Kamis, 29 Oktober 2009

Artikel Batik Motif mangrove di Tribun Indonesia

Batik Mangrove Simbol Kepedulian Lingkungan Warga Surabaya

Di FEATURES dalam 20 Oktober 2009 pada 11:58 PM

editor Prima Sp Vardhana


SIAPA menyangka munculnya batik Mangrove (bakau) asal Kota Pahlawan atau yang dikenal dengan batik “SeRU” (Seni batik Mangrove Rungkut) berawal dari keprihatinan salah satu warga di Wisma Kedung Asem Indah J 28 Surabaya, Lulut Sri Yuliani atas rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya.

Banyaknya tanaman mangrove yang ditebang secara liar oleh anggota masyarakat yang tidak bertanggung jawab, sehingga berakibat lingkungan kawasan konservasi pantai Timur Surabaya menjadi rusak. Dampak lainnya, banyak satwa terancam punah dan mengkibatkan abrasi dan erosi di sekitar pantai.

Kondisi tersebut membuat Lulut yang juga koordinator batik SeRU tergerak hatinya. Ia pun mulai memutar otak untuk melakukan tindakan pencegahan penebangan mangrove secara liar. Kebetulan Lulut sendiri adalah salah satu aktivis lingkungan di Surabaya, sehingga ide untuk itu bisa segera terwujud.

“Salah satu yang bisa saya lakukan untuk lingkungan adalah membuat batik mangrove,” katanya.

Menurut dia, tujuan dari batik mangrove tersebut adalah kampanye lingkungan yakni dengan cara mengenalkan mangrove melalui seni batik.
“Saya kira ini yang paling efektif, daripada cara lainnya,” katanya menegaskan.

Batik mangrove, lanjut dia, pertama kali mulai dicetuskan pada tahun 2007 hingga 2008. Selama dua tahun tersebut, ia belajar membatik ke sejumlah daerah, salah satunya belajar cara mendesain batik di Bali.


Sumber: Tribun Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar