Suzuki Motoyuki, Senior Superintendent Nasional Police Agency of Japan yang diantar oleh perwira Polri dari Mabes Polri, Lalu saya keluarkan semua dokumen supaya saat ditanyakan saya bisa menjawab. Dalam kunjungan silahturahmi tersebut di Jepang ada yang namanya Goban yaitu Pospol dan kalau di rumah Chuzaisho atau Polmas. Saat ditanya apa yang sudah dilaksanakan oleh Polmas, sedangkan polisi Jepang (Chuzaisho/ Polmas) bertempat tinggal menangani kasus-kasus yang ada di sekitar untuk menyelesaikan masalah, melengkapi sampai menyalurkan masalah.
Setelah ditanyakan apa yang dilakukan, bagaimana caranya saya jelaskan. Jika kunjungan dicatat dengan memperlihatkan buku kunjungan ke warga, kalau termasuk masalah pemerintahan disalurkan ke RT/RW. Di bidang keamanan kalau bisa ditangani saya tangani, tetapi bila tidak bisa disalurkan ke pimpinan. Semua buku-buku, dokumen di foto. Ketika itu juga diperlihatkan buku problem solving yaitu penyelesaian suatu masalah sosial atau tindak pidana yang ancaman hukumannya kurang dari tiga bulan serta dibuatkan buku register laporan khusus yang isinya kronologis kejadian, apa langkah yang dilakukan dan apa hasilnya?. Begitu pula dengan administrasi lainnya baik absensi, foto-foto kegiatan dan lengkap sekali. Ketika ditanya dari mana fasilitas yang ada oleh Brigjen Pol Suzuki Motoyuki. Aiptu Bakhrun,SH mengatakan semua fasilitas dari komputer, printer, internet, HP, HT, scanner, cctv dan lainnya dibeli dari biayanya sendiri. Memang dari awalnya dia sangat mencintai tugas sebagai Polisi sedikit demi sedikit dibeli dimanfaatkan untuk menunjang tugas sehingga telah meraih prestasi juara I Polmas terbaik di Jakarta Barat tahun 2008 dan tahun 2009. Sedangkan tahun 2009 masuk lomba polmas terbaik di tingkat DKI Jakarta, namun belum ada kabarnya.
“Pada prinsipnya saya tak ambisi untuk juara pertama Polmas tingkat DKI Jakarta, tetapi dengan kelengkapan yang dikirim ke Polda Metro Jaya termasuk dokumen, inovasi membuat lagu dan film. Kalau ada yang lebih baik menjadi juara I bukan berarti saya berkecil hati, melainkan ingin belajar dan tahu-tahu datang kunjungan dari polisi Jepang,” ucapnya saat ditemui di kediamannya RW 04 Kelurahan Kemanggisan.
Dalam kondisi santai, masih kata Aiptu Bahkrun,SH, pada waktu itu saya belum mengetahui Suzuki Motoyuki, setelah mau berpamitan dia memberikan tiga buku yaitu ringkasan Goban dan Chzaisho di Jepang, ringkasan kegiatan masyarakat untuk mencegah kejahatan di Jepang dan panduan Petugas Polmas di PKPM. “ Ini suatu kebanggaan dengan kunjungan seorang Brigejen Polisi Jepang dan yang jelas saya tidak mengada-ada dan bekerja sesuai dengan Kep 737. Kehadiran beliau untuk mengetahui sejauhmana Polmas atau studi banding yang didampingi oleh Ketua RT/RW,” tandasnya.

Sumber: Blog rw4kemanggisan

Jumat, 18 September 2009

Aksi Rampok Palsu Ramaikan Simulasi FKM di Wonorejo

[ Jum'at, 18 September 2009 ]
Aksi Rampok Palsu Ramaikan Simulasi FKM di Wonorejo
Simulasi FKPM Jelang Lebaran

SURABAYA - Hidayati tak mampu berbuat apa-apa saat dua perampok menyekap dan mengancamnya dengan sebuah celurit. Teriakan minta tolongnya tak bermakna. Pembantu rumah tangga di Jalan Wonorejo Permai Selatan IV itu pun terkulai saat mulutnya dilakban, kaki dan tangannya diikat kencang. Sejurus kemudian, isi rumah yang sedang dijaga Hidayati pun digasak.

Namun, perampokan tersebut tak mulus. Seorang satpam perumahan yang sedang berpatroli memergoki laku jahat itu. Dengan koordinasi perumahan yang baik, satpam tersebut berhasil mengejar dua rampok yang lari menggunakan pikap itu. Secara heroik, rampok tersebut dibekuk.

Tentu, itu bukan kejadian nyata. Bukan pula film laga. Kejadian ''rampok palsu'' tersebut merupakan adegan simulasi penanganan pencurian dan perampokan. Yang punya gawe adalah Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.

Meski rampok bohongan, kejadian itu tetap mengundang perhatian warga sekitar. ''Ini upaya kami mengantisipasi kejahatan selama Lebaran,'' jelas Ketua FKPM Wonorejo Djoko Suwondo. Dia mengacu pada prediksi bahwa tensi kejahatan akan meningkat selama Lebaran. Terutama di kawasan perumahan.

Dalam masa mudik, banyak rumah yang ditinggal penghuninya. Itu rawan menjadi sasaran para penjahat. Menurut Djoko, jika tak ada antisipasi, penjahat bakal panen.

Dia mengungkapkan, simulasi itu ditujukan untuk meningkatkan kinerja petugas keamanan perumahan dan anggota FKPM Wonorejo. Mereka dilatih agar sigap menangani kejadian. Menurut Djoko, sangat banyak petugas keamanan yang hanya terpaku menjalankan tugas rutin. Misalnya, hanya berkeliling dan berpatroli. Namun, mereka tergopoh-gopoh dan tak bisa berbuat banyak saat ada kejahatan.

Djoko dan timnya juga telah menyosialisasikan kepada warga untuk mengamankan rumah masing-masing selama Lebaran. Dia menyatakan telah mengumpulkan wakil warga. Mereka diberi penyuluhan cara meninggalkan rumah secara aman.

Selain itu, FKPM Rungkut berkali-kali memberikan penyuluhan kepada para pembantu rumah tangga agar berperilaku cerdas. Misalnya, tidak mudah percaya kepada orang-orang yang berpura-pura bertamu, tapi tahu-tahu malah merampok.

Trennya, lanjut Djoko, para pelaku pembobolan rumah bermodus sebagai petugas servis AC, PLN, atau PDAM yang sudah mendapat perintah dari majikan. ''Karena itu, mereka (pembantu, Red) harus tahu nomor telepon majikan. Jangan sembarangan membuka kunci pagar bagi tamu asing,'' tegasnya.

Simulasi yang melibatkan puluhan anggota satuan pengamanan Perumahan Nirwana Eksekutif itu diapresiasi Kapolres Surabaya Timur AKBP Samudi dan Kapolsek Rungkut AKP Suprayitno yang juga hadir dalam simulasi tersebut.

''Kami sangat gembira, elemen masyarakat turut membantu polisi dalam pengamanan,'' kata Samudi. Menurut dia, simulasi tersebut sangat efektif sebagai sarana latihan para petugas keamanan, khususnya yang bertugas di kawasan permukiman.

Meski terlihat sepele, lanjut dia, simulasi semacam itu sangatlah bermanfaat. Menurut Samudi, selain bisa melatih cara kerja saat menghadapi pelaku kejahatan secara langsung, simulasi tersebut bisa mengangkat mental.

''Jangan hanya gaya-gayaan dengan seragam itu (sekuriti, Red). Tapi, kalian harus bisa bertanggung jawab,'' tegasnya di depan 45 satpam perumahan dan 69 anggota FKPM Rungkut. (kuh/dos)

Sumber: Jawapos