Rabu, 07 April 2010

Tulisan dari Blog Hurek

Wisata Hutan Bakau Surabaya



Saya benar-benar penasaran dengan hutan bakau (mangrove) di Wonorejo, Surabaya. Apalagi, selama beberapa hari terakhir KOMPAS JATIM gencar menulis tentang kawasan wisata baru di pantai timur Surabaya alias Pamurbaya itu. Kayak apa sih hutan bakau Wonorejo? Apa mirip kawasan pesisir Sidoarjo yang juga punya hutan bakau?

Maka, Selasa siang (6/4/2010) saya akhirnya menjejakkan kaki di Wonorejo. Orang Surabaya, khususnya yang tinggal di daerah Rungkut, Panjangjiwo, kampus Stikom, Kedungbaruk... umumnya tak asing lagi dengan Wonorejo. Di kawasan ini ada boesem atawa lahan penangkapan air. Ini daerah pesisir Kota Surabaya.

Jalan raya ke Wonorejo relatif baik. Tapi secara umum kawasan ini kurang terurus. Maklum, lokasinya di pinggiran, dianggap kurang bernilai ekonomi. Rumah susun untuk keluarga miskin dibangun di Wonorejo. Di sepanjang jalan, kita bisa melihat sejumlah gubuk sederhana, tempat berlindung para penjaga tambak. Ada juga beberapa warung kopi sederhana.

Tiba di lokasi Ekowisata Pamurbaya hanya ada dua turis lokal, suami-istri asal Manado. Ibu Wati bersama suaminya, Pak Makin, membuka warung kopi di dekat dermaga bambu dan dermaga tembok yang dibuat Pemkot Surabaya. Di bawah bangunan beratap alang-alang itu Pak Makin, Pak Danu Sunarto, serta pasutri Manado berbincang santai. Cerita ringan seputar dunia nelayan, ikan-ikan yang makin berkurang, hingga potensi wisata pantai Surabaya.

"Tempat ini baru dibuka bulan Januari 2010. Jadi, maklum kalau belum jadi objek wisata yang ramai seperti di Kenjeran. Ramainya kalau hari libur atau tanggal merah. Biasanya, pengunjung yang datang rombongan," ujar Danu Sunarto, tokoh Kelurahan Wonorejo, yang lahir di Blitar 10 Agustus 1949.

Pemkot Surabaya memang berkepentingan dengan wisata pantai, sekaligus konservasi hutan bakau. Maka, para pejabat pemkot sering datang ke Wonorejo untuk kasih motivasi kepada Pak Danu dan kawan-kawan atau sekadar melakukan pemantauan kawasan seluas 2.000 hektare itu. Namun, belum ada upaya konkret untuk menyulap hutan bakau yang punya 15 spesies bakau menjadi objek rekreasi menarik.

Konon, menurut informasi di koran, hutan bakau Wonorejo ini punya 137 spesies burung, tujuh spesies mamalia, 10 spesies herpetofauna, 10 spesies ikan, dan 53 spesies serangga. Juga jadi tempat singgah burung-burung dari Selandia Baru dan Australia yang terbang menuju Siberia.

Kok waktu saya di Wonorejo tak terlihat spesies-spesies binatang yang sedemikian banyak itu? Yang ada cuma dua ekor monyet yang dirantai oleh Mas Limbad, pria asli Wonorejo, bukan Master Limbad yang di televisi itu. "Kita lagi merintis objek wisata. Jadi, masih banyak kekurangan," kata Pak Danu, pensiunan pegawai Bank Panin.

Untuk berwisata mengarungi muara sungai, sambil menyaksikan hutan bakau plus binatang-binatang tadi, kita harus menyewa perahu. Kapasitasnya 30-orang orang yang berat badannya normal. Tapi kalau rombongannya besar, Pak Danu siap mengerahkan perahu-perahu nelayan (kerang) yang mangkal di Wonorejo. "Minggu lalu sekitar 20 perahu dipakai untuk penghijauan bakau," katanya.

Sejak diramaikan koran-koran di Surabaya setahun silam, banyak pihak memang yang datang ke pantai timur Surabaya untuk melakukan penghijauan. Tanam bakau rame-rame! Lions Club, misalnya, punya pasasti yang mengabarkan telah sukses menanam sejuta pohon bakau. Pekan lalu, katanya, ada penanaman 10 ribu bibit bakau. Lalu, siapa yang merawat? Mengontrol agar bakau-bakau itu tidak mati sia-sia?

Asyik juga ngobrol bersama Pak Danu, Pak Makin, dan Pak Limbad di Wonorejo. Mereka ini orang-orang sederhana yang mau berbuat sesuatu demi kelestarian hutan bakau di Kota Surabaya. "Kalau pingin mancing, silakan datang lagi ke sini. Ikannya banyak dan besar-besar," kata Pak Danu.

Baiklah! Matur nuwun, Pak Danu!

DANU SUNARTO
031 7839 8090

Sumber: hurek.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar