Kamis, 01 Oktober 2009

Artikel batik motif mangrove dari Suara Surabaya

01 Oktober 2009, 17:38:49| Laporan Agita Sukma Listyanti

Melahirkan Kembali Batik Surabaya

suarasurabaya.net| Batik Surabaya akan dilahirkan kembali. Inilah komitmen Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Surabaya.

Bicara soal batik, orang lebih sering merujuk ke Pekalongan, Yogyakarta dan Solo. Namun sebenarnya setiap daerah bisa menghasilkan batik dengan ciri khas masing-masing. Tak terkecuali di Surabaya.

TJAHJANI RETNO WILIS Ketua Dekranas Surabaya mengakui awalnya tidak menemukan koleksi batik asli Surabaya. Setelah melalui pencarian yang cukup panjang, geliat batik Surabaya pun mulai ditunjukkan.

“Kalau di buku Pak DUKUT (budayawan, red) dulu di Surabaya ada kampung batik. Berarti bisa jadi, memang ada batik Surabaya. Tapi, memang saya belum menemukan batik asli Surabaya,” kata WILIS sapaan akrab TJAHJANI RETNO WILIS yang ditemui suarasurabaya.net di kediamannya, Kamis (01/10).

Karena itu, WILIS melalui Dekranas Surabaya bertekad untuk melahirkan kembali batik Surabaya. Beberapa motif flora maupun fauna sudah mulai dikembangkan dengan tetap mengusung ciri khas Surabaya. Ada motif suro dan boyo, ayam jago, adu burung dara, semanggi dan yang terakhir adalah mangrove.

Saat ini, batik mangrove mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar Wonorejo dan Rungkut lewat Komunitas Batik SeRu (seni batik motif mangrove Rungkut Surabaya) yang digagas Ny. LULUT SRI YULIANI. Sinergi pun dibangun untuk lebih mengembangkan batik mangrove seperti menggandeng UK Petra dari sisi pewarnaannya.

Pendampingan dan pelatihan mengenai batik dengan teknik tulis diberikan kepada ibu-ibu warga Surabaya. "Sudah kerjasama dengan Bapemas untuk melatih 4-5 orang yang diberi job order. Sekarang, mereka sudah mulai terima pesanan sendiri," ujar isteri ARIF AFANDI Wakil Walikota Surabaya ini.

Diakui WILIS, batik Surabaya tidak seperti Sidoarjo ataupun Madura yang sudah lebih dulu memperkenalkan motif khasnya. Khusus Surabaya, motif batik masih harus digali dan dicari. Kunci utama adalah kreatifitas. Secara umum batik dari Jawa Timur biasanya tidak serumit batik Jawa Tengah.

Menurut WILIS, beberapa batik hasil karya khas Surabaya tidak kalah diminati sebagaimana batik Jawa Tengah. Bahkan diakui WILIS, potensi pasar untuk batik khas Surabaya sangat terbuka. Satu diantaranya lewat berbagai pameran yang difasilitasi Dekranas.

Merespon pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya Indonesia, Dekranas pun memberikan dukungannya dengan memakai dan mempromosikan batik.(git/ipg)

Teks Foto :
- Dewi Saraswati, satu diantara batik khas Surabaya, bermotif suro-boyo.
Foto : GITA suarasurabaya.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar